Gwen menghentikan langkah kakinya, berusaha menajamkan pendengarannya dengan mendekatkan dirinya pada pintu kayu yang tidak tertutup dengan rapat.
"Ma." Suara lembut, terdengar begitu putus asa adalah kata pertama yang bisa di dengar dengan jelas oleh Gwen.
"Kamu mau Mama kaya mana Nel? Mama cuma diam liat kamu terluka begini?" Tanya Anissa dengan suara yang tak kalah lelah dengan Nelly.
"Ma, aku baik-baik saja." Jawab Nelly yang bergerak semakin dekat pada Anissa.
"Kamu tidak terlihat baik-baik saja Nel." Ucap Anissa yang tidak mampu lagi melihat anaknya murung sejak berbicara dengan Gwen.
Nelly memejamkan matanya, menyatukan kedua tangannya memberikan tekanan yang kuat untuk memberikannya keberanian.
"Aku memang tidak baik-baik saja Ma, tapi aku akan berusaha untuk terlihat baik-baik saja." Jawab Nelly sebelum membuka matanya, kembali menatap Anissa.
"Kenapa harus terlihat baik-baik saja? Gwen bilang kamu bisa mendapatkan Arga kembali bukan? Kalau memang kebahagiaan kamu sama Arga Mama akan membantu kamu." Ucap Anissa yang merasa kalau Nelly hanya akan mengorbankan perasaannya dan pada ahkirnya dirinya hanya akan terluka.
"Gwen tidak benar-benar mengatakannya Ma." Ucap Nelly, ia tahu Gwen tidak mengatakan hal itu dengan kesungguhan hati namun karna emosinya.
"Siapa bilang? Mama mendengarnya dengan baik, Gwen akan melepaskan Arga. Dia menyuruh kamu untuk mendapatkan Arga kembali." Ucap Anissa sebelum membawa tangan Nelly memberikan penekanan agar Nelly mengubah pemikirannya.
"Itu tidak benar Ma. Nelly juga tidak akan melakukannya."
"Nel?"
"Kalau aku melakukannya, apa bedanya aku sama Mama?" Untuk pertama kalinya, Nelly berani mengutarakan masalah yang berkaitan dengan Anissa.
"...."
"Aku hanya akan membuat kejadian ini kembali terulang. Mungkin Gwen gak akan mengambil langkah sama seperti yang tante Ayumi ambil, tapi anaknya akan memendam perasaan yang sama seperti yang Gwen rasakan dan Nelly tidak ingin hal itu terjadi. Nelly gak ingin membuat siapapun akan kembali tersakiti." Ucap Nelly sebelum melepaskan tangannya dari Anissa.
"...."
"Nelly lelah mendapatkan tatapan kebencian dari Gwen, apalagi kalau Nelly harus mendapatkan tatapan seperti Gwen dari calon keponakan Nelly. Nelly gak mau Mama juga kembali mendapatkan kebencian." Ucap Nelly sebelum memajukan dirinya, membawa Anissa ke dalam pelukannya.
Gwen di balik pintu sudah menyatukan seluruh jari-jarinya, ia tidak akan tersentuh dengan perasaan yang menurut Gwen sangat murahan. Ia tidak akan mengubah apapun, tidak akan.
Gwen kembali menjalankan langkah kakinya, berjalan menuju tempat semulanya. Hingga langkah kakinya kembali terhenti saat melihat sang Ayah-Raka sedang berbincang bersama Arga yang terlihat sedang berada di dalam perbincangan yang begitu serius.
Mau tak mau membuat Gwen kembali mendengarkan pembicaraan mereka dengan menyandarkan punggungnya pada dinding yang mampu menyembunyikan dirinya di antara kedua pria yang berbicara di ruang keluarga tersebut.
"Ayah menjaga Gwen dengan cukup baik, sebelum kamu datang dan membuat putri yang Ayah jaga hilang begitu saja. Bukan hanya satu putri Ayah, tapi dua putri Ayah." Gwen hanya diam mendengarkannya, sama seperti Arga yang diam menundukan sedikit kepalanya.
"...."
"Gwen bukan anak yang mudah untuk menempatkan hatinya pada pria manapun dan dalam hidup Ayah, Ayah hanya pernah tahu hanya ada satu pria yang berhasil membuat Gwen seperti kembali hidup. Dulu, Gwen tidak pernah ingin keluar dari kamar. Berusaha mengurung diri, membangun benteng yang tinggi sehingga Ayah sangat sulit menembusnya. Namun hingga suatu saat, Ayah mendengar dirinya tertawa begitu kencang di kamarnya dan saat itu Ayah sadar Gwen masih memiliki kebahagiaan di luar sana."
"...."
"Ayah membiarkan dia keluar dari rumah ini, karna Ayah pikir dia akan bahagia dan Ayah masih bisa mengawasinya dari jauh. Dan kini Ayah menyesali keputusan Ayah, harusnya Ayah tidak membiarkan dia pergi. Harusnya Ayah menahannya agar tidak bertemu dengan kamu." Ucap Raka dengan tegas, namun suara yang rendah.
"Maaf, saya membuat Ayah merasa gagal menjaganya." Ucap Arga tulus, yah Arga akui dirinya juga salah di sini. Kalau dirinya bisa tegas menjaga dirinya sendiri, maka semuanya tidak akan seperti ini.
"Ayah memang gagal, tapi Ayah akan lebih gagal kalau kamu menyakitinya Arga." Ucap Raka.
"...." Arga diam, menyatuhkan kedua tangannya menggenggam lebih erat dari sebelumnya.
"Ayah menikahi Gwen karna Ayah pikir kalian saling mencintai, makanya kalian sampai melewati batas. Ayah awalnya tidak mengerti, mengapa kamu berpacaran dengan kedua anak Ayah? Ingin melamar Nelly, tapi kamu menghamili Gwen. Ayah pikir kalian saling mencintai makanya Ayah membiarkan kalian menikah." Ucap Raka lagi.
"...." Raka menarik nafasnya dengan berat, sebelum kembali membuka mulutnya.
"Kenapa Ayah bisa semarah kemarin, bukan karna tanpa alasan. Ayah tidak bisa terima kalau kedua putri Ayah kamu permainkan, Ayah tidak ingin kamu mengulang apa yang pernah Ayah lakukan." Ucap Raka yang seketika membuat Arga menatap Raka, sedangkan Gwen tetap diam dengan tangan yang melipat di depan badannya.
"...."
"Ayah memiliki dua hubungan sebelum Ayah menikah, Bundanya Gwen dan Anissa. Bundanya Gwen sangat lembut, penuh perhatian, dan selalu memadang masalah dengan positif yang membuat Ayah merasa di lindungi seperti keluarga. Namun Anissa membuat Ayah paham apa artinya hidup. Kedua perempuan itu berarti, hingga ahkirnya Ayah harus memilih dan Ayah memilih Bundanya Gwen."
"...." Arga masih diam, memahami kemana Raka akan membawa perbincangan keduanya.
"Hanya dalam dua tahun Ayah merasa hampa dan tanpa sadar Ayah membuat kesalahan fatal, Ayah diam-diam menjalin hubungan kembali dengan Anissa dan saat itu Gwen sudah hadir diantara kami. Hubungan Ayah dengan Anissa pada akhirnya di sadari oleh Bundanya Gwen dan memicu pertengkaran hebat. Gwen yang masih kecil sering melihat pertengkaran kami, menangis dengan keras agar kami menghentikan pertengkaran kami."
"...."
"Sebenarnya kata cerai sudah sering Ayah ucapakan sejak saat itu, tapi Bundanya Gwen mencoba bertahan dan Ayah? Memutuskan kembali pada Anissa. Hingga pada akhirnya Ayah membuat Bundanya Gwen benar-benar lelah untuk berjuang. Mungkin orang mengatakan Bundanya Gwen meninggal karna sakit, tapi nyatanya bukan karna itu. Bundanya memilih bunuh diri."
"...." Arga membuka matanya dengan lebar, rahasia keluarga Gwen begitu membuat dirinya sangat terkejut.
"Gwen yang masih berumur kurang lebih 10 tahun melihat dengan kedua matanya, Bundanya meminum banyak pil yang membuatnya tidak sadar. Gwen kira Bundanya tidur, karna Bundanya bilang ia lelah dan ingin segera istirahat maka dari itu Gwen memilih diam dan keluar setelah menyelimuti Bundanya."
"...." Arga lagi-lagi terdiam. Gwen yang berada di tempat persembunyiannya masih diam, dengan mata yang sudah meneteskan air yang membasahi wajah putihnya.
"Saat itu Gwen sempat despresi, menyalahkan dirinya, hingga pada akhirnya ia pingsan dan tidak sadar selama beberapa hari dan saat ia sadar, ia melupakan segalanya. Sampai saat ini, yang ia tahu Bundanya meninggal karna penyakit." Ucap Raka lagi.
"Ayah?" Lirih Arga pelan, ia tidak tahu bagaimana ia harus merespon.
"Ayah takut salah satu diantara mereka akan melakukan hal yang sama, maka dari itu Ayah memilih menikahi kamu dengan Gwen dari pada melanjutkan hubungan kamu dengan Nelly. Kamu tahu maksud Ayah bukan?"
"Yah."
"Jauhi Nelly, jangan melakukan hal yang sama dengan yang Ayah lakukan." Ucap Raka sebelum berdiri posisinya dan meninggalkan Arga yang masih terkejut dengan kebenaran yang baru saja ia dengar.
Sedangkan Gwen kini sudah menahan isakannya. Gwen hanya berpura-pura melupakannya, ia mengingat semuanya. Bahkan ia mengingat dengan jelas bagaimana sang Bunda sebelum benar-benar menutup matanya mengatakan kalau sang Ayah memiliki anak dari perempuan lain dan ia membencinya.
....
Kamis 23 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
ChickLitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...