Arga duduk dalam diam, mengamati sosok yang masih tertidur dengan selimut yang menutupi dari kaki hingga ke lehernya. Beberapa jam yang lalu ia sampai di apartemen dan melihat pintu kamar Gwen yang terbuka dengan cukup lebar dan melihat perempuan itu tidur dengan ruangan yang gelap tanpa lampu.
Arga menghidupkan lampu tidur, karna takut Gwen akan bangun jika dirinya menghidupkan lampu ruangan. Arga juga memperbaiki posisi tidur Gwen yang terlihat kacau bagi Arga. Setelah itu Arga hanya diam duduk di dekat Gwen yang masih tertidur, kurang lebih sudah hampir satu jam dirinya duduk dan hanya mengamati Gwen yang tertidur sangat pulas.
"Apa aku terlalu jahat padanya?" Tanya Arga pada dirinya sendiri dengan mata yang masih menatap erat kepada Gwen. setiap dirinya bersikap dingin, pertanyaan ini selalu berputar di dalam pikirannya.
"...."
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Arga lagi dengan hembusan nafas yang terasa sangat berat.
"Hem." Gwen yang masih menutup matanya, mengerutkan keningnya, menunjukan wajah yang siap menangis saat ini.
Arga melihatnya dan dalam sekejap, tangan Arga mengelus pelan kepala Gwen berharap Gwen kembali tenang. "Tidurlah." Lirih Arga pelan.
Gwen kembali tenang, setelah merasa Gwen tidak akan bangun, dirinya bangkit dari posisi duduknya. Arga berjalan pelan keluar dari kamar Gwen dan menutup pintu kamar Gwen.
"Halo?" Arga meletakan ponsel di telinganya, yah ia keluar karna ponselnya berdering di saku celananya.
"Halo Pak?" Diseberang sana ada suara perempuan yang terdengar cukup panik.
"Ia, ada apa? Tumben kamu menghubungi saya malam-malam begini? Apa ada masalah dengan perusahaan?" Tanya Arga sebelum mendudukan dirinya di sofa ruang keluarga dengan tangan yang memegang remot tv untuk mencari acara berita.
"Apa Bapak belum melihat pesan yang saya kirim?" Tanya sekretaris perempuan tersebut.
"Memangnya ada apa? Apa ada masalah serius?" Tanya Arga yang sudah menghentikan pergerakannya.
"Saya mendapatkan pesan dari orang yang tidak saya kenal dan pesan itu terkait mengenai kehidupan pribadi Bapak." Ucap sekretaris tersebut dengan hati-hati, karna jika dirinya salah dalam menempatkan kata sudah pasti dirinya akan kehilangan pekerjaannya hari itu juga.
"Pesan apa? Kenapa harus kepada kamu kalau soal kehidupan pribadi?" Tanya Arga lagi yang sudah meletakan remot tv dengan asal.
"Saya tidak paham Pak, dia mengirimkan pesan itu beserta ancaman dan saya harus mengatakan hal ini sama Bapak sekarang."
"Baiklah saya akan lihat dulu, setelah itu saya akan menelpon kamu lagi."
"Baik Pak."
Arga membuka aplikasi chatnya, melihat nama sekretarisnya yang ternyata sudah terpakir di ponselnya sejak beberapa menit yang lalu. Arga membulatkan matanya, menatap dengan tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Hanya beberapa menit, Arga kembali menghubungi seketarinya kembali.
"Siapa yang mengirim berita murahan seperti ini?" Tanya Arga dengan suara marahnya yang sedikit meledak.
"Saya tidak tahu Pak, saya sudah berusaha untuk mencari siapa yang mengirimnya sebelum mengatakannya pada Bapak tapi nomornya sudah tidak terdaftar." Ucapnya menjawab pertanyaan yang diutarakan oleh Arga.
Jujur seketaris tersebut sudah membaca semua pesan tersebut dan satu hal yang membuat dirinya terkejut, bahkan ingin teriak dan mengatakan berita tersebut pada semua orang. Bosnya telah menikah, bahkan pria itu berselingkuh. Dua fakta yang tidak mampu untuk di simpan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
ChickLitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...