Fake Smile

667 84 5
                                    

Hari ini, 3 September.

Aku siap menata kembali rangkaian titik-titik demi kelulusanku nanti. Ya, walaupun sempat berantakan dan tak teratur karena perasaan. Tapi kalau aku tetap jatuh dan tak bangkit dari rasa sedih nan sakit, bagaimana senyumku datang lagi?

Oke, ini berlebihan. Tapi, selama seminggu ini atau di minggu terakhir aku liburan aku sakit. Gejala maag, dan juga kurang darah.

Enjun harus bolak balik dari kostnya ke kostku. Dia sudah sibuk dengan masa penerimaan mahasiswa baru. Aku jadi merasa tidak enak dengannya. Kasihan dia sangat capek.
Karena aku sudah sembuh, sekarang aku akan membuat janji dengan Enjun. Kita satu fakultas, jadi mungkin bertemu di kantin untuk makan bersama.

"Hey!" Sapa Komi, sambil menepuk pundakku. Aku tersenyum padanya.

"Eh, lo di kelas apa? Ambil A1 atau A2?" Tanyanya.

"A2." Jawabku singkat.

"Yes sama!" Serunya.

Di sepanjang jalan menuju fakultas aku dan Komi mengobrol. Apapun kita bicarakan.

Mulai dari,

"Tau gak? Kemarin gue jalan-jalan ke Bandung ketemu siapa coba?"

"Dilan." Jawabku.

"Yeu... Salah kali. Gue ketemu sama Iqbal Cjr."

"Apa bedanya sih? Mereka sama tau!"

"Hahaha... Bercanda kali... Iya gue ketemu Iqbal alias Dilan. Sumpah dia ganteng banget, senyumnya bikin gue meleleh kayak lilin kena api." Lebihnya.

Aku hanya tertawa menanggapi hal itu. Sudah cukup lama kita tak saling bersedagurau seperti ini.

"Oh ya, kabar Hendery gimana? Siapa tuh temennya yang matanya sipit? Jun? Dejun? Gimana dia kabarnya?"
Tanya Komi lagi, mendengar nama Hendery di sebut senyumku langsung luntur. Sial hatiku sakit lagi.

"O-oh baik. Mungkin." Jawabku lesu.





Suasana di depan kelas sangat ramai, mereka saling berbincang, menyalurkan rasa rindu yang tersirat satu sama lain.

"Heh, tau gak? Pas gue jadi pemandu waktu penerimaan MaBa, ada maba ganteng gila. Gemesin juga." Seru salah satu temanku namanya Mei.

"Heh siapa? Waduh! Gue yang kek kentang gini deket doi langsung malu." Sahut Ita, dalam gerumpulan itu.

"Nih. Nih. Lihat nih! Ganteng banget kan? Gue dapet pas doi mau ngumpulin kertas ke gue sore-sore. Sumpah ini kalo gue gak inget gue udah ada cowok. Bakal gue embat dah!" Jelas Mei sambil memberikan potret dari dalam ponselnya.

Saat aku melihat potret itu, aku langsung tertawa. Membuat Mei dan Ita di sebelahku menatapku.

"Kenapa?" Tanya Ita.

"Tau gak namanya siapa?" Tanyaku balik.

"Heh! Lo kan udah ada doi." Saut Mei.

Aku mencoba untuk terus tersenyum lagi.

"Eh iya, Mei namanya siapa?" Kali ini Ita bertanya.

"Namanya, Arjuna siapa ya. Lupa. Arjuna pokoknya." Jawab Mei.

" Jawab Mei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(END) Hay HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang