Gwen duduk menatap Ibu mertunya yang kini duduk dihadapannya, memberikan senyuman tulus padanya.
"Apa kamu bisa tidur dengan nyenyak?" Tanya Iris melihat menantu satu satunya, Arga anak tunggal. Hanya Arga yang dimiliki oleh Iris dan Arden.
"Yah bu, aku bisa tidur dengan nyenyak semalam. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan aku." Jawab Gwen dengan lembut, ibu mertuanya sangat baik.
Sangat mendengar kalau anaknya menghamili Gwen, ia bukannya marah pada Gwen seperti kedua orangtuanya Gwen. Iris memeluknya, mengucapkan puluhan kata maaf karna anak yang ia kandung sembilan bulan tersebut membuat Gwen harus mendapatkan penderitaan, membuat Gwen harus melewati hari hari yang sulit.
"Baguslah, dia pasti tidak ingin merepotkan kamu. Apa kalian jadi akan pindah hari ini?" Tanya Iris mengingat kalau Arga memutuskan untuk pindah dengan alasan ingin memulai kehidupan rumah tangga yang mandiri bersama Gwen.
"Ia bu. Maaf kalau Gwen tidak bisa membujuk Arga tetap ingin tinggal disini, Gwen sudah bicara dengan Arga, namun Arga tetap ingin pindah." Ucap Gwen saat mengingat pembicaraan keduanya semalam.
"Tidak masalah sayang, ibu mengerti. Tidak masalah, ibu bisa mengunjungi kalian tiap hari. Lagian kalian bukan pindah ke luar kota." Gwen menarik bibirnya, ia mengerti perasaan Iris. Tapi Gwen rasa keputusan Arga benar, mereka tidak bisa tinggal bersama Iris dan Arden. Hubungan keduanya berbeda, situasinya tidak akan nyaman pada ahkirnya.
"Ini kontrak pernikahan, aku rasa aku perlu memberikan kamu jaminan kalau perkataanku yang sebelumnya bukan hanya ucapan yang bersifat angin berlalu."
Amplop berwarna coklat yang masih tertutup kini ada diudara tepat di hadapan Gwen, Arga mengulurkan amplop tersebut pada Gwen. Gwen menatapnya sebentar, sebelum mengambil ahli amplop tersebut dan membuka amplop tersebut.
PERJANJIAN PERNIKAHAN
Seperti itulah tulisan yang menyambut Gwen saat menarik keluar kertas yang berada didalam amplop coklta tersebut.
"Kapan kamu menyiapkan hal ini?" Tanya Gwen dengan mata yang masih fokus dengan kata PERJANJIAN PERNIKAHAN, bagaikan terhipnotis mata Gwen tidak ingin pergi dari tulisan tersebut.
"Dua hari yang lalu, aku menyuruh pengacara untuk membuatnya tanpa sepengetahuan orangtua kita begitu juga kamu. Aku diam diam melakukannya karna aku pikir kita perlu menegaskan dimana kita harus menempatkan diri kita dalam hubungan ini." Jawab Arga.
Gwen menurunkan pandangannya, semakin bawah semakin sakit. Isi dalam perjanjian ini hanyalah, kalimat kalimat yang membuat Gwen terluka. Kalimat kalimat yang membuat Gwen merasa seperti pengemis.
"Hak asuh?" Mata Gwen terhenti pada point terahkir, Arga membahas soal hak asuh anak mereka.
"Aku pikir lebih baik kita mencantumkan didalam perjanjian kita. Aku memberikan hak asuh sepenuhnya sama kamu Gwen, tapi dengan syarat keluargaku dan aku berhak untuk melihatnya kapanpun. Uang masa depannya akan aku biayayi sepenuhnya, kamu tidak perlu khawatir."
"Apa kamu pikir aku tidak bisa menghidupinya?" Sudah jelas, Gwen sangat sensitif. Perkataan Arga terdengar sangat salah dipendengaran Gwen.
"Bukan begitu, kamu sudah menjaganya maka aku harus melakukan sesuatu juga. Membiayayinya, itu adalah tugasku." Ucap Arga menjelaskan maksud ucapannya sebelumnya.
"Membiayayi tidak bisa membuat kamu menjadi seorang Ayah yang bertanggung jawab, akan lebih baik kamu tidak membiayayinya." Ucap Gwen sebelum berdiri dari pojok kasur yang ia duduki.
"Gwen?"
"Kamu akan membuatnya terluka, sama seperti aku." Ucap Gwen dingin tanpa ekspresi mampu menghentikan perkataan Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
ChickLitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...