"Malaikat penjaga Dejun itu Hendery."
-Dream plan wayv-Hariku biasa saja, tak ada yang berubah. Kecuali suasana hati, perasaan, dan juga tingkat kebahagiaanku yang berbeda. Oh juga, statusku yang sekarang bukan pacar Hendery.
Huft.
Bucin banget, di tinggal pacar sedihnya gak hilang-hilang. Tahu ejekan gak berguna seperti itu?
Ditinggal itu bukan hal gampang yang bisa di hadapi loh. Ditinggal itu juga bukan bahan untuk bercanda. Ditinggal itu menyedihkan.
Aku masih ada di Yogyakarta, padahal masuk kuliah juga masih ada dua minggu lagi.
Aku tahu sekarang, bahwa jauh dari rasa saling memiliki itu canggung. Rasa dimana biasa bersama tiba-tiba hilang juga menyakitnya. Sederhananya tidak enak, tak biasa, dan itu tak aku inginkan.
Dejun menelponku dari tadi pagi tapi tak kuterima sama sekali.
Yang ku tunggu bukan telfon dari Dejun, tapi nyatanya mungkin hanya haluku sekarang.
Hal dulu yang ku anggap hanya hal biasa saat dihubungi melalui panggilan telepon sekarang berubah menjadi halusinasiku.
"Hen, kamu kangen aku nggak? Aku kangen kamu nih." Gumamku pada boneka kelinci warna coklat hadiah dari dia.
Aku melihat sekeliling kamar kostku ini. Mulai dari tiga boneka yang tersusun rapi di atas kasur.
Yang dulu hanya ku taruh, dan jarang kuberi perhatian. Tapi sekarang aku selalu menatap mereka, mengingatkanku pada hal-hal kecil tentangnya.Aku ingat, ada satu benda yang dulu saat kuterima hanya bisa tertawa atau menertawakannya.
Benda itu ada di kotak sedang di dalam lemari baju, bersama dengan kotak-kotak berisi barang-barang lain.'oh masih ada.' batinku, saat menemukan kotak tersebut.
Membuka kotak berwarna biru donker dengan aksen bentuk love di atas berwarna emas. Aku tersenyum ingat senyumnya saat memberiku.
Senyum bahagia darinya, senyum bangganya atas dirinya sendiri. Lucu kalo ingat dia.
"Ini ada hadiah buat kamu." Ujar Hendery memberiku kotak sedang itu.
Aku yang kala itu benar-benar dalam masa stress berat sebab kepanitiaanku yang sedikit hancur, tugas kuliah yang kutumpuk karena sibuk di kepanitiaan dan hal-hal yang buat aku marah dengan teman-temanku.
Aku tak menghiraukan apapun yang di katakan Hendery kala itu. Padahal dia tulus menghiburku dengan senyumnya, dengan tawanya, dengan candaannya. Tapi tak membuatku menarik kedua sudut bibirku.
Namun, saat aku menerima kotak itu dan membukanya hal pertama yang kulakukan adalah tertawa.
Dan dia bangga dengan dirinya berhasil membuatku tertawa, dengan ikut tersenyum lebar sambil mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Hay Hendery
Fanfic"Baby take my hand." "...." "Kok diem?" "Emang kenapa?" "Ya lanjutinlah." "Apanya?" "Baby take my hand." "Kok malah megang tangan?" "Katanya suruh take my hand." "Nyanyinya lanjutin." "Gak tahu, aku gak tahu lagunya." "Yaudah, gak jadi nyanyi. Gak m...