3

1.8K 153 4
                                    

Gwen melihat kesekeliling apartemen yang baru saja ia injak beberapa detik yang lalu, Arga membawanya pada gedung bertingkat yang memiliki banyak ruangan dan salah satunya akan menjadi rumah bagi keduanya.

"Ini Iyem, dia yang akan membantu kamu. Dia tidak tinggal di sini, hanya datang pada pagi hari dan pulang sore hari." Ucap Arga memperkenalkan perempuan yang kini tersenyum pada Gwen.

"Saya Gwen." Gwen memperkenalkan dirinya dengan tangan yang kini sudah berada di gengaman tangan Iyem.

"Saya Iyem mbak, senang ahkirnya bisa liat mbak." Ucap Iyem yang memang sudah mendengar kalau majikannya tersebut baru saja menikah.

Gwen hanya tersenyum sebelum melepaskan tangannya, ia merasa asing tapi Gwen yakin hanya perlu beberapa hari untuk dirinya merasa nyaman. Gwen harus terbiasa dengan suasana baru, dengan begitu dirinya bisa bertahan dengan mudah.

"Iyem lanjut masak dulu mbak, mas." Pamit Iyem dan dianggukan oleh Arga sebelum Iyem melangkah ke area dapur.

"Ikut aku." Ucap Arga yang jalan lebih dulu dan mau tidak mau, Gwen mengikuti langkah Arga yang ada di depannya.

"Ini kamar kamu dan ini kamar aku." Ucap Arga sambil menunjuk ruangan yang memiliki pintu saling berhadapan.

Gwen hanya diam, dia tahu ini akan terjadi. Gwen tahu pada ahkirnya Arga akan memasang pembatas bagi keduanya, Gwen tidak perlu lagi untuk bicara ataupun protes karna ia juga perlu ruangannya sendiri.

"Istirahatlah, barang barang kamu sudah dirapikan Iyem tadi pagi." Ucap Arga yang memang sudah mengirim barang mereka lebih dulu sebelum keduanya pindah ke apartemen yang sekarang mereka tempati.

"Terimakasih." Hanya satu kata, namun mampu membuat Arga kembali menatap Gwen yang awalnya ingin pergi masuk ke dalam kamarnya sendiri.

"Apa?" Tanya Arga untuk menyakinkan pendengarannya. Jujur selama beberapa bulan ia mengenal Gwen, hanya dua kali ia mendengar Gwen mengucapkan kata terimakasih.

Pertama, saat keduanya bertemu.

Kedua, saat Arga memutuskan untuk memilih Nelly dari pada Gwen.

Dan ini ketiga kalinya, Arga tidak tahu untuk apa kata terimakasih tersebut.

"Aku tidak akan mengulang kata tersebut, tapi aku bisa pastikan apa yang kamu dengar itulah yang aku katakan. Aku masuk dulu." Gwen, perempuan itu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu yang memang sudah terbuka.

Arga menatap pintu yang tertutup tersebut dan Gwen, dirinya mengaggumi kamar yang ia tempati saat ini atau lebih tepatnya delapan bulan kedepepan.

Kamar tersebut terlihat sederhana namun terlihat cantik, apalagi ia menyukai jendela yang bisa di buka tersebut.

Gwen melangkah lebih dalam dan duduk di pinggir ranjang, membaringkan badannya dengan kaki yang masih menginjak lantai.

"Apa semuanya akan baik baik saja?" Tanya Gwen sebelum meletakan tangannya di atas perutnya yang masih datar.

"Apa mama terlihat jahat? Apa mama jahat membiarkan kamu ada dengan kondisi seperti ini?" Tanya Gwen lagi dengan tangan yang masih mengelus perutnya.

"Maaf, maaf kalau mama harus melakukannya. Mama hanya ingin melihat mereka sengsara. Maaf karna mama memanfaatkan kamu, sayang. Tapi percayalah, mama menunggu kamu, mama menyayangi kamu dengan tulus dan saat kamu lahir kita akan bahagia berdua. Mama rasa mereka sudah cukup menderita dan setelah delapan bulan mama membuat mereka menderita, mama hanya akan fokus pada kamu. Pada kebahagiaan kamu."

Gwen, perempuan itu kembali menangis. Dirinya menangisi segala hal, dirinya menangisi dirinya.

...

"Mbak sudah bangun?" Tanya Iyem saat melihat istri dari majikannya yang berjalan kearahnya.

"Ia Iyem saya baru bangun." Jawab Gwen dengan hanya memanggil Iyem dengan nama, karna dirinya melakukan hal yang sama pada pekerja dirumahnya dengan alasan pekerjanya memiliki umur yang sama dengan dirinya.

Melihat dari wajah Iyem, bisa Gwen prediksikan umur keduanya tidak jauh beda.

"Mau makan apa Mbak? Tadi siang mbak tidur, mas Arga suruh saya tidak perlu bangunkan Mbak karna Mbak katanya masih tidur. Dan mas Arga menyuruh saya buatkan makanan yang Mbak mau saat sudah bangun."

Gwen menatap sekitarnya, sangat sepi. Tidak ada tanda tanda selain keduanya saat ini. Iyem yang melihat Gwen melihat kesekeliling, mengambil pemikiran kalau istri majikannya tersebut pasti mencari majikannya.

"Mas Arga pulang ke rumah Mbak." Ucap Iyem yang membuat Gwen mengerutkan keningnya dan diam beberapa detik menatap Iyem.

"Rumah Ibu sama Ayah?" Tebak Gwen, karna hanya itu saja yang ada dipikirannya. Mungkin Arga pulang ke rumah orangtuanya karna ada barang yang harus ia ambil, pikir Gwen.

"Bukan Mbak, rumah mas Arga." Ucap Iyem yang membuat Gwen kembali terdiam.

"..."

Iyem yang melihat reaksi Gwen, ia yakini istri majikannya tidak tahu kalau apartemen yang mereka tempati hanya tempat persinggahan yang di beli oleh Arga karna rumahnya yang terlalu jauh dari perusahaan tempatnya bekerja.

Iyem jarang sekali melihat majikannya tinggal di apartemen karna majikannya tersebut pasti akan tetap pulang, hanya sekali sampai dua kali dalam seminggu Iyem melihat majikannya saat dirinya datang setiap hari hanya untuk membersihkan apartemen milik Arga.

Bisa Iyem katakan, ia terkejut mendapat kabar kalau Arga akan membawa Gwen untuk menentap di apartemen bukan rumah yang sering Arga gunakan. Agak aneh, tapi Iyem tidak berani bertanya dan lebih anehnya lagi saat Arga menyuruhnya membereskan kamar tamu agar dapat digunakan oleh Gwen.

Yang bisa Iyem pikirkan, hubungan majikan dan istri majikannya tidak terjalin seperti hubungan pada umumnya.

"Mbak?" Panggil Iyem.

"Ah ya, apa dia ada bilang kalau dia akan pulang?" Tanya Gwen, jujur ia malu pada Iyem saat ini.

"Mas Arga bilang tidak akan pulang mbak, ada beberapa urusan di rumah yang harus ia kerjakan." Jawab Iyem dan dianggukan oleh Gwen.

"Baiklah." Ucap Gwen sebelum memutar langkahnya ingin kembali ke dalam kamar miliknya.

"Mbak mau makan apa? Biar Iyem masakan." Ucap Iyem cepat karna melihat majikannya yang sudah memutar tubuhnya ingin pergi.

"Saya akan masak sendiri, pulanglah ini sudah sore dan tolong letakan memo pasword apartemen ini di atas meja makan." Ucap Gwen sebelum pergi meninggalkan Iyem yang terdiam dalam pikirannya.

Gwen melangkah menjauh, ia ingin segera masuk ke dalam kamar. Dirinya malu, bahkan untuk menatap Iyem saja ia merasa malu.

'Brengsek!' Umpat Gwen pada pria yang tidak lain Arga.

Dirinya tidak seserakah itu, pria itu bisa mengatakan padanya. Pria itu bisa mengatakan kalau dirinya tidak ingin tinggal di ruangan yang sama, apa itu sulit? Tinggal bilang, dirinya tidak ingin membawa Gwen ke rumah miliknya, maka dari itu pria itu membawanya ke apartemen ini. Apa itu sulit?

*

'Apa aku sejahat itu?'

Kamis 28 November 2019

Don't Say Goodbye (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang