Epilog

844 24 1
                                    

Seorang anak berumur 3 tahun berlari keliling rumah, menghampiri sang mama.

"Mama, adek kecil angis gala gala azka pencet idungnya" Mata wanita yg hampir berkepala 3 terkejut kaget.

"Astagaa" Panik Ibu dengan 3 Anak itu.

Ia bergegas berlari dan ternyata memang benar, Sang Bungsu sudah menangis kejer kayak ikan mujaer.

Untung Saja bisa dengan cepat didiamkan. Bayi dengan umur beberapa bulan itu tertidur nyenyak kembali.

Sedangkan Dinda berkacak pinggang menatap dua bocah yang kini sedang duduk manis diatas meja dengan kaki bergelayutan.

"Azka, Atha turun! Siapa yang suruh duduk dimeja?" Dinda berusaha memasang wajah menyeramkan agar kedua anak itu menuruti.

Dinda tersenyum puas saat satu bocah itu turun meski sedikit kesulitan "Anak pintar!" Dinda mengelus pucuk kepalanya.

"Sekarang giliran kamu Atha  Ayo turun"

Bocah dengan baju berwarna merah itu menggeleng kuat "nda au"

"atha, ayo turun nanti jatoh loh"

"No! No Atha nda au"

Dinda mengelus dadanya, memasok kesabaran memang anaknya yang satu ini susah sekali diatur.

Bahkan Dinda sangat yakin, Alina bangun karena perbuatan bocah tengil ini.

Bukannya suudzon atau apa ya tapi ia tau sifat jahil anak sulungnya itu.

"Atha Ayo, liat Azka aja udah turun. Tuh duduk dilantai, ayo cepetan"

"Ish Nda au Mama" Atha menatap garang mamanya.

"Kenapa sih ini ribut, hm?" suara datar memenuhi ruangan itu.

"Pappaa" Atha spontan melompat dari meja yang cukup tinggi membuat kedua orang dewasa itu terkejut.

Dan si pelaku malah berlari dengan cengiran menghampiri Sang-Papa

"Atha, kamu tuh ya. Lain kali jangan lompat lompat gitu bahaya tau"

Atha menyengir.

Azlan, menggendong putranya dan ikut memasuki ruangan itu. Melihat Alina tertidur lelap.

Beralih pada Azka yang sedang anteng dilantai dengan membaca buku yang ia dapat diruangan itu.

Ah lebih tepatnya melihat gambar gambar dari buku dongeng itu.

"Pinter" Azlan mengelus puncak kepala Azka.

Atha dan Azka ini memang kembar namun perbedaan diantara mereka sangat dominan.

Jika Atha sangat pecicilan

Maka Azka pendiam

Jika Atha tukang merengek

Maka Azka tukang menonton sang Kakak.

Sangat kontras sekali.

"Atha gak baca buku kayak Azka?" Tanya Azlan pada putranya yang sedang bergelayut manja padanya.

Atha, bocah itu menggeleng kuat "nda au bocen"

"Acka nda seru, nda au ain bola" Atha mengadu, membuat Dinda yang ada disana tertawa.

"Azka itu kayak mama pinter, ga kayak kamu bandel sama kayak papa tuh" Dinda menjulid membuat Azlan yang ada disana menatap tajam kearah sang istri.

"Ata pintel kata papa, mama tu jeyek"

Dinda menatap garang pada putranya, bukannya takut Atha justru menjulurkan lidahnya meledek.

Membuat Dinda lagi dan lagi mengelus dadanya berusaha sabar.

"Pa yuu, kita kelual ain bola" Atha menggandeng tangan papanya, membuat Azlan mau tidak mau menuruti putranya.

Sedangkan Dinda mencebikkan bibir nya, putranya yang satu itu memang sangat memancing kesabaran

Dinda melihat kearah Azka yang nampak serius tidak mempedulikan saudaranya, Dinda mendekat mengusik putra satunya itu.

"Azkaaa yuhuu" Dinda mencolek pipi gembul itu, namun tidak mendapat respon apa apa.

"Azkaa" Panggilnya lagi dengan nada mengajak main, namun lagi dan lagi Azka tak menghiraukannya.

"Azka mama mau ngomong ih kamu mah" Dinda pura pura mengambek.

"hm" Bocah itu justru hanya berdehem, bener bener ya.

"Az-"

"Apacih ma" Bocah itu sudah mulai risih, membuat Dinda tertawa puas sudah berhasil mengusik nya. itulah alasan mengapa Atha dan Dinda tidak bisa akur, Atha yang jail juga tidak mau kalah bertemu dengan Sang mama yang sebelas dua belas.

Azka mengerutkan keningnya, tak suka dengan tingkah mamanya. Ia berjalan menjauh dari mamanya.

Dinda juga ikutan pindah ke sofa. Kembali mengusik anaknya itu.

"Kamu kok jelek ya?" Tanya Dinda tiba tiba, membuat Azka menoleh membolakan matanya.

"Bialin" Ucapnya setelah itu acuh tak acuh

"Tapi Mama kan cantik, papa juga ganteng" Dinda menjeda ucapannya, mengetuk ngetik jarinya pura pura berfikir " kayaknya kamu bukan anak mama deh"

"Aska anak papa" Ucapnya lagi, membuat Dinda mengerucutkan bibirnya kesal.

Ide jahil kembali muncul dikepalanya, Dinda meraih kepala Azka, menjepit pipi gembul itu dengan tangannya.

"Maafin mama ya huhu" Dinda pura pura menangis "Sebenarnya kamu itu anak pungut" Dinda pura pura memasang wajah bersalah

Bocah cilik itu mengerjapkan matanya, melihat tingkah sang mama yang sedang akting.

Tapi dia bukan Atha, yang meraung saat dibilang anak pungut.

"mama uga ata Oma anak ungut"

Okay, Dinda nyerah kali ini dirinya yang kena mental.


























Hahaha Azka gemesinnn dehhh
Nantii rencananya aku mau nulis kisah Atha sama Azka sendiri.

Makanya aku kasih tau dlu disini kalau mereka kembar:)

Kapan? ya nantii kalauu cerita aku yg judulnya sahabat tengil itu selesai.

Cause rencananya cerita itu bakalan ada kaitannya sama Azka or Atha.

Jadi takutnya nanti malah ketebak alurnya kalau gak nggu itu selesai haha

btw ini cuman 700 an word jdi pendek, sengaja.

The Cool & Possesive KakelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang