Gwen menatap wajah Raka yang tampak pucat, mata yang masih tertutup dengan rapat, serta alat pernafasan yang masih meletak ditubuh Raka.
Apa yang terjadi Ayah? Apa yang terjadi tadi pagi? Banyak hal yang Gwen pikirkan saat ini, seakan otaknya tidak lelah membuat skenario tentang apa yang terjadi sama Raka. Baik dari hal positif maupun negatif, semuanya masih memutar di kepala Gwen.
Suara pintu ruangan Raka kembali terbuka, Gwen tidak perlu repot-repot memutar kepalanya karna yang masuk pasti Arga. Pria yang baru beberapa menit keluar karna mengantarkan Iris serta Arden ke lobby rumah sakit. Keduanya datang untuk melihat Gwen serta Raka, memastikan keduanya baik-baik saja.
"Mandilah." Arga pria itu berjalan kearah Gwen yang kini masih belum melihat dirinya.
"..." Gwen mengerutkan keningnya, bagaimana bisa ia mandi pakaian saja tidak ia bawa. Dirinya hanya membawa diri, serta pakaian yang melekat di tubuhnya saat ini.
"Ini." Arga mengulurkan paper bag berukuran sedang kearah Gwen.
"Apa?" Tanya Gwen yang kini sudah menatap Arga.
"Mandilah, di dalamnya ada pakaian kamu. Tadi aku suruh orang membawa pakaian kamu yang ada di apartemen dulu." Ucap Arga dengan tangan yang masih menulurkan paper bag kearah Gwen. "Di dalamnya juga ada alat mandi, jadi pergilah ke toilet dan bersikan diri kamu. Aku akan menjaga Ayah."
"Kamu?" Tanya Gwen balik, karna keduanya dengan keadaan yang sama_pakaiannya masih sama.
"Habis kamu mandi, aku akan mandi. Jadi cepatlah mandi." Ucap Arga lagi.
Gwen menatap Arga sebentar, sebelum memutus tatapannya dari Arga. Gwen mengambil paper bag tersebut, sebelum berdiri dari posisi duduknya. "Terimakasih."
Arga tersenyum tulus, sebelum tangannya terangkat di udara dan mendarat diatas kepala Gwen. "Sama-sama."
Gwen merasa jantungnya berdetak begitu kencang serta merasa pipinya begitu panas. Gwen memundurkan langkahnya untuk menjauhkan tangan Arga dari kepalanya tanpa menatap Arga, sebelum berjalan meninggalkan Arga yang masih menatap dirinya.
Gwen membuka pintu kamar mandi, sebelum menutupnya dengan cepat dan menyalahkan air di wastafel. Gwen meletapakan paper bag diatas meja samping wastafel dan melihat dirinya di depan cermin.
"Dia bukan siapa-siapa Gwen. Dia yang buat kamu kehilangan anak kamu. Dia juga yang membuat kamu gagal balas dendam dengan Anissa. Dia hanyalah orang asing, dia tidak baik, dia hanya pria egois, dia hanya pria yang pura-pura baik. Ingat itu Gwen, dia hanya akan menjadi masalah baru bagi kamu." Ucap Gwen dengan menatap matanya dari pantulan kaca, seakan menghipnotis dirinya agar percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulutnya.
Sementara itu Arga menatap Raka, setelah melihat Gwen hilang di balik pintu yang tertutup. Jujur Arga belum tahu apa penyebab semua ini bisa terjadi, maka dari itu Arga meminta bantuan orangtuanya. Bagi Arden_Ayah Arga bukan masalah meneyelidiki masa lalu seseorang ataupun kegiatan yang dilakukan seseorang.
Terbukti Arden yang memberikan bukti apa yang terjadi dua tahun yang lalu. Nelly, perempuan itu sendiri yang mengirim fotonya serta dirinya sedang pelukan pada seketaris Arga. Gila? Ya, tapi apa yang bisa Arga lakukan? Marah? Tentu! Tapi apa yang bisa Arga lakukan saat ini? Bahkan ia baru tahu tadi di lobby saat Ayahnya memberikan bukti tentang kebusukan Nelly.
"Hahhh." Helaian nafas itu terasa berat, Arga bahkan tidak tahu lagi bagaimana ia harus menghadapi permasalahan ini.
Arga berdiri dari posisi duduknya, sebelum berjalan kearah sofa berukuran sedang yang bisa dijadikan tempat tidur. Dengan cekatan Arga mengubah sofa tersebut menjadi tempat tidur, setelah itu Arga mengambil bantal serta selimut yang ada di lemari di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
Romanzi rosa / ChickLitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...