Akhirnya Jisoo selesai dengan pekerjaannya dan langsung menjemput Jennie kerumah orang tuanya. Selama perjalanan ia hanya memikirkan bagaimana reaksi Jennie nanti. Kekasihnya itu sudah kepalang cemburu karena Irene.
Setelah 30 menit membelah kemacetan Kota Seoul ia pun sampai di pelataran rumahnya. Dilihatnya Eomma Kim yang tengah menikmati acara masak-memasak di televisi.
"Eoh... Kau sudah selesai bekerja." Ucap Eomma Kim saat Jisoo memeluknya manja.
Jisoo hanya membalasnya dengan anggukan.
"Jennie ada dikamarmu."
Ia lalu melepaskan pelukannya dan berjalana menaiki tangga menuju kamarnya.
Sesaat setelah pintu terbuka dapat ia lihat Jennie yang tengah tertidur pulas diatas kasur.
"Hi, wake up! Let's go home." Suara Jisoo pelan masih mencoba membangunkan Jennie.
Jennie perlahan membuka matanya dan mendapati Jisoo ada disampingnya.
"Sudah ngedatenya?" Tanya Jennie dengan mendudukan dirinya.
"Sayang... aku baru pulang bekerja. Jangan memulai, oke?"
"Kajja kita pulang." Ucap Jennie dengan meraih tasnya.
Jisoo hanya mengangguk lalu keluar kamar mengikuti Jennie.
"Eomma aku dan Jennie pulang." Ucap Jisoo kepada Eomma Kim.
Wanita paruh baya itu langsung memeluk keduanya bergantian.
"Kapan-kapan kesini lagi, ne?" Jisoo dan Jennie hanya menganggup menanggapi ucapan Eomma Kim.
"Kalau begitu kami pulang, daah!"
Kini Jisoo dan Jennie berada didalam mobil. Pergi menuju apartement. Keadaan juga sangat hening karena keduanya bekun ada yang membuka mulut.
Jennie sedari tadi hanya memainkan ponselnya tanpa menghiraukan kehadiran Jisoo disampingnya.
"Jen!"
"Jennie-ah!"
"Jendeuki~"
"Ji, stop it! Aku malas berbicara denganmu."
Mendengar apa yang Jennie ucapkan membuat Jisoo langsung diam. Tidak ingin melanjutkan perdebatan.
***
Sudah hampir tiga hari Jennie terus mendiami Jisoo. Bahkan Jisoo terpaksa harus tidur di kamar lain tidak bersama Jennie. Ia juga tidak lagi menikmati sarapannya bersama Jennie.
"Kau sangat kekanakan." Ucap Jisoo kepada Jennie yang baru saja menuruni tangga.
"Apa maksudmu? Aku kekanakan?"
Jisoo mengangguk sebagai jawaban.
"Hanya karena aku makan bersama teman kerjaku, kau sampai secemburu ini?"
"Hanya teman kerja? Heol! Teman kerja mana yang hampir setiap lunch dan dinner makan bersama? Hanya kalian."
"Whatever! I'm tired. Aku pergi." Jisoo lalu melangkah keluar menuju pintu.
"JUST GO WHEREVER YOU WANT!"
Jisoo tidak menghiraukan sedikit pun perkataan Jennie. Dirinya benar-benar keluar meninggalkan Jennie sendiri. Ia lelah, hampir setiap hari menjelaskan tetapi kekasihnya malah selalu berburuk sangka.
Sedangkan didalam sana, Jennie terus menangis. Besok ia harus segera berangkat ke Singapore untuk melanjutkan tur disaat hubungannya sedang berantakan seperti ini.
"Shittttttttt!!!!"
10.00 KST
Di sebuah kamar seorang wanita muda baru saja terbangun dari tidurnya. Jisoo kini tengah bersiap untuk segera pergi ke Rumah Sakit. Sebelum pergi ia menyempatkan untuk berendam di bath tub sebentar. Akhir-akhir ini tubuhnya memang sangat membutuhkan refleksi yang bisa menenangkan.
Ia membuka ponselnya dan mengingat jika satu jam yang lalu Jennie baru saja pergi untuk melanjutkan tur ke Singapore.
Dengan segera ia mengecek sebuah portal berita hiburan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Entah perasaannya saja atau memang kenyataannya seperti itu, Jennie terlihat sangat tidak bersemangat kali ini. Ia takut jika apa yang terjadi dengan hubungan mereka akan berpengaruh dengan penampilan Jennie nanti.
Selesai berendam Jisoo lalu bersiap untuk pergi bekerja. Tanpa ada niat sedikitpun untuk menghubungi Jennie.
Hari ini entah kenapa kemacetan lebih parah dari biasanya. Jisoo bahkan sudah telat 15 menit sekarang.
Melihat disamping mobilnya ada seorang pemotor, tanpa menunggu ia segera membuka kaca jendela dan menanyakan penyebab kemacetan.
"Ah yang kudengar ada kecelakaan didepan."
Ucap pemotor tersebut yang dibalas kalimat terima kasih oleh Jisoo. Dengan segera ia menghubungi Ji Na dan memberitahu jika dirinya terjebak macet parah.
Ingin menghubungi Jennie juga rasanya percuma. Tidak akan diangkat dan terkesan diabaikan.
"Aish kenapa hari-hari ku menjadi seperti ini."
Cukup lama kemacetan itu terjadi sampai akhirnya Jisoo bisa kembali melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit.
Sudah telat hampir dua jam karena kemacetan yang sebelumnya terjadi. Sesampainya di area parkir, ia langsung berjalan ke arah lift.
Drrt.... drrrt!
"Eomma?"
........ ........ ........
Setelah mendengar apa yang Eommanya beritahu, Jisoo segera berlari kearah UGD. Dilihatnya seorang pasien dengan keadaan mengenaskan. Wajah berlumuran darah dan beberapa bagian tubuh terluka parah.
"Chogiyo, anda tidak dibolehkan berada disini."
"S-s-siapa yang akan menanganinya?" Tanya Jisoo dengan suara yang bergetar.
"Dokter Park akan melakukan tindakan operasi untuk pasien."
Mendengar nama Jinyoung yang akan melakukan tindakan operasi, dengan cepat Jisoo berlari kearah ruangan Jinyoung. Dilihatnya Jinyoung yang tengah menyiapkan diri.
"Jinyoung-Ssi, tolong lakukan operasi dengan baik."
"Keadaan pasien sangat kritis Jisoo-Ssi. Tetapi kau tenang saja. Aku akan melakukan yang terbaik." Ucap Jinyoung berupaya menenangkan Jisoo yang terlihat sangat cemas.
"Tolong selamatkan Appaku, Jinyoung-Ssi."
Setelah itu, Jisoo berjalan gontai kearah ruangannya. Mendudukan dirinya dengan selalu menyematkan doa-doa. Meminta Tuhan untuk menyembuhkan sang appa.
"Jisoo." Panggil seorang wanita yang baru saja memasuki ruangannya.
Jisoo berdiri dari kursinya. Berjalan mendekati wanita tadi.
Greb!
Jisoo akhirnya memeluk erat tubuh ramping itu. Membiarkan tangisnya pecah di rengkuhan erat sang wanita.