Cook

3.9K 596 31
                                        

Jisoo dan Jennie bersama Umma Kim kini tengah berada di ruang tamu. Keduanya duduk disofa yang sama sedangkan Umma Kim di sofa seberangnya. Jennie juga masih sibuk dengan ponselnya saat ini. Berbeda dengan Jisoo yang memilih untuk berbincang dengan Umma Kim.

"Jadi saat itu kau memiliki jadwal operasi mendadak?"

Jisoo mengangguk.

"Tapi wanita disampingku ini tidak mau mendengar penjelasanku." Ucap Jisoo lalu memandang Jennie sekilas.

Membuat Jennie mengerucutkan bibirnya.

Umma Kim menggelengkan kepalanya saat tahu seberapa keras kepalanya Jennie.

"Yasudah, kalau begitu Umma ke atas dulu ne." Umma berdiri dari sofa lalu pergi meninggalkan keduanya.

Jennie masih terus bermain dengan ponselnya. Membuat Jisoo bosan dan memilih untuk menjaili kekasihnya.

"Yah! Kembalikkan!" Kesal Jennie saat Jisoo meraih ponsel miliknya.

Ia terus berusaha meraih ponselnya yang Jisoo angkat lumayan tinggi. Jennie mulai memukul-mukul pelan lengan Jisoo yang masih menggenggam ponselnya.

"Kim Jisoo!"

"Aniyo! Aku ingin lihat siapa saja yang ada di roomchat-mu sampai kau tidak bisa membalas pesanku."

"Tidak ada siapa-siapa bodoh! hanya kau."

"Ah jinjja? Eh tunggu-tunggu, siapa ini? Kim Jongin?" Tanya Jisoo.

"Kim Jongin? Siapa? Aku tidak kenal." Jawab Jennie.

"Ini dia baru mengirimmu pesan. Annyeong Jennie Kim! Ini aku Jongin yang membantumu dua hari lalu." Jisoo membacakan isi teks pesan yang Jongin kirim.

"Aish! Tidak usah dibalas."

Jisoo mengangguk lalu mengembalikan ponsel ke Jennie.

Greeb!

Jisoo tanpa menunggu memeluk tubuh Jennie. Memainkan hidung bangirnya di pipi gembil milik sang kekasih.

"Jadi kekasih cantikku ini memaafkan aku tidak?" Tanya Jisoo dengan aegyonya.

"Ewww kau menjijikan saat bertingkah imut seperti itu." Ledek Jennie.

"Benarkah? tapi Umma Kim bilang kau merindukan manusia menjijikan ini." Balas Jisoo yang membuat pipi Jennie memerah.

"Lagi kemana saja seminggu ini. Kenapa tidak mencoba menemuiku? Kenapa hanya mengirimkan pesan dan menelfonku?" Omel Jennie tepat diwajah Jisoo.

"Saat aku bertanya kepada Umma Kim, katanya kau tidak dirumah beberapa hari ini."

"Ah benar juga. Aku ada pemotretan beberapa hari lalu di Jeju. Lagi kenapa malah menghubungi umma bukannya aku? Kekasihmu sebenarnya siapa sih aku atau umma?" Omel Jennie tidak ada henti.

"Yah! Kau bahkan tidak mengangkat panggilanku. Lalu Jongin tadi siapa?" Tanya Jisoo masih mengecup-ngecup pipi Jennie.

"Dia hanya staff Kim." Jawab Jennie lalu membelai lembut wajah Jisoo.

"Langsung block saja nomornya." Suruh Jisoo yang mendapat senyuman dari Jennie.

Kekasihnya itu masih terus posesif tanpa pengecualian.

"I miss you!" Ucap Jennie.

"I miss you more Jennie Kim!"

Jennie tersenyum lalu mengecup bibir hati Jisoo. Mendapat kecupan dari kekasihnya, Jisoo malah balik melumat bibir merah Jennie. Membiarkan sang kekasih merasakan betapa rindu dirinya.

"Je- Eoh! Mianhae!" Umma Kim lalu pergi ke arah dapur.

Sedangkan Jennie dan Jisoo yang terkejut langsung mendorong tubuh satu sama lain.

"Pabo!" Jennie mencubit bibir hati Jisoo.

Setelah itu keduanya menghampiri Umma Kim ke dapur.

Umma Kim masih terus menahan tawanya karena apa yang baru saja ia pergoki tadi. Melihat sang putri berciuman dengan pujaan hati. Ia sadar jika gadisnya itu sudah dewasa sekarang.

"Umma, jangan beritahu appa ne? Nanti pasti dia akan terus mengejekku." Pinta Jennie dengan aegyo.

"Umma tidak akan memberitahu appamu, asalkan...."

"Asalkan apa?" Tanya Jennie.

"Masakkan Umma dan Jisoo sesuatu."

Ucap Umma Kim mampu membuat Jisoo tersenyum dan Jennie menekuk wajahnya.

"Kau juga belum pernah mencicipi masakan Jennie kan Soo?"

"Ah ne Umma, terakhir Jennie hanya memberiku sandwich.

"Itu juga Umma yang membuatnya."

"Ah, benarkah? berarti kali ini kau masakkan aku ya sayang." Jisoo kali ini mulai mengusap lembut kepala Jennie.

Namun Jennie dengan kesal malah mendorong tubuh Jisoo pelan.

"Harusnya kau bantu aku. Lagi salah siapa malah melum-----"

Jisoo menutup mulut Jennie sebelum kekasihnya itu menyelesaikan kalimatnya.

"Melu? Melu apa sayang? Melupakan?" Tanya Jisoo masih mencoba menutup rapat mulut Jennie.

"YAHHH! AISH!"

Teriak Jisoo saat Jennie malah menggigit salah satu jarinya dengan kuat.

"Melumat bibirku." Jawab Jennie lalu memakai celemeknya.

"Aish! Gigimu itu sudah seperti silet." Gerutu Jisoo.

"Sudah! sudah! Jennie kau harus masak ne. Soo kajja! Temani Umma menonton acara TV.

"Nde Umma."

Umma Kim lebih dulu meninggalkan area dapur. Berbeda dengan Jisoo yang masih melihat apa yang akan kekasihnya lakukan.

"Semangat sayang, I love you!"

Chu~

Jisoo pergi setelah berhasil mengecup singkat bibir Jennie.

Jennie tentu tidak bisa lagi menutupi senyum dan pipinya yang mulai bersemu merah.

Kekasihnya itu selalu saja bisa membuatnya berbunga-bunga.

Hampir 15 menit akhirnya Jennie datang dengan makanan yang telah ia buat. Jisoo tentu sudah tidak sabar ingin melihat hasil masakkan calon istrinya itu. Begitupun dengan Umma Kim yang akhirnya bisa merasakan masakkan buatan Jennie.

"Pasti enak." Ucap Jisoo sebelum Jennie membuka penutup makanan.

"Kau buat apa? Steak, spaghetti, atau kimchi fried rice?" Tanya Umma Kim memastikan.

1...

2...

3...

4...

5...

Keduanya terkejut saat melihat apa yang sudah Jennie buat. Seakan memikirkan pasti perutnya akan kenyang setelah memakannya. Masakan penuh cinta kalau kata Jennie.

"Jen. kau tidak salah kan?"

"Kau serius sayang?"

Jennie masih mengangguk dengan senyum yang belum luntur.

"Memang kenapa? ada yang salah dengan ramyeon?"

"Ah tidak kok. Jennie Kim tidak pernah salah."

"Anak Umma paling sempurna."

Jennie tersenyum lalu menyuapi Jisoo satu sendok makanan.

"Gomawo."

[END] COïNCIDENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang