Gwen melangkah masuk ke dalam ruangan yang sama sekali tidak berubah sejak 2 tahun yang lalu. Semuanya masih sama, mungkin ada beberapa barang baru namun sisanya masih sama.
"Ayo masuk." Ucap Arga sesudah menutup pintu masuk apartemen mereka.
"Selamat malam Mbak, Mas." Gwen menatap perempuan yang kini menyambutnya dengan Arga. Perempuan itu juga sama sekali tidak berubah. Mungkin hanya model rambutnya yang berubah.
"Iyem tinggal disini, karna selama 2 tahun ini aku tinggal di rumah Ayah dan Ibu." Ucap Arga yang paham dengan raut wajah Gwen yang seakan bertanya kenapa Iyem masih ada di apartemen mereka padahal kini sudah jam 8 malam.
"Ayo." Ucap Arga yang mengaitkan tangannya di punggung Gwen, yang membuat Gwen menatap Arga dengan tidak suka. Gwen melangkah mengikuti langkah Arga, hingga langkah kakinya berhenti tepat di antara pintu kamar mereka dulu.
"Aku masuk ke kamar dulu." Ucap Gwen yang sudah menutar tubuhnya kearah pintu kamarnya dulu.
"Kamar kamu bukan disana Gwen." Ucap Arga.
"Heh?" Gwen melepaskan tangannya dari ganggang pintu dan memutar tubuhnya kembali, menatap Arga dengan tatapan meneliti. Ini kamarnya, dulu ia tidur di kamar tersebut. Bagaimana ini bukan kamarnya?
"Kamar itu di pakai Iyem selama tinggal disini. Jadi kamar yang akan kamu tempati adalah kamar aku. Ayo?" Ucap Arga yang kini sudah membuka pintu kamar miliknya.
"Kalau begitu aku lebih baik tidur di hotel." Ucap Gwen dengan datar.
"Gwen?" Panggil Arga dengan lembut.
"Aku tidak mau sekamar dengan kamu!" Ucap Gwen dengan sedikit teriak.
"Ayah kamu nitip kamu sama aku. Kalau kamu tidur di hotel, aku sama saja melanggar janji aku sama Ayah buat jaga kamu." Ucap Arga, "atau kamu mau kita ke rumah Ayah sama Ibu? Disana ada kamar tam__."
"Tidak!" Jujur Gwen masing canggung jika bertemu kedua mertuanya tersebut. Sebelum berpisah, Gwen juga tidak terlalu dekat dengan mereka apalagi dengan keadaan seperti saat ini. Ia akan benar-benar mati kutu disana.
"Jadi?"
"Aku akan tidur dengan Iyem kalau begitu." Ucap Gwen lagi, sambil melirik perempuan yang kini berdiri tidak jauh darinya dan Arga.
"...." Iyem masih diam, menatap Gwen maupun Arga. Sebenarnya ia tidak pernah menepati kamar Gwen, ia juga tidak tinggal di apartemen ini. Arga yang menelponnya dan memintanya untuk datang dan mengatakan istri majikannya pulang maka ia datang.
"Iyem pasti canggung Gwen."
"Lalu bagaimana dengan kita, semuanya akan lebih canggung." Ucap Gwen sebelum menatap Arga dengan tatapan kesal.
"Aku tidak canggung, kalau kamu merasa canggung aku akan tidur di sofa. Bagaimana?"
"Huft,," Gwen menghembuskan nafasnya dengan kasar, sebelum melangkah melewati Arga dan masuk ke dalam kamar Arga.
Arga tersenyum tipis, sebelum menatap Iyem dan seakan mengerti tatapan dari Arga, perempuan itu undur diri dari apartemen tersebut secara perlahan. Arga menghembuskan nafasnya, menatap pintu kamar Gwen. Kamar tersebut tidak pernah berubah sedikitpun, bahkan kamar tersebut selalu ia kunci_kecuali saat Iyem membersihkannya.
Arga masuk ke dalam kamar, menatap Gwen yang duduk diatas kasurnya.
"Apa kamu mau mandi?" Tanya Arga.
"Apa Ayah akan baik-baik saja disana?" Lirih Gwen, mengingat dirinya meninggalkan Raka yang masih berada di rumah sakit.
"Ada suster yang aku sewa disana, lagian Ayah tidak suka kalau kamu lama-lama di rumah sakit. Besok kita akan mengunjungi Ayah lagi, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan Gwen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
ChickLitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...