Sudah sejak pagi Dinda menatap pantulan dirinya di cermin, menopang dagunya di meja rias, mentok mentok dirinya mengecek ponsel apakah ada Notif pesan yang ia tunggu dari semalam.
Namun nyatanya jangankan dibalas dibaca juga tidak. Dinda mengembuskan nafasnya kasar ada apa dengan Azlan sejak kemarin sore? Mengapa sejak rapat osis Azlan tak mengabarinya barang satu pesan pun?
Dinda menatap wajahnya yang tampak lesu, tak ada Dinda yang selalu berceloteh dan memuji dirinya sendiri pagi ini. Yang ada Dinda yang menatap lesu cermin didepannya.
Ia melihat jam yang melingkar ditangan mungilnya 06.45 namun dirinya tak beranjak barang sedikitpun dari tempatnya. Biasanya Azlan akan menjemputnya setengah jam sebelum bel, atau bahkan lebih pagi lagi mengingat Dinda yang selalu kesiangan namun nyatanya sekarang Azlan sampai kini tak menampakkan batang hidungnya.
Waktupun sudah beralu lima menit namun Dinda masih tetap pada tempatnya.
"DINDA MAU SEKOLAH GAK? " teriakan Shierra dari Atas membuatnya menghela nafas sungguh ia sangat malas sekolah hari ini.
Dengan langkah lemas ia menghampiri Shierra yang sedang berkacak pinggang, bahkan Chico pun sudah tak ada dimeja makan.
"Ma Dinda pergi dulu ya" Dinda menyalim tangan Shierra "Mau mama bilang sopir? " Dinda menggeleng lebih baik ia mengendarai Mobil sendiri.
Dengan langkah malas ia menuju garasi memilih untuk nenaiki Redvelvetnya, dengan santai ia mengendarai Mobilnya tak berniat menambah kecepatan Mobilnya itu.
Bagaikan sedang berjalan jalan disore hari, ntahlah Dinda sangat malas ngebut ngebutan di jalan sekarang. Toh paling paling dirinya akan diceramahi tentang kedisplinan dan berakhir dilapangan oleh bu Ani atau disuruh membersihkan sekolah oleh para osis, mentok mentok seperti itu bukan?
Bahkan rasanya saat ini dirinya ingin membolos saja, tapi bisa bisa dipanggang hidup hidup dirinya oleh Shierra bila Shierra mengetahui itu.
Apakah efek Azlan tak kunjung membalas pesannya berpengaruh besar seperti ini? Bisa dikatakan Lebay.
Selama 10 menit mengendarai mobilnya akhirnya ia sampai, dirinya bisa sampai cukup cepat karena melewati jalan sepi dan menghindari kemacetan tentunya.
Dan beruntungnya dirinya, gerbang sekolah tak ditutup satpam mungkin beliau ke kantin membeli kopi dan lupa menutup ,ntahlah dirinya malas berfikir.
Dinda menghela nafas melihat mobil Azlan sudah bertengger manis di parkiran tersebut.
Tak butuh waktu lama ia memakirkannya. Dengan langkah gontai ia berjalan, seperti biasa bu Ani akan menemuinya.
"Tau kesalahan kamu? " Dinda mengangguk lesu "Telat" Bu Ani agak terkejut melihat reaksi Dinda yang biasanya selalu mengelak kini hanya mengangguk pasrah.
"Ohh saya tahu pasti kamu begadang terus ngantuk dan le-" perkataan bu Ani dengan cepat dipotong Dinda "To the point hukumannya apa bu? " Dengan wajah malas ia menatap Bu ani, ntahlah ia hari ini malas berbasa basi.
"Berdiri dilapangan sambil hormat kepada sang saka MERAH PUTIH sampai 2 jam mata pelajaran habis" Bu Ani tersenyum puas, dirinya pikir dengan ini Dinda akan mengelak dan protes namun slah besar saat ini Dinda sudah berjalan ke lapangan dengan langkah gontai membuat Bu ani heran.
Sesampainya dilapangan ia melihat seorang murid laki laki yang juga berjemur dilapangan, dengan langkah gontai ia berdiri tepat disebelah murid tersebut, dan mulai hormat.
"Ehh akhirnya gue punya temen" Pekik Seorang murid disebelahnya membuat ia menoleh dan menatap malas.
"Lo Dinda ya" Pekiknya heboh membuat Dinda heran bagaimana bisa Dia tahu nama Dinda? Oh ya dirinya lupa bahwa waktu itu semenjak Azlan menembaknya dirinya jadi trending topik. Dinda menganguk sungguh hari ini ia malad bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cool & Possesive Kakel
Teen Fiction"Cewek? Gue gk mau berurusan sama makhluk ini" -Azlan Arkan Adelard Putra A. Most wanted Di Sma Alexander High school. Hampir dikatakan perfect semuanya dimiliki ia. Paras tampan? Ya Kekayaan?Ya Kepopuleran? Ya Pacaran? Tidak Ya, hanya pacar lah yg...