Sinar matahari kembali muncul memberikan cahaya yang begitu terang, menunjukkan aktivitas akan kembali dilakukan. Arga membuka mata, bangun dari posisi tidurnya. Semalaman, ia tidak bisa memejamkan matanya bahkan hingga saat ini. Gwen berhasil membuatnya kembali tidak bisa tidur, setelah dua tahun tidak bertemu.
Perkataan Gwen, sikap Gwen, begitu menanggu pemikirannya. Bagaimana perempuan itu pergi tampa menolehnya menjadi tanda tanya tentang hubungan keduanya.
"Lepaskan!" Lirih Gwen yang membuat Arga menjauhkan tangannya dari Gwen. Arga menatap wajah Gwen, perempuan itu kini menunjukkan ekspresi yang tidak bisa Arga pahami.
"Ada apa?" Tanya Arga dengan tatapan yang terus menatap Gwen yang kini menundukan wajahnya, sehingga Arga tidak bisa melihat wajah Gwen.
"Apa tujuan kamu datang kesini? Apa ingin membalaskan dendam kamu sama aku?Atau kamu ingin memastikan kalau sudah hancur?" Tanya Gwen pelan dengan posisi yang masih sama dengan sebelumnya.
"Gwen?"Arga pria itu menghembuskan nafasnya dengan kasar, bagaimana cara agar Gwen bisa percaya padanya? Bagaimana agar perempuan itu tahu, perasaan Arga tulus pada Gwen. Arga mencintai Gwen, bahkan sangat mencintai Gwen.
"...." Jujur Gwen takut, bahkan sangat takut jika perasaan yang ia miliki saat ini akan kembali berahkir dengan luka. Luka lamanya belum sembuh, lalu bagaimana kalau Arga memberikan luka lagi?
"Gwen?" Panggil Arga lagi saat Gwen tak kunjung menjawab panggilannya sebelumnya. Namun saat Arga ingin mendekat pada Gwen, perempuan itu memilih memundurkan langkah kakinya sehingga Arga tidak bisa mendekatinya.
"Aku memanfaatkan kamu untuk menghancurkan Anissa, apa kamu lupa? Kalau kamu ingin balas dendam padaku, jangan sekarang. Aku tidak memiliki apapun untuk melawan kamu." Ucap Gwen sebelum memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Arga yang menatap kepergian Gwen tanpa bisa melakukan apapun.
Arga menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia akan berjuang kembali. Ia tidak tahu bentuk penolakan seperti apa yang akan ia dapatkan kembali dari Gwen, tapi Arga tidak akan membuang waktunya. Arga bangkit dari posis duduknya, mengambil ponsel yang ia letakan diatas meja, dan keluar dari kamarnya.
Arga berjalan dengan langkah yang lebar, dengan harapan ia bisa menemui Gwen di lobby resort tempat ia menginap. Langkah lebarnya semakin mengecil saat melihat dua perempuan beda generasi tertawa ceria sambil bermain air bersama.
Arga menghentikan langkah kakinya, tepat di dekat kedua perempuan yang masih tidak sadar akan kehadirannya. Bahagia, itulah yang Arga lihat dari kedua wajah perempuan tersebut. Arga yang melihat hal tersebut merasa tersentil, apa jika anaknya lahir kebahagiaan seperti itu akan terpancar di wajahnya? Apakah ia dan Gwen akan menjadi orangtua yang baik? Apakah hubungan keduanya tidak akan seburuk saat ini? Apakah senyuman yang sedang terpancar di wajah Gwen akan terpancar untuknya juga?. Banyak penyesalan bagi Arga, pria itu tidak pernah melupakan sekalipun anaknya.
"Kania jangan keujung, bahaya." Ucap Gwen yang meraih tangan anak perempuan_Kania, anaknya Sara.
"Tante, gendong." Ucapnya sambil merentangkan tangannya di udara, dengan menatap Gwen yang memiliki tinggi melebihi diriny.
Gwen tersenyum, sebelum menurunkan tinggi, dan membawa Kania ke dalam gendongannya. "Kamu berat banget sih." Ucap Gwen dengan suara pelan serta senyum yang terlihat jelas di wajahnya.
"Bagus donk Tante, berarti Kania tambah besar." Ucapnya dengan tangan yang dikalungkan di leher Gwen.
"Siapa yang bilang?" Tanya Gwen dengan lembut.
"Mama." Jawabnya sebelum menjatuhkan wajahnya dipundak Gwen. Gwen tersenyum lebar, Kania sangat lucu.
Gwen berjalan menjauh dari air, hingga matanya tertuju pada satu Objek_Arga. Arga menarik bibirnya, sedangkan Gwen yang melihat hal tersebut langsung memalingkan wajahnya. Gwen terus berjalan melewati Arga, tapi siapa yang mengira Arga akan ikut berjalan beriringian di samping Gwen yang sedang menggedong Kania.
"Apa yang kamu lakukan?" Gwen terkejut saat pria itu menarik lengannya pelan dan langsung berdiri di depannya. Untung saja Kania tidak jatuh drai gendongannya.
"Biar aku, pasti berat menggendongnya dengan pakaian yang basah." Ucap Arga dengan masih memasang senyum yang ia miliki.
"...." Gwen hanya diam sambil sesekali melihat Kania yang melihat Gwen dan Arga secara bergantian.
"Gwen?" Ucap Arga lagi dengan tangan yang terulur ke depan ingin menggapai Kania.
"Kania gak suka sama orang asing, biar aku saja." Ucap Gwen dengan datar, namun belum sempat Gwen melangkahkan kakinya, Arga kembali berbicara. Bukan pada Gwen namun pada Kania.
"Kania mau Om gendong?" Tanya Arga pada Kania dengan lembut.
"Kata Mama gak boleh ngomong sama orang asing." Jawab Kania sebelum kembali menjandarkan kepalanya pada pundak Gwen.
"Dengar? Dia gak mau kamu gendong, jadi awas." Ucap Gwen, ia tidak bohong. Kania memang cukup berat, apalagi ditambah baju Kania yang basah dan baju yang juga basah.
"Gimana kalau Om belikan eskrim?" Ucap Arga lagi yang membuat Gwen jengkel.
"...." Kania masih diam, ia hanya melihat Arga.
"Dia gak_." Ucap Gwen, namun ucapannya terhenti saat Kania menjauhkan tangannya dari leher Gwen berganti menjulur ke depan, kearah Arga.
"Dia mau Gwen, sini biarkan aku yang gendong." Arga tersenyum saat melihat wajah Gwen yang terlihat kesal. Gwen melepaskan tangannya saat Kania sudah didekapan Arga, merilik sekilas kearah Arga, sebelum pergi meninggalkan Kania bersama Arga.
"Tante marah?" Tanya Kania dengan wajah polosnya saat melihat Gwen menjauh.
"Tidak." Jawab Arga yang mulai berjalan mengikuti Gwen yang ada di depannya.
"Om janji es krim?" Tanya Kania lagi.
"Ya." Jawab Arga dengan senyum. Lagi dan lagi Arga berpikir, mungkin jika anaknya hidup kini anak tersebut sedang berada di dalam gendongannya. Memanggilnya dengan sebuatan Papa, mengatakan kata-kata yang akan membuatnya tertawa.
"Apa yang kamu lakukan, cepatlah. Nanti Mbak Sara mencari Kania." Ucap Gwen dengan suara yang cukup keras, membuat Arga dan Kania langsung menatap Gwen dengan tatapan yang berbeda. Kania menatap dengan tatapan bingung, Arga menatapnya dengan tatapan gemas.
Arga tidak menjawab, Arga sedikit berlari mengejar Gwen dengan berhati-hati. Gwen berhasil membuat dirinya bahagia dipagi hari, inilah yang ia rindukan. Gwennya yang dulu telah kembali dan Arga harap ia benar-benar mendapatkan Gwennya yang dulu.
"Apa kamu tidak dingin?" Tanya Arga yang sudah berdiri di samping Gwen, perempuan itu menunggu Arga serta Kania. Mungkin ini hal yang kecil dimata orang lain, tapi ini adalah hal besar bagi Arga. Gwen menunggunnya, perempuan itu menghentikan langkah kakinya agar Arga bisa dengan cepat jalan sejajar dengan dirinya.
"Menurut kamu?" Ucap Gwen dengan kembali berjalan dengan arah pandangan kedepan.
"Dingin." Jawab Arga.
"Sudah jelaskan." Arga kembali tidak bisa menyembunyikan senyumannya kembali, saat ini bagi Arga Gwen adalah pusat kebahagiaannya. Arga berharap ia bisa membawa pusat kebahagiaannya pulang ke rumah, memberikan warna untuk kehidupannya kembali.
....
Senin, 22 juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
ChickLitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...