"Bertedu saja dulu disini." Arga dapat melihat Gwen yang terlihat kecewa karna hujan turun tepat saat Gwen akan meninggalkan kamarnya.
"Saya boleh pinjam ponsel, saya akan menghubungi teman saya biar menjemput saya disini." Ucap Gwen dengan wajah yang berharap agar Arga memberikannya ponsel agar bisa menghubungi Sara ataupun Ujang untuk menjemputnya.
"Ponsel? Ahh, ponsel aku jatuh tadi ke air." Tentu saja itu hanyalah bualan yang dibuat oleh Arga. Ponsel? Jelas-jelas ponselnya masih hidup di dalam kamarnya.
"Kalau begitu saya akan menerobos hujan saja, per_Akh." Gwen menatap Arga dengan tatapan kaget, pria itu menarik tangan dengan cukup kuat saat Gwen akan menerobos hujan.
"...." Arga tidak tahu apa yang ia lakukan, tapi ia ingin menahan Gwen agar tidak pergi darinya. Menarik Gwen agar masuk ke dalam pelukannya, itulah jalan yang diambil Arga agar bisa menahan Gwen saat ini.
"Apa yang Anda lakukan, tolong lepaskan." Ucap Gwen yang mencoba mendorong Arga agar menjauh dari dirinya.
"Diamlah, kalau kamu tidak diam aku akan tetap memeluk kamu." Gwen menghentikan pergerakannya, sekarang Gwen tidak tahu detak jantung siapa yang kini ia dengar. "Apa kamu tidak merindukan aku, aku begitu merindukan kamu."
"Lepaskan." Lirih Gwen, ia menghiraukan pertanyaan Arga sebelumnya.
"Apa kamu akan menerobos hujan jika aku melepaskan kamu?" Tanya Arga lembut dan tanpa Gwen sadari pria itu sedang menikmati wangi rambut Gwen yang tidak berubah, perempuan itu masih menggunakan sampho khusus bayi.
"Tidak" Jawab Gwen pelan, Gwen meruntuki dirinya menjawab Arga dengan suara pelan miliknya.
"Baiklah." Arga melepaskannya. Keduanya saling menatap walaupun hanya sebentar, sebelum ahkirnya Gwen lebih dulu memutuskan tatapannya dari Arga.
"Bukankah disini dingin?" Tanya Arga.
"Tidak." Jawab Gwen, walaupun kenyataannya dirinya mulai merasa dingin. Bisa bayangkan, hujan begitu deras, ditambah angin yang menyapa kulitnya dengan butiran air yang terbawa. Ini sangat dingin.
"Masuklah, akan aku buatkan teh." Ucap Arga yang kini masih menatap Gwen yang sudah sedikit menjauh dari dirinya.
"Tidak, terimakasih." Tolak Gwen yang kini memutar tubuhnya, meruntuki dirinya kembali yang merasa sangat dingin saat ini.
"Aku menawarkan kamu teh Gwen, bukan racun. Ayo masuk." Ucap Arga lagi, setelah mendapat penolakan lagi dari Gwen.
"Tetap saja, tidak. Aku akan menunggu disini." Ucap Gwen dengan kekeh, ia mempertahankan harga dirinya yang sudah ia bangun dengan sangat tinggi.
"Kamu masih keras kepala ternyata." Ucap Arga pelan, namun masih bisa Gwen dengar.
"...." Gwen hanya diam, ia memilih tidak menanggapi Arga yang membicarakan sifat di dalam dirinya.
"Aku akan buka semua tirai, jadi jangan khawatir. Aku tidak akan bertindak macam-macam sama kamu, walaupun aku suami kamu." Ucap Arga dengan senyum yang tidak bisa ia sembunyikan, karna Gwen langsung memutar tubuhnya dan tentu saja wajah kesal yang ditunjukan Gwen pada Arga.
"Ka_." Ucap Gwen terhenti saat Arga masuk ke dalam kamarnya dan benar saja semua tirai ia angkat sehingga dari sisi manapun ruangan yang terlapisi kaca tersebut akan terlihat dari luar.
"Masuklah." Ucap Arga dari dalam ruangan, smabil menyembunyikan ponselnya dibalik bantal tidur miliknya. "Kamu akan sakit kalau tetap diluar Gwen, masuklah."
"...." Gwen memiliki harga diri yang tinggi, tapi harga dirinya tidak bisa menyelamatkannya dari kemungkinan ia akan mati kedinginan apalagi rambutnya dan bajunya yang sudah mulai basah karna air yang dibawa oleh angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye (END)
Chick-LitGwen, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya. Apakah salah jika ia ingin mendapatkannya? Apa salah kalau Gwen harus menyakiti banyak orang demi kebahagiaannya? Kalau ia, maka ingatkan Gwen untuk berhenti walaupun kemungkinan dirinya berhenti hanya seti...