Hari ini adalah hari keempat masa hukuman jisoo. Rasanya benar-benar tidak sanggup menjalani segala hukuman yang Jennie berikan. Jisoo yang selalu ingin mengecup Jennie setiap saat, beberapa hari ini bahkan tidak bisa menyentuh secuil pun tubuh kekasihnya. Ketika dirinya ingin memeluk tubuh Jennie, wanita itu langsung menjauhkan tubuhnya dari Jisoo.
Rasanya hal ini lebih susah dilewati ketimbang menangani pasien di ruang operasi.
Jennie akhir-akhir ini sangat sibuk dengan persiapan comeback dirinya. Seringkali ia pulang telat. Pernah sekali ia baru kembali ke apartement pukul tiga pagi dan tidak menemukan Jisoo dikamarnya. Waktu itu Jennie sangat gusar. Mencari kesana-kemari dan sempat berpikir Jisoo marah karena tidak dibolehkan menyentuhnya.
Ternyata ketika ia membuka kamar mandi, Jennie melihat kekasihnya itu tengah tertidur pulas diatas bathtub dengan wajah yang tertutup buku.
Bodoh memang, untung saja Jennie belum sempat menangis dan mengira kekasihnya itu sudah meninggal. Jika ia, maka ia sudah tidak bisa lagi menutupi rasa malunya dan Jisoo tentu bisa dengan bebas meledeknya.
~
Saat ini Jisoo masih berada diruangannya. Masih dengan setia melayani pasien yang silih berganti memeriksakan kesehatan sendi maupun tulang kepadanya. Beberapa pasien ada yang mengenal Jisoo dengan baik karena secara rutin harus melakukan konsultasi dengan dokter cantik itu.
Salah satunya Nyonya Im yang secara rutin setiap seminggu sekali melakukan check up. Tidak sendiri, ia juga ditemani putrinya yang bernama Im Nayeon.
Entah kenapa Jisoo merasa jika Nayeon menyukainya. Bukan tanpa alasan. Setiap Nyonya Im datang dan konsultasi tentang kesehatan persendiannya. Nayeon selalu duduk disamping eommanya. Pandangannya tidak sedikitpun berpaling dari wajah cantik Jisoo. Bahkan terkadang ia dengan sengaja mendekatkan tangannya agar bisa menggenggam tangan Jisoo.
Seperti sekarang ini.
"nyonya Im, sendi anda berangsur pulih lebih cepat. Mungkin setelah dua kali pertemuan anda tidak perlu melakukan konsultasi lagi." Ucap Jisoo sembari melepas genggaman Nayeon.
"Tetapi jika sendi eomma mulai terasa nyeri lagi, bukankah eomma harus kembali melakukan check up?"
"Iya, tentu. Tetapi lebih baik kita berdoa agar sendi ibu mu menjadi lebih baik." Jawab Jisoo.
Setelah Jisoo menuliskan resep obatnya, Nyona Im pun segera keluar. Namun tidak dengan Nayeon. Ia perlahan mendekati Jisoo, memperpendek jarak keduanya dan memberikan kartu nama miliknya.
"Sudah kelima kalinya ku memberikanmu ini. Kuharap kau segera menghubungiku." Ucap Nayeon lalu berjalan keluar mengikuti eommanya.
Jisoo lantas segera menghempaskan nafasnya dan langsung membuang kartu nama Nayeon ke tempat sampah.
"Aish! Dadanya kenapa besar sekali."
Keluarga Nayeon sendiri merupakan keluarga konglomerat. Tidak jauh beda seperti keluarga Jisoo maupun Jennie. Hanya berada dua level dibawah keluarga Jisoo. Sang Appa, Tuan Im adalah seorang CEO disebuah perusahaan hiburan, sedangkan Nayeon hanyalah gadis
salah satu universitas elit di Korea.2 hours later....
Jisoo dengan semangat merapihkan meja kerjanya agar bisa lebh cepat kembali ke rumah. Daritadi senyumnya belum juga sirnah dan malah bertambah lebar. Bahkan Perawat Ahn yang sedaritadi membantu Jisoo pun kebingungan.
Ia yakin Jennie sudah berada di rumah dan sedang menonton film yang sudah ia siapkan sebelumnya. Jisoo sangat yakin jika rencananya kali ini berhasil. Belum lagi Jisoo sebelumnya sudah menyiapkan minuman yang dicampur obat perangsang yang ditaruh didalam kulkas.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] COïNCIDENCE
FanfikceAku cinta kamu! pena ku yang menuliskan dan hatiku yang mengatakan.