Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!
Warning, Typo!
Happy Reading!!!!!
( ╹▽╹ )
Gadis itu berkeringat dingin. Matanya terpejam, penuh ketakutan. Kedua tangannya secara tidak sadar menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya. Tubuhnya sudah berkeringat banyak, padahal ruangan tersebut terdapat AC yang menyala.
Bayangan-bayangan masa lalu tiba-tiba muncul di mimpinya dengan sangat jelas.
Hingga saat mimpi tersebut menunjukkan bahwa akan ada sebuah pukulan padanya... Gadis itu terbangun. Dia memekik kencang.
Nafasnya memburu tidak beraturan. Sungguh, dia melihat dirinya sendiri si pukuli dan di marahi. Namun, saat dirinya mencoba mengingat-ingat apa yang mereka ucapkan, gadis itu tidak tahu seolah-olah mimpinya hanya sebuah rekaman video lama tanpa suara.
cklek...
Suara pintu terbuka membuat gadis yang duduk diatas kasur itu menoleh.
Matanya membulat, tanpa sadar dia bergerak ke ujung kasur, untuk menghindar darinya. Sosok yang masuk kedalam kamarnya.
"PERGI!." Gadis itu berteriak penuh ketakutan. Mimpi yang barusan ia alami seolah-olah terputar kembali di kepalanya secara tiba-tiba.
"Sayang, kamu kenapa?." Adisa menghampiri Sherene yang berteriak secara tiba-tiba saat dirinya mendekati putrinya itu.
Sherene menggeleng, gadis itu melirih pelan, "mama pukul aku."
"Pukul?." Adisa membeo. Wanita itu duduk di tepian kasur, menarik tangan Sherene lembut. "Kamu mimpi buruk?."
Sherene yang mulai mendapatkan kesadaran nya mengangguk. Dia menatap Adisa dengan mata yang sedikit berair, hendak menangis.
"Mama pukul aku. Papa juga. Bang Geraldo cuma diem liat aku di pukul. I'm scared..."
Adisa tersenyum, dia menarik Sherene kedalam pelukannya, kemudian mengelus rambut gadis itu pelan.
"Mana mungkin papa sama Mama pukul kamu? Kalau kamu berbuat salah, kita cuma marahin kamu aja, iyakan?." Adisa berkata dengan lembut, "atau... Kamu pernah liat abangmu di pukul sama papa? Engga, kan?."
Sherene mengangguk. Gadis itu melepas pelukannya, menatap Adisa dengan tatapan cemas.
"Ren gatau maksud mimpinya apa. Tapi... Badan Ren kayak sakit."
"Kamu luka?." Tanya Adisa khawatir.
Sherene menggeleng, gadis itu menunjuk bagian-bagian dimana gadis yang mirip dengannya itu di pukuli, "sakit. Tapi ga ada bekas pukulan atau apalah itu. Seolah-olah... Apa ya, ma? Ren juga gatau jelasinnya gimana. Tapi ini sakit. Bahkan hati Ren juga sakit."
Adisa terdiam melihat letak tubuh yang di tunjuk oleh Sherene. Wanita itu hendak menangis, saat teringat teriakan putrinya, Sharine, yang terus menangis keras meminta maaf padanya dan suaminya.
Adisa menutup mulut, agar isakan nya tidak keluar. "Mama keluar dulu, ya. Semuanya baik-baik aja."
Sherene menatap mamanya penuh kebingungan. Mengapa mama tiba-tiba menangis?
Geraldo, yang mendengar obrolan Sherene dan Adisa terdiam. Dulu, dia melihat kejadian dimana adiknya di pukul oleh orang tuanya.
Dan Geraldo memiliki kesimpulan, bahwa Sherene bukan hanya bermimpi buruk belaka, yang hanya bersifat imajinasi, tidak terjadi di dunia nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET OF SHARINE
Teen FictionSharine dengan segala rahasianya. Sialnya, keluarga yang sudah membuangnya dulu, kini kembali memintanya untuk pulang. Gila. 5 tahun lebih, mereka kemana saja?