Arga menatap langit malam tanpa bintang, setelah perdebatan Arga dan Gwen pria itu memilih pergi meninggalkan Gwen di dalam kamarnya. Arga memutuskan pergi dari apartemen membiarkan Gwen sendiri di sana.
"Kenapa lo? Kusut banget muka lo." Max, pria itu menatap temannya dengan senyum tipisnya. Max tahu dengan jelas apa yang terjadi dengan Arga, kehidupan Arga hampir sama dengan dirinya. Sebelasdua belas dengan hubungan pernikahannya, menikahi perempuan yang mengandung anaknya lebih dulu.
"Lo tahu, gak perlu tanya." Ucap Arga kesal dengan tangan yang memegang gelas berisi cairan berwarna keemasan.
"Pernikahan itu gak serumit yang lo pikirkan kok Ga. Terima saja biarkan semuanya mengalir dengan sendirinya, jangan sampai lo kehilangan apa yang sebenarnya berharga untuk lo. Gue hampir kehilangan Bulan begitu juga bayi kami, rasanya begitu menyesahkan. Gue gak ingin lo sama seperti gue, menyisahkan penyesalan yang gak akan berahkir." Ucap Max sebelum berdiri dari posisi duduknya.
"..."
"Gue cabut, keluarga kecil gue sudah tunggu di rumah. Cepat pulang gih lo, kasian Gwen kalau harus lo tinggalin sendiri apalagi dia pasti lagi sensitif saat ini karna kehamilannya." Ucap Max sebelum berjalan menjauh dari Arga.
Max, pria yang awalnya memiliki pandangan yang sama dengan Arga. Namun dengan berjalannya waktu kini dirinya memiliki pandangan yang berbeda, kebahagiaan itu berasal dari bagaimana cara kita melihatnya dan sekarang Max bahagia. Max tahu hubungannya dengan Bulan terjalin dengan cara yang salah, tapi Max tidak bisa mengatakan kalau hubungan tersebut akan berahkir dengan kata salah. Buktinya kini keduanya begitu bahagia dengan malaikat kecil yang berada diantara keduanya. Ia begitu bahagia, sangat bahagia.
Arga menatap punggung Max yang menjauh, "lo gak akan tahu bagaimana rumitnya pernikahan yang sedang gue jalani Max."
Arga menekuk minumannya, menyisahkan gelas kaca tersebut sebelum meletakan di atas meja sebelum melangkah menjauh meninggalkan area club. Arga ingin bertemu seseorang, ia ingin menyadarkan dirinya kalau ada sosok perempuan cantik yang ia cintai. Ada sosok perempuan yang pantas mendapatkan segala perasaan yang ia miliki saat ini. Ada sosok perempuan yang tidak akan pernah menduakannya.
Arga masuk ke dalam mobilnya, menjalankan mobilnya menembus udara malam menuju tempat dimana ada perempuan yang ingin dia lihat saat ini_Nelly.
"Kamu bisa keluar sekarang?" Arga pria itu menatap rumah bernuansa putih dengan menyandarkan tubuhnya di pintu depan penumpang mobilnya.
"Apa yang kamu lakukan Arga?" Suara Nelly mulai terdengar, suara lembut yang beberapa minggu lalu masih menghubunginya.
"Aku di luar. Keluarlah, aku ingin bicara sama kamu Nel." Jawab Arga, dirinya yakin Nelly akan terkejut dengan ucapannya.
"Ga,," Nelly merasa lelah, takut, khawatir, marah namun ada rasa senang saat pria yang ia rindukan ada di dekatnya.
"Hanya sebentar Nel, aku merindukan kamu."
"Huft,, tunggu aku akan turun." Nelly memutuskan turun, dirinya tidak tahu akan seperti apa nantinya tapi Nelly tidak bisa bohong dirinya sangat merindukan Arga_dirinya ingin melihat mantan pacar sekaligus suami adiknya.
Sambungan telpon tersebut terputus, Arga hanya diam mengamati sepatu yang ia gunakan sambil menunggu Nelly turun menghampirinya. Hitungan detik menjadi menit, yang awalnya sunyi menjadi terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Arga mengangkat kepalanya, Nelly perempuan itu berjalan kearahnya, melangkah semkain mendekat hingga ahkirnya berhenti di depannya dengan beberapa jarak di antara keduanya.
"Apa kabar?" Nelly perempuan itu memulai pembicaraannya, Nelly bingung bagaimana ia harus memulai pembicaraan hingga ahkirnya yang mampu keluar dari mulutnya hanya kata apa kabar.
"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Arga balik, wajah Nelly tidak jauh beda dengan wajah milik Gwen tadi pagi. Wajahnya terlihat pucat, wajah yang dulu selalu menyapanya dengan senyum.
"Aku baik-baik saja. Apa Gwen baik-baik saja? Aku sudah lama tidak menghubunginya. Apa kamu menjaganya dengan baik? Dia anak yang cukup pen__."
"Aku begitu merindukan kamu." Pelukan hangat begitu juga kalimat pelan yang Arga ucapkan berhasil membuat Nelly terdiam tanpa melanjutkan ucapannya sebelumnya.
"Ini salah Arga, gak baik kalau kamu seperti ini." Lirih Nelly, dirinya menyukainya tapi Nelly sadar hubungan seperti apa yang bisa ia jalin dengan Arga selanjutnya_hanya sebatas hubungan saudara ipar.
"Apa yang salah Nel? Apa salah kalau aku merindukan kamu?" Tanya Arga tanpa melepaskan pelukannya untuk Nelly.
"Ar?" Panggil Nelly pelan.
"Tidak bisakah kita tetap seperti ini? Tidak bisakah kamu tetap bertahan bersamaku?"
"Arga, ini salah!" Nelly dirinya melepaskan diri dari pelukan Arga, memundurkan langkahnya membuat jarak yang cukup lebar antara dirinya dan Arga.
"Apa yang salah Nel? Apa salah kalau aku masih ingin bersama kamu? Apa salah kalau perasaan aku masih sama kamu?" Tanya Arga menatap wajah Nelly dengan sinar rembulan yang menyinari malam tersebut.
"Harusnya kamu intropeksi diri Ar, semuanya gak akan seperti ini kalau kamu tidak melewati batas. Pulanglah, gak baik kalau tetangga lihat kamu di sini malam malam."
Nelly memutuskannya, sudah cukup mendapatkan pelukan terahkir dari Arga. Sudah cukup mendengar kalau Arga merindukan dirinya, sudah cukup melihat kalau pria itu perna mencintainya. Hubungan keduanya tidak akan pernah bisa lebih, hubungan keduanya tidak akan bisa berlanjut untuk melebihi batas sebagai saudara ipar.
"Sepertinya tidak ada kesempatan lagi untuk aku kembali pada kamu."
"Dari awal kamu memulai hubungan kamu dengan Gwen, memang tidak akan ada lagi kesempatan bagi kita untuk tetap lanjut Ar. kamu memilih berhubungan dengannya, maka kamu memilih untuk mengahkiri semuanya Ar. Aku harap aku tidak akan bertemu dengan kamu lagi lebih dari seoarng saudara ipar. Kamu suami adik aku, kamu Ayah dari calon keponakan aku, kamu menantu di kelaurga ini. Kamu tidak boleh melewati batas tersebut Ar, ingat itu baik-baik."
Nelly memutar tubuhnya, menjauh melangkah meninggalkan Arga yang masih terdiam. Ucapan Gwen ebgitu mengena pada dirinya. Ucapan tersebut begitu jelas di indra pendengaran Arga, hubungan keduanya benar-benar akan berahkir.
Tidak jauh dari keduanya, ada sosok yang memperhatikan Arga dengan Nelly dari awal. Sosok yang menatap dengan senyum, namun dengan mata yang memancarkan amarah. Gwen membencinya, Gwen membenci saat keduanya tetap bertemu, menunjukkan keduanya saling merindukan. Gwen membencinya!
"Ini belum waktunya, tunggu sampai waktunya bahkan untuk mendekat saja akan terasa berat. Aku pastikan itu! Rasa sakit yang kamu rasakan, rasa sakit yang kamu dapatkan tidak akan cukup kalau hanya kamu yang merasakannya. Orang yang lebih berhak mendapatkan rasa sakit ada orang yang melahirkan kamu, aku pastikan itu."
Gwen memalingkan wajahnya, merogoh tas hitam yang ada di kursi di sampingnya sebelum ahkirnya mengeluarkan benda tipis.
"Dimana?" Tanya Gwen saat panggilannya diangkat di sebrang sana.
"Club biasa."
"Aku ke sana." Detik berikutnya Gwen mematikan sambungan telponnya, melajukan kendaraan meninggalkan pemandangan yang menyakiti matanya begitu juga perasaannya.
...
Selasa, 17 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
Literatura FemininaGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...