📍SNU Hospital
Jennie akhirnya bisa menjenguk Appa Kim. Ia berjalan tanpa menutupi wajahnya dengan masker dan melewati jalan khusus. Bersama dua manajernya.
Diluar ruangan, sudah menunggu Chaeng. Tanpa menunggu Chaeng pun langsung membawa tubuh Jennie kedalam pelukannya.
"Kajja, Tante dan Paman sudah menunggumu."
Keduanya lalu masuk berbarengan. Tuan Kim mengeluarkan senyumnya saat melihat Jennie memasuki ruangannya. Tidak berbeda jauh dengan Nyonya Kim yang langsung memeluk Jennie.
"Mianhae karena aku hanya bisa membawa ini." Ucap Jennie dengan menaruh berbagai buah dan cake diatas meja.
"Tidak usah repot-repot sayang. Kami hanya memintamu untuk menjenguk."
Sesaat setelah itu mereka saling berbincang. Jennie bahkan bercerita banyak soal kesibukkannya.
Tidak lama seseorang mengetuk pintu dan membukanya.
Tatapan mereka tidak sengaja bertemu membuat Jennie dengan cepat membuang pandangannya.
"Permisi, waktunya check up." Ucap wanita tersebut lalu mulai memeriksa keadaan Tuan Kim.
"Irene-ah!" Panggil Eomma Kim.
"Nde, Nyonya. Ada apa?" Tanya Irene masih mengecek tensi darah Tuan Park.
"Terima kasih." Jawab Eomma Kim dengan senyum tulusnya.
"Ah, ne. Ini sudah kewajibanku."
Irene lalu melepaskan stetoskop dari telinganya dan mulai berbicara soal kondisi Appa Kim.
"Semoga jika keadaan Tuan Kim stabil dalam tiga hari kedepan, Tuan Kim bisa kembali ke rumah."
"Syukurlah."
Irene tersenyum sebelum akhirnya pamit untuk mengecek kondisi pasien lain bersama para perawat.
"Kemana Jisoo?" Tanya Appa Kim kepada Chaeng.
"Ah unni sedang meeting dengan investor dari Jepang." Jawab Chaeng.
Mendengar apa yang dikatakan Chaeng, membuat Jennie sedikit kecewa. Dirinya benar-benar ingin bertemu Jisoo. Bahkan jika bisa memeluknya.
Hampir satu jam lebih berbincang akhirnya Jennie pamit kepada Eomma dan Appa Kim. Ia keluar bersama Chaeng disampingnya.
"Unni, gomawo." Ucap Chaeng dengan memeluk tubuh Jennie.
Jennie hanya tersenyum dengan menganggukkan kepalanya.
"Titip salam untuk Jisoo."
Chaeng melepaskan pelukannya dan menatap Jennie. Seakan ingin mengatakan sesuatu.
"Hmm... U-u-nnie, sebenarnya Jisoo unni sudah memiliki kekasih."
Bagaikan tertampar. Ucapan Chaeng mampu mencabik-cabikan hatinya. Dirinya yang masih berharap agar bisa kembali dengan Jisoo, kini dihadapi kenyataan pahit.
Jisoonya sudah menemukan pengganti dirinya. Jisoo menemukan seseorang yang bisa mencintainya.
"Soal hubungan Jisoo unni dengan Dokter Bae, mereka tidak ada hubungan apa-apa selain teman kerja biasa."
Jennie hanya mengangguk.
"Kalau begitu aku pamit ne, salam untuk Jisoo."
Tepat setelah itu Jennie pergi dengan perasaan yang lebih-lebih hancur dari sebelumnya. Seakan tidak ada lagi harapan untuknya.
****
3 days later
📍Godabang Cat Cafe, SeoulDisinilah Jisoo. Bermain dengan seekor kucing sembari menunggu seseorang yang telah memiliki janji dengannya. Ia menyempatkan waktu untuk bertemu orang tersebut ditengah kesibukan dirinya.
Menjadi CEO bagi Jisoo adalah sebuah tantangan baru baginya.
Jisoo yang biasa bekerja mengikuti shift kini mulai bekerja dari pagi hingga waktu yang tidak ditentukan. Kadang bisa siang, sore, ataupun malam. Benar-benar tidak bisa ditebak.
"Ji!" Panggil seorang wanita dengan merangkul pundak Jisoo dari belakang.
Merasakan sentuhan ditubuhnya Jisoo pun menengokkan wajahnya kesamping dan tersenyum saat mengetahui siapa yang menyentuhnya.
"So cute!" Ucap wanita tadi dengan memainkan kucing yang ada dipangkuan Jisoo.
"Baru selesai bekerja?" Tanya Jisoo yang dibalas anggukan oleh Irene.
"Iced americano for life huh?" Ledek Irene saat melihat Jisoo hanya memesan americano.
Jisoo lagi-lagi hanya tersenyum.
"Jadi ada apa CEO Kim tiba-tiba mengajakku bertemu?"
"Mianhae Irene-ah."
Mendengar ucapan maaf Jisoo yang tiba-tiba membuat Irene akhirnya harus berpikir.
"Minhae karena membuat dirimu terlibat dalam hubunganku dan Jennie. Membuat Jennie selalu berburuk sangka kepadamu." Jisoo akhirnya mendudukan wajah.
Sampai akhirnya Irene meraih wajah Jisoo dan membelai lembut pipi kawannya itu.
"Ji! Bukan salahmu. Aku yang salah. Aku telah membuat Jennie selalu cemburu kepadamu. Sampai-sampai hubungan kalian berakhir."
"Aniya Irene-ah. Tolong jangan membenci Jennie ne?"
Irene tersenyum lalu memgangguk. Mengiyakan apa yang Jisoo katakan.
"Akhirnya aku tahu bagaimana kau mencintainya. Aku juga mencintaimu. Entah sampai kapan. Sampai kapan aku akan mencintaimu dalam diam? Jika pada kenyataannya hatimu masih untuknya."
"Aku tidak berjanji untuk terus menunggumu Ji. Mungkin saat ini berteman adalah pilihan terbaik agar aku masih bisa berada didekatmu."
-Irene
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] COïNCIDENCE
FanfictionAku cinta kamu! pena ku yang menuliskan dan hatiku yang mengatakan.