Brak....
"DARURAT!!!"
"Ada apa Niel-ah?" Tanya Jisung yg saat itu lagi sibuk mengupas buah apel untuk dirinya dan Soobin. Daniel memandang ke sekitar, merasa tidak menemukan Soobin, Daniel berjalan mendekat kearah Jisung
"Hyung... ayo ikut denganku... kau sudah sembuh kan? Tinggalkan Soobin disini... ayo" ajak Daniel kearah Jisung, sementara Jisung mengiyakan walaupun dia sendiri bingung maksud Daniel hanya mengajaknya sendiri itu kenapa...
Beruntung Jisung sudah sembuh, dan dia tidak lagi memakai infus segala macam, jadilah Daniel tidak perlu repot repot keluar membawa tiang infus. Setelah siap, mereka berdua keluar dari kamar rawat dengan perlahan supaya Soobin tidak menyadari pergerakan mereka berdua, akan berbahaya kalau Soobin sampai ikut bersama mereka.
"Oh ya, kau ingin membawa ku kemana? Kenapa ini para pasien banyak ngumpul didepan kamarnya? Ada pesta?" Tanya Jisung setelah melihat banyaknya pasien yg ngumpul didepan kamar mereka sendiri, tetapi yg berbeda adalah, raut wajah mereka menggambarkan ketakutan bukannya kegembiraan.
"Kau akan segera mengetahuinya hyung... tapi sebelumnya, kau tidak mendengar suara tadi hyung?" Tanya Daniel ditengah perjalanan mereka.
"Suara apa? Yg kudengar sedari tadi adalah suara tv, jadi aku tidak tau suara lain" ujar Jisung mengendikkan bahunya tak tau. Daniel mengenyitkan alisnya, masa Jisung hyung gatau? Kan dia pemilik rumah sakit ini, masa suara sirine yg menggema gitu dia Gatau?
"Hyung yakin? Tidak mendengar sama sekali? Suara sirine tanda darurat menggema sekeras itu hyung gatau? Hyung kan pemilik rumah sakit ini, masa hyung tidak mendengar suara sirine tanda darurat itu?!" Ujar Daniel memandang kearah Jisung menyelidik.
"Ah entahlah, aku memang benar tidak mendengarnya, mungkin saat itu aku sedang tidur... jadi tidak mendengarnya. Lagipula ada apaan si? Dari perkataan mu dan pandangan mu seolah kau sedang menuduhku...?" Ujar Jisung memandang santai kearah Daniel.
"Mungkin, bisa jadi... terlalu mustahil untuk orang seperti hyung yg tidak mendengar suara sirine tanda darurat... atau hyung mendengarnya namun berpura pura tidak tau?? Itu bisa jadi kan?" Ujar Daniel lagi lagi memandang Jisung menyelidik.
"Cih... buktinya? Sudahlah Niel... aku hanya tidak mendengarnya, paling suara sirine itu tanda ada pasien yg berantem, atau ada yg kabur... kenapa kau begitu curiga padaku??? Kau ada dendam kesumat ya padaku?" Tanya Jisung menendang kaki Daniel sekuat tenaga.
"Hyung.... kau mencurigakan sekali"
"Kau benar benar menuduh diriku ya...?!" Ujar Jisung menoleh kebelakang karena Daniel sengaja menghentikan jalannya membuat Jisung berjalan tanpa Daniel.
"Aku tadinya tidak ingin, tapi hyung liat ke sekeliling... apa raut wajah mereka masih bisa dibilang kalau sirine tanda darurat yg bunyi tadi hanya disebabkan oleh orang berantem dan ada pasien yg kabur...?" Mendengar ucapan Daniel, Jisung memperhatikan sekeliling, melihat beberapa pasien yg berbicara dengan keluarganya, namun mereka terlihat takut.
"Apa yg hyung liat, wajah mereka ketakutan? Untuk apa kalau hanya ada pasien yg kabur atau berantem membuat mereka setakut ini? Tidak mungkin, mereka pasti akan lebih tidak peduli menanggapi hal itu, tapi ini? Apa kau yakin ini masih bisa dibilang apa yg hyung katakan?" Ujar Daniel mendekat kearah Jisung.
"Lagipula, setiap rumah sakit tidak perlu repot untuk menyalakan sirine tanda darurat saat ada pasien yg kabur atau ada pasien yg berantem bukan? Untuk apa... itu akan memancing ketakutan dari kamar pasien yg lainnya... pihak rumah sakit pasti lebih memilih mengurusnya sendiri daripada memilih membuat heboh seisi rumah sakit..." ujar Daniel melirik Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Sweat & Tears (DISCONTINUED!)
Horror1 2 3 4 5 6 ?? 'Di situasi seperti ini, kau hanya harus melindugi dirimu sendiri, karena salah satu bahkan lebih diantara kalian adalah pelakunya'