13. MBA (13)

1.8K 46 0
                                    


Suara hiruk pikuk jalanan terpampang jelas dari atas gedung pencakar langit yang berdiri tegak diatas tanah yang entah berapa hektar luasnya. Gedung yang menjadi kantor pusat perusahaan Xevarindo yang sekarang di pimpin oleh Arkan Junior Xevarindo, lelaki yang di panggil Arkan itu tersenyum manis menatap hiruk pikuk dibawah sana, tapi tidak dengan saudaranya yang terus saja menampilkan wajah kesal sejak pria itu tiba di ruangannya

"Apa kau akan terus berada di ruanganku?" Aldo meludah sembarangan, menanggapi dengan kasar apa yang ditanyakan adiknya itu

"oi, yang sopan" Arkan geleng-geleng melihat kelakuan kakaknya itu, sebenarnya siapa yang menjadi adik disini , kenapa dia yang terlihat lebih dewasa dari pada lelaki di depannya itu. Walaupun dia tidak pernah menyangkal bagaimana menakutkannya lelaki itu.

"anak kecil dilarang protes" Arkan mengangkat tangannya menyerah, ini masih mending dia hanya harus menghadapi saudaranya sendiri, kalau sampai dia harus menghadapi kedua sahabat saudaranya itu dia pasti akan mati muda. Mereka itu kumpulan orang gila.

"Masalah Angel lagi" tebak Arkan tepat sasaran, Aldo berdecak kesal.

"apa gue culik aja tu cewek" dia janji akan menggatakan ini pada Dadynya nanti. Saudaranya ini benar benar harus dibawa kerumah sakit.

"kalau lo mau berhadapan dengan Nathan, gue rasa itu tidak masalah, tapi gue yakin Sia akan meneror lo kalau berani menyentuh targetnya" Arkan tertawa mengejek melihat wajah kesal Aldo, dia mengenal Sia dan Angel dengan baik, bisa dikatakan mereka itu seumuran, hanya berbeda beberapa bulan saja.  ya tapi sayangnya dia tidak pernah berniat mendekati Angel yang bahkan dihari pertama pertemuan mereka saja, gadis itu sudah mengatakan kalau dia membenci lelaki murahan. Poor you Aldo. Arkan yakin itu juga yang ingin Aldo yakinkan pada Angel, dia tidak semurahan itu, dan Angel tidak sengampang itu untuk diyakinkan. Pasangan yang cocok

Aldo kembali menelpon seseorang yang dia yakin itu adalah Angel, dan lagi-lagi, Aldo kembali mengumpat kasar saat telpon itu kembali di matikan.

"apa lo sudah mengirimkan hadiah untuknya" Arkan mengangguk malas. Posisinya yang berada di depan Aldo membuat lelaki itu bisa melihat dengan jelas bagaimana raut kesal di wajah saudaranya

"kau yakin" Arkan kembali mengangguk, namun kali ini lebih menyakinkan,

"kau mengirimkannya barang murahan" Arkan berdecih kesal, apa lelaki ini bodoh, dia bahkan sudah mengeluarkan banyak uang hanya untuk memenuhi keinginan saudaranya

"apa kau gila" Aldo mengeram kesal.

"baiklah aku akan mencoba menelponnya" Arkan mengeluarkan ponselnya dari saku Jas nya. Dan mulai menelpon Angel, masa bodo dengan tatapan Aldo yang seolah ingin membunuhnya itu.

"bagaimana kau tahu nomer ponselnya" Tanya Aldo sewot. Arkan mengabaikannya. Dengan santai lelaki itu memainkan ponselnya.

"hallo Angel" Aldo shok, bagaimana mungkin gadis itu mengangkat telpon adiknya. Arkan sengaja menspikerkan percakapannya dengan Angel. Dan itu sukses membuat Aldo semakin kesal.

"Apa lo lagi sibuk?" Tanya Arkan lagi

"tidak juga"

Arkan tersenyum mengejek kearah Aldo. Yang sepertinya sudah siap ingin membunuhnya

"apa kau punya waktu untuk makan siang"

"tentu" lagi dan lagi, Aldo mengeram kesal

"baiklah, nanti siang, di Caffe biasa, bagaimana"

"tentu. "

"ok good, see you there" Arkan segera menutup telponnya . di depannya Aldo sudah siap dengan kepalan tinjunya

My Beloved AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang