11

1.6K 133 1
                                    

"Jadi kamu sudah menikah?" Gwen menggukan kepalanya, yah setelah ia keluar dari perusahaan dengan terpaksa ini pertama kalinya Gwen kembali bertemu dengan pria yang ada di hadapannya_Zion.

"..."

"Kamu gak cerita sama aku? Kamu anggap aku apa Gwen. Kalau aku gak ke rumah orangtua kamu, aku gak akan tahu kalau kamu sudah menikah. Kalau aku gak ketemu sama Ayah kamu aku gak akan pernah tahu kalau kamu sudah menikah. Apa kamu akan tetap diam membohongi aku?" Ucap Zion menatap Gwen sebelum memalingkan wajahnya kearah jendela kaca mobil yang ada di samping kanannya.

"Kamu diluar kota Zi." Jawab Gwen mencari segudang alasan.

"Alasan Gwen, apa susahnya telpon aku. Beberapa hari yang lalu aku telpon kamu, apa susahnya kamu ngomong saat itu kalau memang alasan kamu saat kamu menikah aku di luar kota? Kenapa kamu malah menghindar? Lagian luar kota gak membuat sinyal ponsel aku jelek Gwen." Ucap Zion yang kini menatap kembali ke arah Gwen yang duduk di samping kirinya.

"Maaf." Ucap Gwen yang tidak mampu lagi memberikan alasan, karna pria yang kini ia lihat menunjukan ekpresi terluka bahkan matanya kini menunjukan rasa sakit karna kenyataan yang baru saja menamparnya.

"Kamu mengindarkan?" Tanya Zion.

"Maaf." Jawab Gwen lagi dengan perkataan yang sama.

"Gak ada gunannya kata maaf Gwen, jelaskan sama aku. Jelaskan jangan menghindar terus." Ucap Zion memuntut jawaban dari Gwen.

"Aku memang sudah menikah, awalnya aku memang ingin bicara sama kamu namun aku belum menemukan waktu untuk menjelaskan semuanya sama kamu." Ucap Gwen.

"Siapa dia?" Tanya Zion karna saat ia ingin bertanya pada Raka, Gwen telah menariknya keluar dan kemudian keduanya berahkir berbicara di dalam mobil Zion yang terpakir di depan rumah orangtua Gwen.

"Kamu gak kenal Zi." Jawab Gwen, karna Gwen yakin keduanya tidak mungkin saling kenal apalagi Zion yang memang tidak terlalu akrab dengan lingkup sosialita seperti.

"Orang biasa saja? Bagaimana bisa orangtua kamu setuju menikahi kamu dengan dia?" Tanya Zion sinis saat menduga kalau Gwen tidak menikah dengan kalangan yang sama dengan keluarganya.

"Aku mencintainya." Jawab Gwen santai, beginilah cara agar Zion tidak bertanya lebih lagi tentang pernikahannya yang terkesan sangat mendadak, atau nyantanya memang mendadak.

"Kamu bohong Gwen." Ucap Zion dengan cepat sebelum menarik pelan tangan Gwen agar Gwen menatap dirinya kembali.

"Apa aku terlihat bohong?" Tanya Gwen saat keduanya sudah saling bertatap.

"Ia." Jawab Zion. Pendiriannya tetap sama, Gwen hanya membohingi dirinya.

"Ini sudah larut malam, pulanglah." Ucap Gwen sambil melepaskan tanganya dari gengaman tangan Zion.

Zion menghembuskan nafasnya dengan berat, sebelum melepaskan gengamannya dari tangan Gwen. "Aku pulang sekarang bukan berarti aku melepaskan kamu Gwen. Kamu tahu aku menyukai kamu dari dulu, bukan hanya menyukai tapi aku mencintai kamu sudah sangat lama. Aku akan hubungi kamu lagi, aku harap kamu angkat telpon aku."

"Zi, aku sudah menikah." Ucap Gwen menekan statusnya yang saat ini sudah menjadi istri orang lain, bahkan sebentar lahi dirinya akan menjadi seorang ibu.

"Aku tahu, maka dari itu aku menyuruh kamu angkat telpon aku jika aku menghubungi kamu. Ingatkan aku kalau kamu sudah menikah dan buat aku tenang, kalau kamu memilih keputusan yang benar. Kalau pria itu menyakiti kamu, ingat kata kata aku. Aku mencintai kamu, kamu bisa datang kepadaku kapanpun."

Gwen terdiam, perkataan Zion kali ini benar benar menyentil dirinya. Perasaan Zion yang tulus, sikap Zion yang berbeda dari teman pria yang Gwen miliki membuat Gwen menganggap Zion lebih dari sekedar teman pria dulu.

"Karna senja tidak pernah ingkar janji, ia akan tetap kembali meskipun sudah pergi. Aku pergi bukan berarti meninggalkan kamu. Kamu harus ingat itu." Ucap Zion lagi sebelum turun dari mobil, membuka pintu mobil untuk Gwen.

"Terimakasih, sungguh. Dan maaf karna tidak membicarakan hal ini sama kamu lebih awal." Ucap Gwen setelah turun dari mobil.

"Masuklah, selamat malam." Gwen diam, membiarkan Zion pergi meninggalkan area rumah orangtuanya dengan mobil yang melaju.

Gwen berjalan masuk ke dalam rumah, menaiki anak anak tangga sebelum membuka pintu kamarnya dan sekilas menatap Arga yang duduk di atas kasur sebelum ahkirnya Gwen memutuskan menghiraukan Arga.

"Dengan siapa kamu bicara di dalam mobil?" Tanya Arga yang memang melihat istrinya bicara dengan pria di dalam mobil.

"Bukan siapa siapa." Jawab Gwen yang berjalan kearah lemari pakaian.

"Zion?" Ucap Arga.

"Apa kamu tidak mendengar apa yang baru aku katakan? Bukan siapa siapa." Ucap Gwen sebelum membuka pintu lemari pakaiannya.

"Jadi Zion orang yang penting bagi kamu?" Tanya Arga lagi.

"Terserah kamu Arga, percuma menjelaskan sama kamu." Ucap Gwen sebelum menutup pintu lemari dengan dress yang sering Gwen pakai untuk tidur.

"Sepenting apa dia untuk kamu?" Tanya Arga lagi.

"..."

"Apa benar dia salah satu mantan kamu? Atau mungkin sampai saat ini masih menjadi kekasihmu?"

"Sudahlah, ini sudah malam." Jawab Gwen, ia lelah. Sungguh hari ini sangat memelahkan memasang topeng di depan semua orang. Anissa, Raka, Nelly, Zion bahkan Arga, ia lelah memasang topeng ini. Ia ingin segera masuk ke dalam dunia mimpi dan melepas topengnya di sana.

"Jadi dia benar benar penting untuk kamu?" Tanya Arga lagi dengan menuntut jawaban dari Gwen.

"Zion, pria baik yang gak akan bisa aku sakiti. Pria yang sebisa mungkin akan aku jaga, agar dia tidak terluka karna tindakan yang aku ambil. Puas kamu?" Ucap Gwen dengan emosi, wajah yang datar.

"Jadi sepenting itu dia bagi kamu?"

"Ia, dia sangat penting bagi aku. Dia pria baik yang selalu memberikan rasa aman untuk aku. Dia pria yang selalu membawa aku ke dalam pelukannya, tanpa bertanya terlebih dahulu. Dia pria yang tidak pernah memberikan aku rasa sakit, dia pria yang selalu aku harapkan tetap ada di sampingku walaupun keluargaku meninggalkanku." Ucap Gwen lagi, ia ingin segera mengahkiri hari ini.

"Bahkan aku?" Tanya Arga lagi.

"..."

"Apa dia yang kamu inginkan di samping kamu?"

"..."

"Gwen?" Panggil Arga.

"Ia." Jawab Gwen singkat.

"Heh, sekarang aku mengerti." Arga mengahlihkan tatapannya, membaringkan badannya, menarik selimut.

"Tapi sayangnya tidak semua yang aku inginkan akan menjadi milik aku, tidak semua yang kamu kehendaki akan menjadi milik aku. Bukankah kita sama? Untuk aku Zion sangat berharga dan untuk kamu Nelly juga berharga. Kita sama saja Ar, sama sama memiliki orang yang berharga di dalam hidup kita namun tidak bisa memilikinya."

"Kamu bisa memilikinya saat kita berpisah, tunggulah gak akan lama lagi. Kamu hanya perlu menunggu hingga 7 bulan lebih ke depan, kamu bisa memilikinya."

"Aku tidak akan memilikinya." Jawab Gwen lagi.

"..." Arga masih terdiam dengan posisinya saat ini, berpura pura tidak mendengar kalimat terahkir dari Gwen.

...

Senin 20 januari 2019

Don't Say Goodbye (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang