CHAPTER 2

19.8K 1.2K 5
                                    

Semenjak kepergian ayahku aku mulai tak menghiraukan ibu tiriku lagi. Diapun demikian.

Yang kupunya hanyalah beberapa sahabat sekarang. Merekalah yang mengisi hari-hariku dan membuatku melupakan kehidupan pribadiku yang begitu menyedihkan.

Yah kami berteman cukup lama. Anna, David dan Brian. Mereka adalah alasanku untuk tersenyum. Merekalah yang selalu ada untukku. Hanya mereka yang kupunya. Merekalah tempatku menuangkan semua keluh kesahku. Tempatku menyandarkan gelisahku. Dan merekalah keluargaku saat ini..

***

Sepulang sekolah, aku mampir kerumah Brian untuk mengerjakan tugas karena printer dirumahku sedang bemasalah makanya aku meminta bantuan dan meminjam printer Brian.

Aku pulang agak larut. Aku tak perduli, toh kalo aku pulang yang kudapati hanyalah rumah kosong. Jika aku beruntung aku tak bertemu ibu tiriku.

Terkadang jika bertemu dengannya, yang ia lakukan hanyalah memarahiku jika aku tak pulang lebih awal untuk membersihkan rumah. Aku sekarang tak peduli lagi dengannya. Demikian pun dia, tak peduli apa yang kulakukan, dia hanya mencariku apabila rumah perlu dibersihkan. Selebih itu, kami tak ada hubungan apapun yang perlu dikerjakan.

Diperjalanan pulang aku berjalan sendirian melewati blok per blok. Yang ada hanyalah angin malam berhembus dan penerangan dari beberapa lampu jalan.

Aku tak mempercepat langkahku karena ingin menikmati suasana malam, langit dipenuhi bintang dan terlihat bulan sabit yang juga memberi penerang dimalam itu,  sungguh malam yang indah.

Aku masih ingat ketika aku kecil, ayahku selalu membawaku keloteng untuk melihat bintang, dan selalu berkata kalo ibu diatas sana. Dia bisa melihat apapun yang kuperbuat jadi aku tak boleh nakal, katanya. Waktu itu aku masih junior disekolah menengah pertama kira-kira umurku menginjak 12 tahun.

Sungguh rinduku sangat besar ingin bertemu ayah dan ibuku. Tak lama berjalan, ketika hampir tiba ditujuan yaitu rumahku, tinggal beberapa rumah lagi. Tiba-tiba mobil hitam berhenti dan dua orang lelaki turun dari mobil itu, mereka berjalan kearahku.

Menyadari aku dalam bahaya, aku bergegas untuk lari tapi tiba-tiba salah satu dari laki-laki tersebut mengeluarkan saputangan dari saku jaketnya dan menutup mulutku. Seketika aku memberontak agar bisa lepas dari genggamannya tapi mereka sangat kuat dibanding dengan tubuhku yang kecil dan tak tahu mengapa, mataku mulai sayup dan akhirnya blackout. Semuanya gelap...

******************************

semoga kalian suka:) comment or vote thanks a lot for reading xx

Irresistible "Harry Styles" (ON-HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang