21-; Farewell

1.2K 185 25
                                    

harap baca catatan dibawah.


Yoongi tidak tahu sekarang jam berapa, dan yoongi tidak peduli. Yoongi bahkan tidak peduli jika pintu apartemennya sedikit terbuka. Yoongi hanya ingin istirahat. Mengistirahatkan hatinya. Result tadi masih mengguncangnya. Yoongi belum memberitahu ibunya bahwa dirinya sudah mengetahui siapa pelaku tabrak lari ayahnya. Atau mungkin tidak akan.

Yoongi memejamkan matanya rapat rapat. Mencoba tidur dan melupakan semua ini. Melupakan betapa bodoh dirinya hingga masuk kedalam permainan taehyung tidak hanya satu kali. Yoongi menyesali karena dengan begitu mudahnya, ia memberikan taehyung kesempatan, kesempatan untuk menjadikannya target permainannya.

Baru saja yoongi pikir bahwa taehyung benar-benar berubah, dan mungkin saja hubungan mereka pun akan berubah. Yoongi tahu yoongi sangat bodoh karena membayangkan hal itu. Tapi yoongi tidak akan bisa berbohong tentang yang satu ini, bahwa rasa cinta itu masih ada meski kini dia tahu penyebab dirinya kehilangan ayahnya.

Cinta benar-benar membuat kita bodoh. Dan yoongi berjanji tidak akan membiarkan siapapun masuk kedalam hatinya.

Yoongi terlonjak kaget saat ponselnya berbunyi. Yoongi menghapus air matanya dan menghela nafas lelah sebelum melihat siapa yang menelponnya. 

Taehyung

Yoongi tidak mengangkatnya. Yoongi membiarkan deringnya selesai lalu ia mematikan ponselnya. 

Apa taehyung tahu bahwa selama ini yoongi menyewa detektif?

Dan apa taehyung tahu jika hari ini yoongi sudah mengetahui semuanya?

Yoongi yakin, taehyung punya banyak uang untuk menebus kesalahannya. Itu hal mudah untuk seseorang seperti taehyung.

Mungkin taehyung menelponnya untuk memberitahukan padanya bahwa sekali lagi taehyung yang menang.

Well done.

***

"Hey"

"Hey yoongi bangunlah"

Yoongi menggeliat, menolak untuk membuka mata meski sudah sepenuhnya sadar karena suara—entah suara siapa—yang tidak bisa dibilang lembut. Matanya terasa sakit dan berat. Oh tuhan, yoongi tidak akan menangisi seseorang lagi sebegini hebatnya, matanya terasa perih.

"Yoongi"

Yoongi menggeram dan membuka matanya. Yoongi tidak bisa untuk tidak memekik karena didepannya ada hoseok. "Hoseok, apa yang kau lakukan disini?", yoongi memeluk hoseok dengan erat.

Sungguh aneh melihat hoseok di apartemennya, terutama didalam kamarnya. Karena hoseok baru dua kali masuk kedalam apartemen yoongi. Saat yoongi tanya, hoseok hanya menjawab bahwa hoseok tidak ingin terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Padahal yoongi sangat tahu jika hoseok bukan laki-laki seperti itu. Hoseok adalah temannya yang paling suci.

"Temanmu mengatakan bahwa kau sedang sekarat dan mereka juga bilang hanya aku yang bisa membantumu". Hoseok tertawa kecil sambil mengusap punggung yoongi pelan. Hoseok masih ingat betul saat tadi dirinya sedang mengerjakan tugas di cafe yang terletak didekat kampus, tiba-tiba ponselnya berbunyi, dan nama yoongi lah yang tertera di ponselnya.

Namun saat ia mengangkatnya, ternyata teman yoongi yang berbicara dan dengan takut-takut mengatakan bahwa yoongi tengah sekarat dan suara lainnya menyahut, mengatakan bahwa hanya hoseok yang bisa menyembuhkan yoongi, yoongi sangat membutuhkannya saat ini. Hoseok panik dan langsung menutup laptopnya, tidak peduli pekerjaannya sudah tersimpan atau belum.

Namun saat sampai di apartemen yoongi, yang menyambutnya adalah laki-laki dengan wajah memerah dan khawatir yang pakaiannya berantakan, membuat hoseok semakin bertanya-tanya. Hoseok tertawa sekali lagi mengingat kekonyolan teman-teman yoongi.

Eglaf ;taegi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang