40 Pertunangan Kamu?

2.3K 59 3
                                    

"Gue mau lo dateng besok malem"

Dinda mengerjapkan matanya, hatinya bagaikan ditancap belati putih, diserang oleh ratusan anak panah.

Secepat itukah?

"Krystal yang minta ini semua" Lanjut Azlan dengan suara kecil.

Sakit sudah pasti.

Bahkan Dinda lebih baik tak usah mendengarnya saja jika bisa.

"Iyya insya allah" Sahut Dinda tanpa berniat menatap mata elang itu. Mengapa Azlan setega ini pada dirinya?

Dinda sudah menundukkan kepalanya, sebentar lagi air matanya akan turun cepat atau lambat.

"Oke" Setelah itu Azlan berniat meninggalkan Dinda disitu.

Grep!

"Biar. Untuk terakhir kalinya gue mohon" Runtuh Sudah pertahanan Dinda dirinya sudah menangis dengan posisi memeluk Azlan. Air matanya sudah membasahi kemeja Azlan.

Ia tak peduli jika Azlan tak membalas pelukannya, ia juga sadar bahwa hati Azlan bukan lagi miliknya.

Sedangkan Azlan dirinya berusaha mati matian tidak membalas pelukan gadisNya ini. Ia tak sanggup melihat air mata yang turun.

Dinda melonggarkan pelukannya menatap sejenak mata Elang itu. Ia akan merindukan pemilik mata ini.

"Udah? " Azlan bersuara setelah sekian lama hening, membuat Dinda tersentak.

Dengan berat Dinda mengangguk dan tersenyum getir, Sejujurnya didalam hati kecilnya ia masih menginginkan Azlan di sampingnya.

Dinda terduduk di lantai Rooftop, bersandar di tembok tembok kokoh. Membiarkan rambutnya terbawa angin.

Besok seutuhnya. Seutuhnya Azlan bukan miliknya.

Apakah ia sanggup menghadiri acara pertunangan mantannya itu?

^^^

Dinda gadis itu masih setia duduk dibangkunya padahal semua sahabatnya telah duluan ke kantin. Entah mengapa ia kehilangan selera makan seketika.

Satya yang sedari tadi mengoceh dan menggerutu karena Dinda dan yang lainnya memaksa Remaja Laki laki beralis tebal itu menyelesaikan tugas kelompok sedirian, tak dipedulikannya.

Dinda juga masih setia menatap Roti dan secarik kertas yang tadi ia dapatkan di meja guru. Terkesan konyol.

Dinda tak tahu siapa pemiliknya yang jelas, Dinda yakin surat dan roti ini diletakkan di meja guru pada saat kelasnya jam Olahraga di lapangan.

Lalu siapa yang repot rapot mengiriminya ini?

Haiii! Ini ada Roti makan ya. Jangan pikirin dia, ikhlasin aja. Ingat Gue gak mau Lo sakit. Oke!

Dinda enggan menyentuh roti tersebut.

Tangannya menangkupkan kepala diatas meja.

Tak lama keempat sahabatnya sudah datang dengan heboh. Seraya membawa pesanan masing masing.

Mereka menyodorkan Milkshake kesukaan Dinda, Dinda mengambilnya tanpa semangat. Bahkan ia hanya menatapnya saja, tanpa minat.

"Yaelah Din, emang lo kagak laper apa diatas meja ada milkshake, roti tapi gak disentuh dikitpun" Dhara geleng geleng melihat Dinda yang sangat tak bersemangat.

"Tau tuh makan seh dah" Rena ikut berkomentar sambil mengambil potongan kue.

Dinda memasang wjah datar, ia malas bersuara untuk kali ini.

The Cool & Possesive KakelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang