Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!
Warning, Typo!
Happy Reading!!!!
( ╹▽╹ )
Stella memutar tubuhnya dengan senyuman mengembang. Gaun untuk acara pertunangan resminya melekat dengan indah. Bahkan, Samuel sampai lupa bagaimana caranya berkedip saat melihat penampilan Stella.
"Menurut kamu gimana?." Stella mendekati Samuel yang sedang bersandar di dinding.
Samuel menggeleng sambil bertepuk tangan sebentar, lalu menyentuh kedua pipi Stella. "my beautiful future."
Stella tertawa pelan. Dia mengecup singkat pipi Samuel. "Gombalnya."
"Gak gombal loh." Samuel menyalipkan rambut Stella ke belakang telinga gadis itu, "Setiap detik kamu selalu cantik, love."
Lagi, Stella tertawa. Kali ini tawanya sedikit lebih keras. "Lucu gak sih? Biasanya kita pakai lo-gue. Sekarang aku-kamu. Kayak.... Apa ya."
"Iyaa.. tapi yakali kita terus bilang lo-gue sampai tua?."
Keduanya hening. Samuel sedang menunggu Stella berbicara, sedangkan gadis itu sendiri sedang berfikir apakah dia akan memberi tahu Samuel apa yang ada di pikirannya atau tidak.
"Sam?."
"Ya?."
"Kita... Boleh undang Radit?."
Samuel terdiam sebentar, lalu dia tersenyum lebar sampai deretan giginya nampak. "Ini ceritanya kamu lagi izin, atau gimana?."
"Aku takut kamu ga nyaman." Stella mengangkat gaun untuk pertunangannya sedikit agar tidak terinjak oleh sepatutnya. Dia berjalan, lalu duduk diatas sofa. "Kamu tau kan, masalah aku dan dia cukup serius dulu?."
Samuel ikut duduk—disamping Stella—lalu merangkul bahu gadis itu. "Sekarang semuanya baik-baik aja, sayang. Undang aja. Gimana kalau habis ini kita kerumah nya?."
Stella mengangguk. Selain untuk memberi undangan, dia ingin menyelesaikan semuanya dengan Radit sampai selesai.
( ╹▽╹ )
"Radit nya ada, bi?." Stella tersenyum ramah pada pelayan yang membukakan pintu untuknya dan Samuel, "saya telfon dia berkali-kali, tapi nomornya tidak aktif."
"Oh, ada non, ada. Mari masuk!." Pelayan itu membuka pintu lebih lebar, lalu mengantar Stella dan Samuel sampai ke depan pintu ruangan dimana Radit berada.
"Nak Radit..." Pelayan itu mengetuk pintu kamar Radit pelan, "ada non Sharine mampir..."
Samuel dan Stella saling pandang, kemudian menatap kembali pelayan yang terus memanggil Radit. Sepertinya pelayan itu belum mengetahui tentang identitas Stella yang diubah, serta kematian palsunya.
"Sha?." Pintu kamar itu terbuka, menampilkan Radit dengan rambutnya yang acak-acakan. Kantung matanya sedikit gelap, dia hanya mengenakan kaus hitam polos dan celana pendek berwarna putih.
"Sam?." Kata Radit lagi, saat menyadari bahwa Stella tidak datang seorang diri.
"You okay?." Tanya Samuel.
Radit menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya sambil tersenyum, "Gue baik. Cuma yah... Agak sibuk karena papa milih pensiun dan nikmati hidupnya jalan-jalan sama mama gue, imbasnya ke gue dong?."
Samuel tertawa, lalu menepuk bahu Radit, "resiko lo jadi anak tunggal."
"Oh ya, bi, buatin minuman buat mereka, ya!." Titah Radit pada pelayan yang tadi mengantar Stella dan Samuel. "Sorry, ayo duduk di ruang tengah."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET OF SHARINE
Ficção AdolescenteSharine dengan segala rahasianya. Sialnya, keluarga yang sudah membuangnya dulu, kini kembali memintanya untuk pulang. Gila. 5 tahun lebih, mereka kemana saja?