18

2.1K 182 15
                                    

"Apa yang kamu lakukan?" Gwen menatap tajam pria yang kini menarik pergelangan tangannya dengan kuat. "Apa sekarang kamu akan melakukan sama seperti yang kamu lakukan beberapa minggu yang lalu? Kamu akan mendorongku lagi?" Tanya Gwen dengan suara yang meninggi.

"Kemana saja kamu selama ini?" Bukan menjawab, pria itu malah balik bertanya dengan genggaman yang semakin erat seakan takut kalau Gwen melepaskannya dan kembali menghilang seperti seminggu yang lalu. Menghilang bagaikan angin, tanpa bisa digenggam.

"Apa urusannya sama kamu? Lepaskan sekarang, aku lelah." Ucap Gwen, dirinya menyesal membuka kunci pintu kamarnya dengan niatan mengambil minum di dapur padahal sudah beberapa jam yang lalu dirinya berhasil melarikan diri dari hadapan Arga.

"Aku gak akan lepaskan sebelum kamu menjawab Gwen, kemana aja kamu selama ini." Ucapan Arga tanpa sadar membuat Gwen tertawa pelan, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja pria itu katakan. Pria itu terkesan khawatir padanya, tanpa sadar dialah yang membuat Gwen pergi menjauh.

"Untuk apa kamu tertarik dengan kehidupan pribadiku? Aku pergi ke manapun itu bukan urusan kamu, kamu gak punya hak untuk tahu kemana aku pergi." Gwen menatap Arga dengan tangan yang berusaha lepas dari genggaman tangan Arga.

"Aku suami kamu Gwen, ak_." Ucap Arga dengan intonasi yang masih sama, pelan.

"Kemana saja aku selama ini?" Tanya Gwen dengan cepat menghentikan peekataan Arga yang belum selesai.

"Gwen?" Panggilan Arga terdengar begitu pelan, ada harapan besar dalam panggilan tersebut.

"Kalau kamu tahu kamu suami aku, kemana aja kamu selama ini? Kemana kamu saat aku menangis menahan rasa sakit yang teramat menyiksa aku, dengan harapan anak aku masih ada? Kemana kamu?" Tanya Gwen dengan emosi.

"Gwen ak_." Arga mencoba menggapai tangan Gwen yang masih bebas, namun Gwen dengan cepat menepis tangan tersebut dengan kasar.

"Aku menatap punggung kamu yang menjauh, aku berharap kamu menatap kearah aku, aku berharap kamu lari kearah aku, tapi apa yang aku lihat? Kamu bahkan tidak melihat sekilas kearah aku. Seandainya_seandainya kamu melihat sekilas kearah aku, mungkin aja anak aku masih hidup. Semuanya salah kamu, kamu yang membuat anak aku pergi. Harusnya kamu yang pergi, bukan anak aku." Ucap Gwen bertubi-tubi tanpa mau mendengar apa yang keluar dari mulut Arga.

"Gwen, aku tahu aku salah. Aku aku itu. Ak_."

"Kamu tahu kamu salah, tapi kamu masih berani ingin tahu apa yang aku lakukan? Harusnya kamu sadar diri Ar, kamu harusnya sekarang bersembunyi karna aku bisa saja membunuh kamu. Kalau kamu ingin tahu, mengingat kejadian itu membuat aku ingin membunuh kamu. Membuat kamu merasakan rasa sakit yang aku rasakan, membuat kamu menderita secara perlahan." Siapapun yang mendengar perkataan Gwen akan sadar perempuan itu terluka begitu dalam.

"...." Arga menghembuskan nafasnya dengan berat, ia terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut Gwen. Untuk pertama kalinya, Arga tidak mampu mengenali Gwennya. Untuk penuturan Gwen beberapa minggu yang lalu saat dirumah sakit, Arga mampu untuk mengerti apalagi saat Ayah mertuanya datang beberapa hari yang lalu dan menjelaskan semenderita apa Gwen dulu. Arga bisa mengerti saat itu juga, tapi yang kali ini Arga tidak mampu mengerti.

"Kenapa? Terkejut? Kalau begitu larilah sejauh mungkin, bila perlu sembunyi jangan menunjukan wajah kamu di depanku lagi. Ak_." Gwen menghentikan perkataannya, karna Arga mampu membuatnya terdiam dalam pelukan hangat yang Arga berikan.

"Aku minta maaf, sungguh." Lirih Arga dengan tangan yang memberikan tepukan lembut di pundak Gwen. "Aku juga sedih kehilangan anak kita Gwen, aku menantikannya juga, dan saat aku tahu aku kehilangannya karna kesalahan yang aku lakukan rasanya aku ingin mati saat itu juga."

"...." Gwen hanya diam, meresapi setiap sentuhan yang diberikan Arga untuk menenangkan dirinya. Tepukan pelan dan pelukan hangat yang sudah lama ia inginkan, membuatnya menutup matanya dengan rapat.

"Aku ingin menemui kamu saat itu juga, aku ingin memeluk kamu, aku ingin meminta maaf pada kamu, tapi aku takut. Aku takut kalau pada ahkirnya semuanya akan benar-benar berakhir di sana. Aku takut aku akan kehilangan semuanya. Aku menahan diriku untuk tidak membawa kamu ke dalam pelukan aku, aku menahan diri aku untuk tidak menunjukan diri aku di depan kamu, karna aku tahu pada ahkirnya aku hanya mendapatkan penolakan dari kamu." Ucap Arga dengan salah satu tangan mengeratkan pelukannya. Menarik Gwen agar lebih mendekat pada dirinya.

"...."

"Gwen, ak_." Ucap Arga namun terhenti hanya karna kalimat pendek yang keluar dari mulut Gwen.

"Mari kita ahkiri semuanya, aku sudah sangat lelah dengan semua ini." Air mata itu turun begitu saja, Gwen sadar saat ini dia salah menempatkan dirinya. Hatinya yang sudah ia yakinkan tidak akan pernah mencintai namun ternyata dengan mudah mencintai.

"...."

"Aku melepaskan kamu dari permainan yang aku buat, kamu bebas sekarang." Lirih Gwen lagi dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Gwen?" Arga ingin melepaskan pelukannya, menatap mata Gwen, seakan tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar. Namun tanpa Arga sadar, tangan Gwen telah membalas pelukannya dengan erat seakan melarang Arga untuk menatap Gwen saat ini.

"Dengarkan aku dengan baik, karna mungkin setelah ini kita tidak akan pernah bicara seperti lagi." Ucapan Gwen seakan aliran listrik yang berhasil memberikan sengatan yang kuat dalam diri Arga.

"...."

"Ucapanku saat dirumah sakit, aku tarik kembali semuanya. Aku akan membiarkan kamu pergi, aku tidak akan membiarkan kamu menderita disisiku. Tapi yang perlu kamu ingat setelah aku melepaskan kamu, jangan bertemu atau menjalin hubungan kembali dengan perempuan dari masa lalu karna kamu akan kembali terluka. Dan jika seandainya kamu bertemu lagi dengan aku, berpalinglah, dan berjalan melewatiku seakan kita tidak pernah bertemu. Walaupun aku menahanmu, jangan hiraukan aku."

"Gwen!" Arga menarik Gwen dengan cukup kencang, sehingga pelukan Gwen benar-benar terlepas. Arga menatap Gwen dengan pandangan yang tidak bisa Gwen pahami. "Apa ini yang kamu inginkan?"

"Ya, ini yang aku inginkan. Pergi dari hadapan kamu, karna jika aku hidup dengan melihat kamu maka aku akan benar-benar hancur, dan aku tidak menginginkan itu. Aku masih ingin bahagia, aku ingin bahagia untuk anakku dan Bunda." Gwen menundukan kepalanya, menarik nafasnya dengan berat. Semuanya hanyalah kebohongan, berkali-kali ia memutar pikirannya, ia tidak akan pernah bahagia ada Arga ataupun tanpa Arga.

"..." Arga melepaskan kedua tangannya dari pundak Gwen, memutar tubuhnya. Arga terlihat begitu frustasi, sangat frustasi dengan apa yang diucapkan oleh Gwen.

"Aku tidak akan lari lagi, aku tidak akan melampiaskan amarahku pada orang yang tidak bersalah. Ak_."

"KAMU PIKIR AKU AKAN BAHAGIA?" Gwen mengangkat kepalanya refleks saat Arga yang tiba-tiba kembali mendekat dengan suara yang meninggi. "APA KAMU PIKIR, DENGAN CARA SEPERTI INI KAMU TIDAK MELARIKAN DIRI?"Gwen terkejut karna Arga menarik tangannya dan kembali mempersempit jarak diantara keduanya. "Apa kamu tidak sadar? Aku mencintai kamu."

"...." Gwen membuka mulutnya sedikit, menatap Arga, sebelum tertawa pelan, dan memutar kepalanya memutuskan tatapannya dari Arga. Dia tidak mencintai kamu Gwen, dia tidak mencintaimu.

"Gwen?"

"...." Gwen mendorong Arga dengan kuat, sehingga kembali memberikan jarak keduanya. Gwen menutup matanya sejenak. Ia tidak mencintai kamu Gwen, pria itu hanya akan mencintai Nelly Pikir Gwen.

"Gwen?"

"Aku mohon berhentilah." Ucap Gwen dengan suara pelan yang tanpa sadar membuat langkah Arga terhenti saat ingin mendekati Gwen kembali. "Semuanya sudah berahkir, aku harap kamu menghormati keputusan aku. Mari_mari kita ahkiri hubungan ini dengan perceraian."

....

Minggu 12 April 2020

Don't Say Goodbye (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang