TWENTY EIGHTH👋
Gwen menarik bibirnya atau lebih tepatnya mencoba untuk tersenyum di hadapan perempuan yang kini menatapnya dengan tatapan yang lembut.
"Bagaimana kabar kamu?"
"Baik." Jawab Gwen dengan memainkan kuku jari tangannya, entah kenapa ia merasa bersalah pada perempuan yang terus menatapnya dengan lembut, dengan suara yang juga tak kalah lembut.
Perempuan itu meletakan cangkir yang ada ditangannya, sebelum menyatuhkan kedua tangannya diatas kaki kirinya yang ditumpukan diatas kaki kanannya. "Apa sekarang kamu baik-baik saja?"
Gwen menganggukan kepalanya dengan ritme yang pelan, seakan menjelaskan dirinya ragu kalau saat ini dirinya baik-baik saja. Tidak ada yang baik-baik saja, jika dirinya baru saja kehilangan orang yang ia sayang.
"Ibu mendengar semuanya dari Arga, kamu tidak perlu terlihat baik-baik saja." Ucap Iris, perempuan yang kini menatap menantunya_Gwen.
Gwen menghembuskan nafasnya dengan kasar, sebelum mengkangkat kepalanya agar bisa melihat Iris dengan baik. Gwen menarik bibirnya, "hem semuanya tidak baik-baik saja."
Iris melihat dengan jelas, mata yang kini ia lihat tidak beda dengan beberapa tahun yang lalu. Mata tersebut maish memancarkan kesedihan, mata yang membuat Iris ingin memebrikan penghiburan bagi Gwen. Iris bangkit dari posisi duduknya, berjalan melewati meja yang membuat jarak dikeduanya sebelum mengambil posisi tepat disamping kiri Gwen.
Iiris meraih tangan Gwen, sebelum menepuk pelan tangan tersebut dan pada ahkirnya Iris membawa tangan tersebut kedalam genggamannya. "Ayah kamu sudah bahagia disana."
"Gwen tahu." Jawab Gwen dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.
"Ayah kamu juga ingin kamu bahagia."
"Gwen tahu." Jawabnya.
"Jadi, kamu harus bahagia. Apapun pilihan kamu, apapun keputusan kamu, Ibu akan mendukung kamu. Kamu tidak akan sendiri sayang, Ibu disisi kamu begitu juga Ayah. Kamu tetap menjadi putri kami." Perkataan Iris berhasil membuat Gwen meneteskan air matanya, sejak pemakanan Ayahnya ia menahan tangisannya. Dirinya mencoba tegar, tapi ahkirnya semuanya runtuh dengan tangisan.
Iris mengulurkan tangannya, sebelum membawa Gwen kedalam pelukannya. Iris menepuk pelan pundak Gwen, "menangislah."
Gwen menangis dengan kencang, ia mencurahkans emua rasa sedihnya dalam isakannya. Hatinya terluka, Ayahnya pergi meninggalkannya hanya dalam hitungan hari sejak ia bertemu kembali dengan Ayanya. Gwen belum mencurahkan semua sayangnya untuk Ayahnya, tapi Ayahnya telah lebih dulu meninggalkannya.
Miris bukan?
Bundanya, Bayinya dan sekarang Ayahnya.
Semuanya meninggalkannya, disaat dirinya belum bisa dengan benar menunjukan perasaannya dengan benar. Disaat dirinya baru saja ingin memberikan semua cinta yang ia miliki. Dirinya terluka, dirinya berfikir mungkin pada ahkinya Tuhan juga akan meninggalkannya.
Apa dosanya begitu besar?
Atau dari awal dirinya memang tidak layak mendapatkan cinta cari siapapun?
Tidak jauh dari posisi mereka ada Arga yang menatap keduanya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
"Apa kamu melihatnya dengan jelas? Gwen sudah cukup menderita, apa kamu ingin membuatnya lebih menderita?"
Sosok yang dibelakang Arga tertawa pelan, sebelum menghembuskan nafasnya dengan kasar. Jantungnya berdetak dengan kencang, seakan menjelaskan ada sesuatu yang membuatnya merasa begitu sesak.
"Apa kamu takut aku membuatnya menderita?" Tanyanya dengan nada pelan, namun tersirat sosok tersebut terluka dengan pertanyaan pria tersebut.
"Ya." Jawab Arga sebelum memutar tubuhnya untuk melihat sosok yang terlihat sangat marah padanya.
"Lalu? Bagaimana dengan aku? Apa kamu tidak merasa bahwa aku juga menderita saat ini?" Tanya Nelly, perempuan yang awalnya ingin menemui Gwen untuk memohon maaf pada Gwen, karna Gwen melaporkan Ibunya ke kantor polisi dengan tuduhan pembunuhan berencana namun kini dirinya mengurungkan niatnya setelah mendengar pembicaraan Iris dan Gwen.
"Aku tahu kamu menderita, a__." Ucap Arga, ya dirinya tidak bisa menyalahkan semuanya pada Nelly karna nyatanya Arga juga andil dalam kesalahan tersebut.
"Kalau kamu tahu, harusnya kamu meminta maaf padaku terlebih dahulu. Harusnya sebelum kamu mengatakan hal yang lain padaku, kamu harusnya meminta maaf padaku Ga. Kamu pikir aku gak menderita? Aku sangat menderita, dari awal hidupku sangat menderita." Ucap Nelly sambil tersenyum miris.
Arga tediam.
"Aku menahan semuanya, aku berusaha untuk menerima semuanya. Aku mencoba mengikhlaskan kamu sama Kak Gwen, aku merelakan pria yang aku cintai menikah dengan saudara tiri aku. Aku mencoba menahan semua perasaan aku agar tidak melukai siapapun, tapi aku sama sekali tidak mendengar kata maaf dari kamu ataupun kak Gwen. Ha.. Aku berusaha Ga, aku berusaha untuk tidak mengulang kejadiaan sialan itu." Ucap Nelly dengan menggebu-gebu.
Untuk dirinya baik Gwen maupun Arga adalah orang yang penting baginya. Ia benar-benar tulus terhadap dua orang tersebut, bagi Nelly Arga adalah pria yang mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna dan bagi Nelly, Gwen adalah kebahagiaan yang Tuhan kirim untuk melengkapi kebahagiaannya. Dirinya tidak pernah berpura-pura akan perasaannya, ia benar-benar tulus akan perasaannya pada dua orang yang ia cintai.
Awalnya ia marah, namun pada ahkirnya ia merelakan semua perasaan yang ia miliki karna dirinya sadar seberusaha apapun ia berusaha semuanya tidak akan pernah berubah.
Ia tidak ingin nasibnya akan sama seperti Mamanya, nasib Gwen akan seperti Bundannya, nasib Arga akan sama seperti Ayahnya dan nasib keponakannya akan seperti nasibnya.
Dirinya tidak ingin semuanya terjadi, namun ahkirnya semuanya tidak baik-baik saja.
"Aku juga sangat terluka Ga, aku terluka setiap saat tapi kamu seakan tidak perduli yang kamu pikirkan hanya Kak Gwen. Yang kamu khawatirkan hanya dia. Padahal aku sempat berfikir, setidaknya ada sedikit ruang dihati kamu untuk aku. Sebaik apapun yang aku lakukan, semuanya tetap salah dimata kamu." Lirih Nelly sebelum memutar tubuhnya meninggalkan Arga yang terlihat bingung dengan situasi saat ini.
Bukankah takdir begitu tega, seakan mengatakan seberapa besar usaha yang kamu lakukan semuanya akan tetap berahkir tidak sesuai dengan keinginan kamu.
Gwen awalnya hanya ingin membalaskan dendamnya, pada ahkirnya dirinya sendiri yang terluka.
Arga hanya ingin bertanggung jawab pada bayinya, pada ahkirnya dirinya tidak bisa meninggalkan Gwen.
Nelly hanya ingin memiliki keluarga yang baik-baik saja, namun pada ahkirnya keluarganya benar-benar hancur.
Tidak ada ahkir yang bahagia bagi ketiganya, apa yang mereka kira menjadi ending dalam kisah mereka tidaklah seindah yang mereka bayangkan.
....
[ Jumat 14 Mei 2021 ]
Note:Author akan berusaha untuk cepat mengahkiri cerita ini dan mungkin dalam waktu dekat juga akan langusng merevisi cerita ini. Mungkin saja cerita ini bisa berubah alur selama revisi, sama seperti cerita Bulan yang selama revisi ada penambahan dan pengurangan alur.
Author harap kalian akan tetap mendukung Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
ChickLitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...