Gwen membuka matanya dengan pelan, cahaya yang berasal dari lampu di kamarnya membuat matanya tidak bisa terbuka dengan lebar seketika. Butuh beberapa waktu agar matanya mampu terbuka dengan lebar.
"Sudah bangun?" Suara yang terkesan dingin, tanpa ada tekanan membuat Gwen ingin lebih lama memejamkan matanya.
"..."
"Bangunlah, dari pagi kamu belum makan." Suara tersebut semakin mendekat dengan suara langkah yang juga semakin terdengar di indra pendengaran Gwen.
"..." Gwen masih memilih diam, tanpa ingin menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya akan bangun sesuai keinginan Arga.
"Bangunlah!" Arga, pria itu menyibakkan selimut yang menutupi Gwen hingga setengah dari badan Gwen. Pria itu sudah emosi dan tambah emosi saat perempuan yang masih menutup matanya tersebut mendiamkannya.
"..."
"Gwen!"
"Kamu terlalu berisik." Gwen membuka matanya, menatap Arga yang juga menatap dirinya sebelum mengganti posisinya menjadi duduk dan menarik kembali selimut menutupi tubuhnya sampai pinggang. "Aku sudah bangun, lalu apa?"
Arga terdiam sejenak, sebelum menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Iyem bawa makanannya sekarang!"
Iyem yang mendengar suara Arga seketika langsung membawa makanan yang memang baru dipanaskan mengingat matahari sudah mulai terbenam.
"Ini Mas." Iyem memberikan makanan yang diatas nampan tersebut pada Arga sebelum keluar dari kamar dengan izin Arga.
"Makanlah." Arga meletakan nampan tersebut diatas pangkuan Gwen yang memang duduk dengan posisi menyilangkan kakinya.
Gwen mengerutkan keningnya, sebelum ahkirnya mengangkat tangan kanannya di udara untuk menggapai sendok yang ada di samping mangkok. Arga melihatnya dalam diam, menyandarkan punggungnya pada lemari Gwen, mengamati wajah Gwen yang terlihat membaik dari sebelumnya.
"Apa hubunganmu dengan Zion?" Pertanyaan Arga membuat Gwen menghentikan aktivitasnya, mengubah arah pandangannya melihat kearah Arga yang kini sudah melipat kedua tanagnnya di depan badannya.
"Teman." Jawab Gwen, "kamu buka ponsel aku?" Tanya balik Gwen yang sudah dipastikan tebakan Gwen benar adanya. Arga tidak mungkin mengetahui Zion kalau pria itu tidak mengotak-atik ponsel miliknya pikir Gwen.
"Dia menelponmu, apa salah kalau aku mengangkatnya? Ah,, apa kamu takut kalau aku tahu hubungan kalian?" Kini Arga memberikan tatapan meremehkan pada Gwen, tatapan yang menjelaskan kalau ucapannya adalah fakta.
"Takut? Untuk apa?" Tanya Gwen balik dengan pandangan yang sudah terputus.
"Berapa banyak pria yang kamu permainkan? Berapa banyak pria yang sudah dekat dengan kamu? Berapa banyak pria yang berhasil masuk ke dalam jebakan kamu? Atau mungkin berapa banyak pria yang tidur dengan kamu?"
Seketika Gwen mengangkat kepalanya, memicingkan matanya menunjukkan dirinya tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan oleh Arga. Segila-gilanya Gwen, perempuan itu tidak akan tidur dengan pria manapun selain Arga tentunya bukan karna keinginanan Gwen namun takdir memaksanya untuk melakukannya.
Pegangan tangan? Rangkulan? Ciuman? Mungkin pernah dilakukan Gwen dengan pria yang ia kenal di club tapi tidak pernah sampai melewati batas, Gwen tahu bagaimana dirinya harus menjaga dirinya dengan baik.
"Kamu ingin tahu? Kamu ingin aku menghitungnya saat ini? Satu, dua, tiga, empat, lima, en__."
"Gwen!" Gwen menghentikan aktivitas menghitungnya dengan jarinya, teriakan Arga berhasil membuatnya tersenyum. Pria itu menanyakannya, namun tidak mampu mendengar jawaban yang akan dilontarkan oleh Gwen.
"Apa?" Tanya Gwen tanpa rasa bersalah, bahkan kini Gwen memberikan senyuman yang mampu membuat Arga melangkah mendekat pada Gwen, meletakan tangannya di bawah dagu Gwen sebelum mengangkat dagu tersebut dan menatap bola mata milik Gwen.
"Siapa Ayahnya?" Gwen menyipitkan matanya. "Apa pria yang bernama Zion? Atau pria lain yang sudah tidur dengan kamu?"
"Aku tidak akan menunjuk kamu kalau kamu bukan Ayahnya." Jawab Gwen dengan menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Siapa yang bisa menebaknya? Bukankah kamu tidur dengan banyak pria?"
"Lalu untuk apa kamu mengaku sebagai Ayahnya? Aku tidak mengatakan kalau Ayah bayi ini kamu, kamu sendiri yang mengatakan di depan keluarga aku bukan? Apa kali ini tetap aku yang salah kalau seandainya bayi ini bukan milik kamu?"
"Gwen!" Arga terpancing dengan ucapannya sebelumnya, pria itu meneriaki nama Gwen dengan mata yang semakin marah bahkan memberikan tekanan yang cukup kuat di dagu Gwen agar wajah perempuan itu lebih dekat dengan wajahnya.
"Apa?" Tanya Gwen dengan suara yang juga meningkat, Gwen tidak akan diam dengan semua tuduhan yang Arga lontarkan untuk dirinya. Arga tahu dengan jelas dengan siapa Gwen melepaskan segalanya, pria itu tahu dengan jelas dia yang pertama untuk Gwen lalu bagaimana bisa Gwen tidur dengan pria lain padahal dengan jelas pria itu mengawasi gerak geriknya selama mereka berhubungan.
"..."
"Jangan menatap aku layaknya aku perempuan gak benar Ga, jangan melihat aku layaknya perempuan yang selingkuh dari kekasihnya, jangan bersikap layaknya kamu seperti suami yang marah mendengar istrinya tidur dengan pria lain. Kamu bukan orang yang tepat untuk menunjukkan ekspresi tersebut saat ini, bukan kamu." Ucap Gwen sebelum menampis tangan Arga dari dagunya.
Gwen menyingkirkan nampan yang ada di pangkuannya, menyibakkan selimut sebelum menurunkan kakinya di atas lantai yang dingin.
"Aku belum selesai bicara Gwen!" Tangan Arga berada di pergelangan tangan Gwen, menahan perempuan itu yang ingin beranjak pergi dari hadapan Arga saat ini.
"Aku sudah, bahkan sebenarnya dari awal gak ada yang perlu kita bicarakan kalau pada ahkirnya hanya akan berahkir seperti ini Ga." Ucap Gwen.
"Gwen!" Panggil Arga dengan masih menahan pergelangan tangan Gwen lagi, karna perempuan itu kembali bergerak.
"Lepas!" Perintah Gwen dengan salah satu tangan yang menarik pergelangan tangan Arga agar melepas dari pergelangan tangannya.
"Enggak sebelum pembicaraan kita selesai!" Ucap Arga dengan tegas.
Gwen menghentikan pergerakannya, menatap Arga. "Semuanya sudah selesai. Apa lagi yang kamu mau? Apa lagi tuduhan yang akan kamu lontarkan untuk aku Ga? Berapa banyak lagi tatapan remeh kamu yang akan kamu berikan untuk aku Ga? Aku sudah cukup lelah untuk saat ini."
"..." Arga terdiam, dirinya bahkan sampai saat ini bingung dengan apa yang ia lakukan. Marah, emosi, bukanlah sifat dirinya. Dirinya adlaah pria yang selalu menggunakan pikirannya saat melakukan sesuatu, pria yang tidak akan bertindak gegabah, pria yang akan memikirkan segalanya sampai dua kali.
"Seandainya bukan aku yang ada di sini. Seandainya Nelly yang mengandung anak kamu, seandainya perempuan yang kamu cintai yang sekarang ada di depan kamu, aku yakin kamu tidak akan berteriak padanya. Kamu tidak akan melontarkan segala tuduhan hanya karna teman prianya menghubunginya. Aku benar bukan? Kamu akan bersikap lembut, bertanya padanya dan kemudian memeluknya mengucapkan kata maaf karna curiga padanya. Aku benar bukan?"
"..."
"Kamu bisa melakukan apapun padaku, tapi kamu tidak bisa melakukan apapun pada Nelly. Kamu bisa menyakitiku berkali-kali, tapi kamu tidak bisa melakukan hal yang sama pada Nelly. Kamu bisa menatapku remeh, tapi kamu hanya bisa menatap Nelly dengan tatapan lembut. Aku tahu batasanku, aku tahu posisiku dengan baik Ga. Jadi hentikan apa yang kamu lakukan saat ini, apa yang kamu lakukan hanya akan membuat semuanya semakin jelas."
...
"Aku ingin hidup di zona santai, namun kehidupanku sudah berada di dasar jurang yang terdalam."
Senin 16 Desember 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/191507744-288-k436321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
ChickLitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...