Don't Say Goodbye (01)

3.1K 218 5
                                    

Arga, pria itu menatap perempuan yang kini duduk dihadapannya dengan tatapan benci. Arga membencinya, ia membenci hingga dirinya ingin melenyapkan perempuan yang sedang tersenyum tipis padanya saat ini, kalau Arga tidak mengingat berapa beratnya dosa yang akan dirinya tanggung pada ahkirnya jika membunuh perempuan yang sialnya sedang mengandung anaknya, maka sudah pasti Gwen akan menghilang dengan kedua tangannya sendiri.

"Ada apa?" Perkataan tersebut terdengar mengejek ditelinga Arga, tapi apa yang bisa ia lakukan.

Teriak?

Memaki?

Hal tersebut tidak akan menyelesaikan apapun, orangtuanya ada dibawah. Keduanya baru saja menikah dan tidak lucu jika terjadi KDRT padahal keduanya belum menikah dalam kurun waktu satu hari.

"Kamu gak ingin mengatakan apapun?" Tanya Arga pada perempuan yang harusnya menjadi kakak iparnya, bukan istrinya.

"Apa?" Tanya Gwen lagi dengan memicingkan matanya yang membuat Arga harus menghebuskan nafasnya dengan kesal.

"Kamu tahu Gwen, kamu tahu apa yang aku bicarakan. Don't pretend to be stupid." Ucap Arga, dirinya perlu penjelasan. Sejelas mungkin, ia ingin mengetahui apa yang tidak ia ketahui tentang Gwen dan tentang semua yang terjadi.

"Apa yang harus aku katakan sudah aku katakan sama kamu, gak ada lagi yang ingin aku katakan sama kamu." Ucap Gwen sebelum memutar kepalanya, memutuskan kontak matanya dengan milik Arga.

"Kamu belum jelaskan apapun selain kamu jelaskan sama keluarga kamu kalau kamu mengandung anak aku! Kamu belum mengatakan apapun Gwen, kamu hanya diam setiap kali aku bertanya bahkan sampai sekarang. I need explanation, explanation Gwen!"

Habis sudah kesabaran Arga, dirinya ahkirnya menaikan sedikit oktaf suara namun berusaha untuk tidak terlalu keras. Wajahnya sudah memerah menahan amarah, tangannya sudah menyatuh dengan jari tangannya dalam bentuk kepalan.

"Aku memang anak yatim piatu, aku gak punya siapapun. Aku memang anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang. Aku bicara jujur sama kamu. Apa yang perlu kamu tahu?" Tanya Gwen namun dengan posisi yang sama.

"Gwen?" Panggil Arga, ia lelah.

Perempuan yang ia kenal beberapa bulan yang lalu, memang seperti ini. Wataknya keras, namun hatinya sangat lembut. Hanya sebatas itu yang Arga tahu, walaupun hanya sebatas itu Arga bisa jatuh dalam sekejap kedalam hidup perempuan itu.

Yah, Arga akui anak yang di kandung Gwen sudah pasti anaknya karna memang ia ayah anak yang di kandung Gwen. Arga akui juga, ia menduakan perempuan yang ia cintai selama bertahun tahun hanya demi seoarang Gwen yang baru ia kenal. Ia akui semuanya, tapi ada sesuatu yang membuat Arga merasa dibodohi.

Gwen mengatakan dia anak yatim piyatu, dia tidak memiliki keluarga, hanya dia sendiri di dunia ini. Fakta itulah yang membuat Arga dengan bodohnya berani melangkah mendekat pada Gwen.

Ia tertarik pada Gwen, ia tertarik dengan kesedihan Gwen, ia tertarik memberikan sandaran pada Gwen, ia tertarik memberikan rasa nyaman pada Gwen, ia terjerat dan saat ingin melepaskan Gwen, ia tidak bisa. Ia terjerat dalam kehidupan Gwen, bahkan memberikan kehidupan bagi oranglain. Anaknya, anak yang baru ia tahu keberadaannya beberapa minggu yang lalu.

"Aku memang sendiri, bukankah kamu liat dengan mata kepala kamu sendiri." Ucap Gwen dengan mata yang kembali menatap ke arah Arga.

"Pria yang aku panggil dengan sebutan ayah menikah lagi. Ayah melupakan bunda dengan menikah lagi, ayah melupakan aku dengan sosok anak perempuan yang sama sekali tidak memiliki ikatan darah dengannya. Aku memang sendiri, apa kamu tidak melihatnya bagaimana mereka menunjukan kemarahan mereka padaku?" Ucap Gwen lagi.

Arga menatap Gwen tidak percaya, ternyata selain keras kepala Gwen memiliki pemikiran yang begitu sempit bahkan sangat sempit hingga bisa dikatakan memiliki pemikiran yang dangkal.

"Okay, kita lupakan masalah ini Gwen. Lalu bagaimana bisa kamu tetap berhubungan dengan aku padahal kamu tahu aku memiliki hubungan dengan adik kamu? Kamu bisa jelaskan tentang masalah ini?" Arga, pria itu sungguh penasaran hingga keubun-ubunnya.

'Karna memang itulah tujuanku, menyakitinya dengan merebut kamu darinya. Karna itulah aku tetap mendekati kamu sampai ahkir.' Hanya di dalam hati, Gwen tidak mungkin mengungkapkan kenyataan yang satu ini.

"Aku sudah mengatakannya, aku gak tahu kalau kamu punya hubungan sama Nelly yang aku kenal. Aku baru tahu beberapa minggu yang lalu, aku baru tahu perempuan yang bernama Nelly itu adalah Nelly yang aku kenal tepat saat kamu mutuskan hubungan kamu dengan aku." Ucap Gwen lagi, menyangkal segala kenyataan.

"..."

"..."

"Kamu menyesal?" Tanya Gwen, setelah keduanya terdiam beberapa detik.

"Hah?" Arga tidak mengerti, perkataan Gwen terlalu ambigu di telinga Arga.

"Kamu menyesal bertemu sama dengan aku?" Tanya Gwen, memperlebar arah pertanyaannya.

"Bu__."

"Semuanya terlihat di wajah kamu, dengan jelas kamu mengatakan kalau kamu menyesal. Kamu menyesal dengan segala hal, bahkan mungkin kamu juga menyesal karna anak kamu bukan berada di rahim Nelly tapi di rahim aku. Iyakan?" Tanya Gwen dengan tuduhan yang ia utatakan dengan suara yang meninggi.

"Kalau kamu pikir aku seperti itu, memang ia. Aku menyesal bertemu sama kamu, sangat sangat menyesal karna ahkir seperti ini. Semuanya terlalu lepas kendali saat ini. Hubunganku dan Nelly juga tidak tahu seperti apa kedepannya, begitu juga dengan kamu. Tapi kalau kamu pikir aku menyesal karna anak itu ada di rahim kamu bukannya Nelly, kamu salah. Kalau aku menyesal, aku gak akan melangkah sampai sejauh ini Gwen. Aku gak akan menikahi kamu dan meninggalkan segalanya dibelakang."

Gwen, perempuan itu hanya mendengarkan kemana pria itu akan mengahkiri pembicaraannya yang panjang ini. Gwen begitu penasaran, ucapan Arga terkesan ia menerima anak yang sedang Gwen kandung tapi ia menyalahkan Gwen karna merusak hubungannya dengan Nelly.

"Aku ingin anak yang kamu kandung diakui secara hukum, aku ingin dia memiliki status yang jelas. Aku ingin bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan, karna ini resikonya." Ucap Arga.

"Aku juga meninggalkan segalanya."

"Hah?" Arga lagi lagi mengucapkan kata dengan ekpresi yang sama.

"Kamu mungkin tidak melihatnya, tapi aku juga meninggalkan semua hal terpenting dalam hidup aku untuk melangkah sampai di sini. Jangan bersikap seolah olah kamu yang paling berkorban disini, karna masih ada aku yang lebih berkorban lagi. Gunjingan orang? Cacian orang? Tatapan orang, semuanya meremeh pada aku bukan kamu. Aku yang paling berkorban, kamu mungkin tidak bisa melihatnya tapi saat ini aku sangat sangat menderita." Ucap Gwen sebelum berdiri dan baru saja ingin melangkah Gwen tertahan.

Tangan Arga berhasil membuat langkah Gwen terhenti. Gwen dapat merasakan Arga yang bergerak sebelum menghentikan langkah kakinya tepat dihadapan Gwen.

"Delapan bulan Gwen, mari kita lalui semuanya selama delapan bulan. Setelah itu, mari kita ahkiri semuanya. Aku pikir itu yang terbaik untuk kita, begitu juga anak kita."

Gwen hampir meneteskan air matanya. Gwen akui diri mudah menangis, namun karna hormon kehamilannya membuat dirinya lebih sensitif. Ia mudah terluka ataupun tersinggung dan kini Gwen merasakan keduanya.

Ia terluka dan ia tersinggung.

*

'Kamu menunjukan kalau diri kamu akan menjadi ayah yang baik karna kamu memikirkan anak ini. Tapi kamu pria yamg buruk, kamu menyakitiku, kamu melukaiku, dan kamu membuatku tersinggung. Kamu memperlakukanku layaknya perempuan murahan Ar, kamu brengsek. Kamu sama saja dengan ayah. Hanya luka yang bisa kamu berikan.'

....


[ 22, November 2019 ]

[21, September 2022]

Don't Say Goodbye (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang