(26) Show Time

951 29 0
                                    


Kau yang berani mengusik. Siapkah dirimu menerima Akibatnya. Dia yang kau usik meletakkan Pelindung terhebat didepannya. menyiapkan Perangkap terindah untuk kamu Sang pendusta

~'¤♡¤'~


Angle melihat rancangannya yang sudah hampir siap dengan pandangan penuh rencana, rancangan yang baru saja dia buat dengan Sia tiga jam yang lalu, di rapat dengan semua pegawai di butiqnya, satu langkah untuk memancing pencuri keluar, berikan umpan yang menggiurkan.

"ah baju yang indah" Sia menatap antusias, Angle mengangguk setuju, rancangan yang indah, kalaborasi mereka berdua, yang akan semakin membuat pencuri itu ingin segera mengambilnya.

Angle menyimpan kertas sketsa itu di dalam buku sketsanya.

"kamu yakin kita bisa memancingnya' Angle tersenyum miring, menatap Sia yang seolah hilang pijakannya.

"manusia rendah yang hanya bisa mengambil milik orang lain, apa kau pikir mereka akan berpikir dua kali untuk mengambil ini"

Sia menngangguk mengerti, Angle benar, tidak mungkin penjahat itu akan bersembunyi saat mereka bahkan seolah memberi izin mereka mengambilnya.

"baiklah, sebaiknya kita bergegas sekarang' Angle mengangguk sebagai jawaban, dengan cepat dia membereskan barangnya. Mereka akan pergi sekarang, dan kemudian menunggu para penjahat itu datang, masuk ke dalam perangkap mereka

***

Pakaian hitam, lengkap dengan penutup wajah, yang akan membuat mereka berhasil lagi kali ini,, setelah lama mereka bisa menghafal setiap sudut CCTV yang bahkan sudah terhubung ke handphont mereka yang sekarang sedang di pegang oleh satu rekannya, dia disini sebagai pengintai, memastikan rekannya bisa melakukan aksinya dengan lancar.

Salah satu diantara mereka tersenyum senang, malam ini sekali lagi mereka mendapatkannya, dan kali ini lagi sang pemilik tidak akan menyadarinya. Betapa bodohnya gadis itu

"kita mendapatnya, saatnya pergi" salah satu diantara mereka mengangguk mengerti, dengan langkah cepat mereka segera keluar dari sana, kembali menembus kegelapan, dan segera keluar dari area target mereka. Secepat yang mereka bisa.

"kE te mu"

****

"ah mereka lama sekali" seorang gadis dalam balutan celana jean ketat yang membungkus kaki jenjangnya lengkap dengan kemeja putih yang membungkus badannya, menatap tak sabaran kelayar ponselnya yang masih menunjukan setiap sudut dalam sebuah bangunan yang sudah lama dijadikan kantornya.

"aku bosan' seorang gadis lainnya menyeruput cepat jus apokatnya dengan cepat. Sudah lama mereka menunggu disini, di dalam sebuah kamar hotel yang tepat berada di depan butiq mereka.

"ah, kak Nathan kemana sih" gadis itu,, Sia kembali berseru bosan,

"diamlah" Angle menatap serius, layar ponselnya yang tiba-tiba menunjukkan gambaran lain dari CCTV di dalam kantornya, hitam.

"akhirnya" Sia berseru semangat setelah sadar bahwa target mereka mulai bergerak.

"apa aku perlu bawa pistol, atau gunting saja, ah tidak obat biius saja" Angle merotasikan matanya jengah, lihatlah, gadis itu mulai lagi memilih-milih benda apa yang akan dia bawa, untuk menemani aksi mereka malam ini,

"terserah" balas Angle sambil memasang kuku runcingnya di dua jadi tangan kanannya yang malam ini akan kembali menemani permainannya.

"ah aku kabari kak Nathan dulu," Sia dengan cepat mengikuti Angle keluar dari kamar hotel yang mereka tempati, tangannya sibuk menekan benda pipih kesayangannya yang akan menghubungkannya dengan Nathan pujaan hatinya.

"kak , kami bergerak lo, kakak ajak yang lain dong, lumanyan lo " Sia berseru semangat seolah kali ini teman bermain mereka hanyalah benda mati.

"dasar aneh" Angle mencibir sadis, langkahnya yang cepat segera membawa nya keluar dari hotel tersebut, dengan cepat mereka segera menyebrang jalanan yang sudah nampak sepi, tengah malam begini, walaupun ini jakarta, bukan bearti akan selalu ramai kan. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Ini terlihat sangat lenggang.

"wah ada dua" Sia berseru heboh, saat salah satu CCTV yang baru mereka pasang di ruangan tadi siang Angle menunjukkan target mereka.

Angle menyeringai lebar,, saat matanya melihat targetnya sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mudah sekali memancing tikus menjijikkan seperti mereka. Angle dan sia melangkah pelan, seolah mereka berjalan diatas angin, bahkan target mereka tidak sadar kalau sekarang mereka dalam bahaya.

Angle semakin tersenyum lebar, saat matanya sudah menangkap siluit bayangan hitam yang diterpa cahaya bulan berjalan mengendap-ngendap di depan mereka. Angle segera melangkah cepat dan keluar dari balik tembok yang tadi menjadi tempat mereka mengintai

"KE te mu" sebuah sunggingan miring menghiasi bibir angle, targetnya tersentak kaget, dan menatap sekitar panik. Mereka hendak kabur ternyata. Sampai tidak sadar Sia yang berjalan ke belakang salah satu mereka.

"PAMM" Sia tersenyum penuh kemenangan saat salah satu dari mereka berhasil dibuatnya pinsan dengan pukulan tangannya.

"ah pinsan" satu yang tersisa menatap panik, dengan langkah cepat dia berusaha kabur, namun sayangnya Angle yang menyadari itu segera menendang kaki targetnya sampai terjatuh.

"ah lemah sekali' cibir Sia, yang sudah berjongkok di depan targetnya bahkan mereka tidak berniat melepaskan penutup wajah sang korban.

Angle melangkah pelan mendekati targetnya yang masih meringis kesakitan. Kakinya yang jenjang berdiri tegak di samping tubuh yang bergetar hebat di bawahnya, matanya menatap rendah, sebuah senyum mengerikan terpatri indahh diwajahnya, sebelum kakinya kembali menendang target tepat di kepalanya.

"ah pinsan lagi" Sia mendesah kecewa, melihat targetnya kembali pinsan. Dengan enggan dia segera bangun dari posisi jongkoknya.

"keluarlah, aku tahu kalian sudah disini"

"ah ketahuan."

Dari gelapnya melam. Tiga orang pria dan satu orang wanita dalam balutan busana hitam yang membungkus tubuh indah mereka, keluar dari balik pilar penyangga tempat mereka berdiri.

"CK!" Angle berdeck kesal mendapati respon Aldo seolah sedang bermain petak umpet dengannya, dan lagi kenapa sahabatnya Natasya juga di seret kemari. Lengkap dengan kotak berukuran sedang ditangan gadis itu dengan tanda palang merah di depannya. Seolah mereka hendak pergi berperang saja.

"Bodoh"' cibir Angle jengkel, Nathan yang melihat tu terkekeh pelan, langkah kakinya melambat saat melihat dua tubuh yang sudah tergeletak tak berdaya. Dengan angkuh Nathan segera memanggil dua orangnya yang sedari tadi mengawasi dari luar untuk masuk

"bawa mereka!" ucapnya angkuh, yang dibalas cepat oleh dua lelaki berbadan besar anak buahh Nathan.

"show time"

Angle menyeringai senang, membayangkan apa yang akan mereka lakukan, satu masalah selesai dan sekarang hanya tinggal memancing dalangnya keluar dengan sendirinya. Langkah selanjutnya hanya tinggal menyingkirkan siapa saja yang berpotensi mengusik mereka.

"kita pergi"

"show time sayang" Aldo menyeringai licik sambil merangkul Angle yang seolah tidak terusik dengan perlakuannya. Angle mengangkat pandangannya menatap Aldo sinis, yang dibalas dengan seringai sexy yang bertengger indah di bibir lelaki itu, sambil mendekatkan wajahnya semakin dekat dengan Angle, yang berhasil membuat Nathan jengah.

" berhenti bertingkah bodoh, kita harus cepat" Nathan menatap tajam dua pasangan aneh itu, mereka harus cepat menuju tempat yang akan menjadi saksi bisu aksi mereka, dan apa yang dilakukan oleh adiknya dan sahabat gila nya itu, hanya akan membuat mereka semakin lama saja.

****

My Beloved AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang