CHAPTER 73

10.1K 401 18
                                    

Nb: Maaf kalau banyak typo
[Sudut Pandang Harry]
"Lo kasar banget sama Nessa"
"Gue ijinin lo ikut, bukan buat banyak komentar!" Kunaikkan kecepatan laju mobilku membuat mereka berdua terdorong kebelakang.
"Lo.. lo tadi bilang dia bitch kan? Gue tau kalau nggak seharusnya gue ikut campur tapi dia-"
"Shut the fuck up! Or.. you can jump from here asshole!" Bentakku membuat mereka berdua menutup mulut mereka rapat-rapat.
"Okay sorry pal" Kulirik Ben yang kini bungkam, diam seribu bahasa setelah bentakanku tadi. Kemudian Liam yang sedang duduk dibelakang melirik keluar jendela sambil menepuk-nepuk pahanya mengikuti alunan lagu yang berasal dari radio.
"Kita mau kemana?" Tanya Liam akhirnya angkat bicara.
"Hell" jawabku singkat dan direspon anggukan oleh Liam.
"Lo nggak usah angguk-angguk!" Matanya menatap mataku dari kaca spion. Dia menaikkan alisnya membuatku makin geram.
"Sampai kapan lo mau kayak gini terus?" Tambahnya menatapku dengan tatapan enggan. Kulirik Ben yang hanya menggerakkan bahunya naik turun seolah tak mengerti apa yang dimaksud Liam.
"Excuse me?"
"Ya. Sampai kapan lo mau ngehindar terus setiap ada masalah? Selalu emosi dan pergi gitu aja. Lo nggak pernah kasih kesempatan orang lain untuk menjelaskan"
"Fuck it Li, urusi urusan lo sendiri" Dia tersenyum mengejek padaku seolah berkata aku ini pecundang, lalu kembali melihat keluar jendela.
"Satu yang perlu lo tau, sesuatu terasa lebih berharga jika sesuatu itu sudah bukan milik kita" kalimatnya menusuk tepat didadaku. Ben yang duduk disampingku hanya fokus kedepan sembari mengangguk kecil seakan setuju dengan apa yang dikatakan Liam.

Kuakui diantara kami semua, Liamlah yang selalu menasehati kami jika sesuatu yang menurutnya tak baik telah menimpa kami. Dia disebut big daddy karena sikap nya yah seperti seorang ayah yang selalu memotivasi atau terkadang menasehati kami. Dan aku adalah orang yang selalu menjadi tumbalnya. Dulu hampir setiap saat dia mengomentari setiap hal yang kulakukan, baik itu benar menurutku. Tapi dibalik komentarnya tersirat makna yang baik hingga terkadang membuatku tak salah mengambil keputusan. Walau dulu akulah yang seolah memimpin kelompok tapi peran Liam sangat penting.
"Gue nggak tau harus ngapain sekarang" ucapanku memang terkesan seperti curahan hati namun pada siapa lagi aku bercerita jika bukan pada dua kawan anehku ini.

Mendangar ucapanku tadi, Ben yang tadi fokus kedepan sontak menoleh memberikan ekspresi tak percaya, sedangkan Liam dapat kulihat dari kaca spion tersenyum yang entah apa maksudnya.
"Go a head" tambah Liam dan dengan itu kuberanikan diriku untuk mencurahkannya. Kami berhenti dijantung kota, taman yang sudah hampir sepi mengingat matahari sebentar lagi akan menghilang.

Aku, Ben dan Liam berjalan mencari kursi lalu duduk dan akhirnya melepaskan semua yang ingin kuutarakan.
[Sudut Pandang Nessa]
"Kamu ngertikan?" Zayn mengangguk kecil. Jam tengah menunjukkan pukul 8 malam. Harry belum kembali, bahkan pemilik apartemen pun belum kembali. Apa karena ada aku disini?
"Nessa, kamu harus jelasin ke Harry secara detail. Aku yakin dia bakal ngerti"
"Dari tadi aku juga udah mau jelasin tapi.. tapi dia nggak ngasih aku kesempatan" Zayn memijit pelan pelipisnya seakan berpikir keras apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Dengar Nessa, kamu taukan Harry itu kayak gimana. Sekali dia marah, semuanya akan meledak. Tapi nggak butuh waktu yang lama, dia bakal baik sendiri kok. So kalau dia kembali, kamu jelasin. Kamu tunggu dia diapartemennya aja. Mungkin aja dia udah kembali" Kuhela nafasku panjang. Zayn benar, Harry tipe orang yang mudah marah namun marahnya juga mudah padam.
"Tapi Niall-"
"Urusan Niall serahin sama aku, dia itu cuma kaget dengar ucapan Harry tadi. Dari dulu dia juga selalu berpihak kekamu dibanding Harry" mendengar ucapan Zayn membuat udara seakan masuk memenuhi badanku membuatku terasa lebih ringan.
"Tapi Zayn, aku nggak yakin Harry mau-"
"Jangan pesimis. Aku antar kamu kembali keapartemen Harry"

Sesampainya diapartemen Harry. Akupun masuk, Zayn tak bisa menemaniku karena besok pagi dia akan kembali, ditambah lagi dia belum mengemas barang-barangnya. Aku juga tak ingin merepotkannya.

Irresistible "Harry Styles" (ON-HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang