CHAPTER 76

11.3K 426 33
                                    

[Sudut Pandang Harry]
Setelah malam itu membahas bocah tengik Nelson, aku merasa sedikit khawatir. Tapi Nessa mengatakan jika nama belakang Nelson bukanlah Teasdale namun Logan. Aku juga ingat ibunya bernama Diane Logan. Namun disisi lain aku merasa Nelson yang ditemukan Nessa itu Nelson Teasdale. Nelson adik Lou. Melihat dari gelang yang diberikan Nelson ke Nessa, gelang yang sama persis dengan gelang milik Lou.

Dan yang mendukung dugaanku ialah ketika Nessa menceritakan mengenai kakak Nelson itu. Kakak Nelson yang telah tiada, yang kebetulannya juga berulang tahun pada hari dimana Nessa juga berulang tahun. Semua ciri-ciri yang diutarakan Nessa seakan tertuju pada Lou.
Aku tak menyalahkan Nelson yang entah mengapa bisa dengan anehnya bertemu dengan Nessa. Bisa ditemukan digowa itu oleh Nessa, seakan semuanya telah direncanakan, namun Nelson hanyalah bocah kecil yang tak mengerti apa-apa.

Bukannya aku tak ingin menceritakan masa laluku pada Nessa. Hanya saja semuanya telah kukubur dalam-dalam. Aku tak siap jika masalah itu digali kembali. Aku tak ingin membuat masalah baru dengan Nessa. Aku tak ingin Nessa terlibat. Cukup aku dan orang-orang dimasa laluku yang tahu. Aku tak ingin karena hal ini mengganggu hubunganku dengan Nessa. Aku tak ingin karena hal ini mengganggu masa yang mendatang.

Aku tahu sekeras apapun usahaku untuk menutupi masa laluku, Nessa akan tetap akan tahu. Cepat atau lambat. Hanya saja aku belum siap untuk menghadapinya. Aku tak bisa membayangkan jika Nessa mengetahui kebenarannya dan akhirnya memilih untuk meninggalkanku. Aku tak bisa untuk mengulang kejadian beberapa bulan yang lalu ketika aku dan Nessa sedang dihujam masalah yang benar-benar membuatku lemah dan hampir gila. Hanya satu yang tak bisa kulalui, yaitu ketika Nessa pergi meninggalkanku.

Lamuanku terbuyar ketika ponselku berdering. Dengan sigap kuraih ponselku disaku, kudapati nama Nessa tertera dilayar kaca membuat jantungku berdegup kencang. Entahlah semenjak pertemuan dengan Nelson membuatku selalu khawatir.
Aku berdehem agar suara serak atau kegugupanku dapat hilang.
"Hallo?"

"Harry? Kamu udah makan siang?"

"Uh.. su-uh.. maksudku belum"

"Kamu kenapa? Terjadi sesuatu?" Fuck. Baru saja aku menghindari pertanyaan ini. Nessa langsung curiga

"Tidak, aku baik-baik saja. Kamu mau makan siang sama aku?" Kucoba untuk bersikap biasa-biasa saja.

"Kalau kamu lagi tidak enak badan yaudah, lain kali saja. Lebih baik kamu pulang dan istirahat"

"Aku baik-baik saja Nessa. Mau kujemput?"

"Kamu yakin?"

"Ya. Tunggu aku 10 menit lagi. Love you" dan dengan itu line terputus.
Aku tak bisa terlarut dalam perasaan khawatir seperti ini jika memang aku tak ingin membiarkan masalah ini digubris.

Dengan menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya pelan, kuteguhkan perasaanku agar tidak memikirkan hal yang seharusnya tak kupikirkan apalagi jika sedang bersama Nessa nanti.

Kulangkahkan kakiku keluar, seperti biasa jika aku berjalan keluar dari ruanganku, semua orang seolah berhenti melakukan pekerjaannya lalu menunduk padaku. Well.. aku tahu aku adalah CEO namun jika melihat tingkah mereka yang begitu berlebihan membuatku muak. Yah demi menghindari hal yang tak diinginkan aku hanya berjalan dengan menatap lurus tak mempedulikan sedikitpun sekitarku.

Keluar dari kantor, kulaju mobilku berharap lalu lintas bersahabat. Kurenggangkan dasiku yang seakan mencekik ini. Mengacak kecil rambutku yang sedari tadi tersisir rapi. Awalnya berada dikantor seperti neraka bagiku, namun demi membangun masa depan yang baik dengan Nessa. Aku harus bisa berkorban. Dan apapun kulakukan demi wanita itu.

Irresistible "Harry Styles" (ON-HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang