Menjelaskan

654 90 5
                                    

Hari yang paling aku takutkan, aku sudah kembali ke Jogjakarta dengan tujuan memberi tahu Hendery.
Hingga aku hanya berjalan bolak-balik di depan kasurku. Seperti setrika.

Aku takut, aku sedih dan aku juga tidak sanggup. Tapi mau gimana? Tidak mungkin aku egois dan tak memberitahunya dengan alasan untuk menutupi. Memang hal itu bisa dibilang baik, namun apa yang akan dia rasakan jika aku tak memberitahuinya? Meninggalkanku? Mungkin lebih. Dia bisa memilih untuk membenciku. Dan aku tak mau itu terjadi.

Ponselku berdering, nama Hendery terpampang di sana.

"Halo Hen?"

"Kamu udah di Jogja? Kok gak bilang aku? Kamu naik ojek?"

"Ha? Mmm... Iya.... Hehe maaf.... Abis aku dateng malem tadi."

"Huft.... Yaudah deh, lain kali bilang."

"Iya... Oh ya Hen. Ketemu di kost Dejun ya... Ada yang mau aku omongin."

"Kost Dejun? Okey.... Tunggu nanti aku jemput ya sayang...."

"Iyaa..."

Hendery datang dengan senyum merekahnya, aku yang sudah menunggu di depan gerbang menyambutnya.
Dia buka helm yang dikenakannya dan menaruh di atas spion. Lalu berjalan mendekatiku.

"Lama banget nggak ketemu...." Ujarnya, membuatku terkekeh.

"Baru juga tiga minggu." Jawabku kemudian ia tertawa.

"Ayo ke kost Dejun. Oh ya, mau beli makanan ringan apa? Aku pengen makan pizza nih."

Aku mengangguk menyetujuinya.

"Kita beli dulu ya."

"Jun!" Hendery memanggil Dejun, dia langsung membuka pintu dan masuk ke kost milik Dejun duduk di ruang tamu.

Di kost itu sepi, hanya Dejun saja sebab Lucas dan Yangyang belum kembali.

"Tumben ngajak kumpul di kost Dejun? Ada apa?" Tanya Hendery sambil meletakkan tas punggung di bawah.

"Gini sebenarnya...."

"Gue sama Rara di jodohin nenek dan eyang kami." Potong Dejun harap-harap cemas saat menatap wajah terkejut Hendery.

"Ha? Ahahahhaa!" Salah, Hendery tertawa terbahak-bahak.

"Hen, ini beneran. Aku dan Dejun gak bohong." Jelasku menghentikan tawa Hendery.

"Ini bukan jaman dulu ya,,,, masa masih ada jodoh-jodohan?"

"Aku gak bohong Hen, awalnya aku dan Dejun mau nutupin ini tapi aku gak mau kamu terlalu ngerasain sakit hati." Tambahku.

"Ka-kalian beneran? Maksudnya?"

"Iya beneran.... Gue juga gak tahu kalo Rara yang di maksud nenek gue itu Rara milik lo."

Hendery menghela nafasnya kasar.

"Hen, aku minta maaf.... Aku gak bisa nolak permintaan eyang.... Aku minta maaf...." Pintaku, Hendery menatapku dengan tatapan yang paling aku benci. Tatapan kesedihan.

"Yaudah,,,, emmm ini dimakan dulu pizza-nya. Nanti keburu dingin. Gak enak." Alih Hendery lalu membuka box pizza dan mengambil satu potongan. Kemudian menyuapkan ke dalam mulutnya.

Sedangkan Dejun juga menghela nafas kasar, ia tahu sikap Hendery ini adalah sikap dia yang sok kuat. Dejun tahu Hendery ingin marah padanya.

"Hen,,,, kamu boleh marah sama aku.... Kamu boleh benci sama aku.... Tapi tolong jangan sedih sendirian..... Aku gak mau kamu-"

(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang