YEONJUN POVAh, dimana aku? Dan kenapa tempat ini gelap sekali? Sekujur tubuhku sakit dan tak bisa digerakkan?
Aku menatap kedua tanganku, wajar saja, ternyata kedua tanganku dan kedua kakiku diikat.
Aku ingat sekarang, sebelumnya aku terpisah dengan ke4 temanku saat akan mencari tempat yg pas untuk berkemah dan mencari makanan.
Aku memandang seisi tempat sekarang aku berada, tas ku ada di depan pintu, masih lengkap dengan barang lainnya, yg tidak ada hanya topi ku.
Aku berusaha melepaskan ikatan tali ini sekuat tenaga ,tapi tidak bisa, semakin kuat aku memberontak untuk dapat melepaskan diri, yg kudapatkan hanyalah bantingan diriku saat kursi ini tak seimbang, lalu terjatuh.
Sakit. Itu yg kurasakan, berharap mendapat benda tajam yg bisa membebaskan tanganku, yg kudapatkan hanyalah bunyi pintu dibuka.
Pemilik rumah ini pasti datang menyelamatkanku, atau tidak?¿
Wajahnya tidak terlihat, itu karena lampu gudang dimatikan, gudang? Apa benar ini gudang?
"Aigoo, kau terjatuh? Apa yg kau lakukan? Berusaha membebaskan diri?" Tanya nya.
Aku bisa melihat jelas wajahnya, wajah tampan itu dengan rambut belahnya, dia berjalan kearahku.
"Ah kau tak bisa berbicara" ujarnya melepaskan paksa lakban yg membekap mulutku.
"Arghhh" ringis ku karena merasa sakit saat lakban itu ditarik paksa dari mulutku.
"Sakit?" Tanyanya.
"Bodoh, tentu saja sakit" keluh ku, dia hanya terkekeh.
"Lepaskan aku!!!" Seru ku saat menyadari senyuman mulutnya, bukan senyum manis, melainkan seringai jahat terpampang di wajah tampannya.
Tampan? Ya dia memang tampan, kau akan jatuh hati dengannya jika melihat wajah tampannya, sayangnya, dia pandai ber akting, dibalik wajah polos nya, dia adalah pembunuh.
Mungkin saat ini aku adalah targetnya? Mengingat aku yg masuk begitu saja kerumah ini, tapi yg kuherankan, dia berbeda dengan sosok sebelumnya yg menyuntikan obat bius ke leherku.
Jangan bilang ada 2 pembunuh di rumah ini? Bodoh kau Yeonjun, harusnya kau jangan berpisah dengan teman mu yg lainnya.
"Kau ingin lepas? Tidak mudah" ujarnya. Dia bangun, mengambil benda berkilau di dalam tas ku.
Astaga. Itu kan pisau milikku, pisau yg sengaja ku bawa untuk menghindari adanya bahaya.
Dia mengusap pisau itu dengan tangannya. Heol, tolong aku!! Aku belum mau mati.
Dia mendekat kearahku dengan pisau ditangannya.
"Lebih baik ayo bermain main bersamaku!" Ujarnya menyeringai.
Dia duduk didepanku, aku menatapnya tajam, perlahan namun pasti pisau itu didekatkan ke pipiku.
Sret...
"Aaarggghhh!!!!" Sakit, saat pisau itu menggores pipi mulusku, darah keluar dengan deras dari pipiku.
"Itu belum seberapa" gumamnya, dia mendekatkan pisau itu pada pipiku yg lainnya.
Srett...
"Hentikan!!! Sakittt!!" Ringisku, dia hanya menatapku dengan tatapan sendu? Ada apa?
"Kau sungguh penakut, itu tidak lah sakit" ujarnya dengan muka polosnya itu, "bagaimana jika bagian dada kirimu?" Seketika mukanya berubah menjadi wajah psikopat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Sweat & Tears (DISCONTINUED!)
Horror1 2 3 4 5 6 ?? 'Di situasi seperti ini, kau hanya harus melindugi dirimu sendiri, karena salah satu bahkan lebih diantara kalian adalah pelakunya'