⚠️this is so cringe and full of cheese
Kamu khawatir setengah mati. Suhu tubuh Woojae sangat tinggi setelah kamu menempelkan termometer diketiaknya. Bayi itu juga tidak henti-hentinya menangis kencang digendonganmu.
Setelah cukup lama memberitahu Jaehyun bahwa anak kalian demam tinggi, kamu mendengar suara mesin mobil dari arah depan rumahmu. Pintu rumah terbuka dan menampakkan Jaehyun yang sedang tergopoh menghampirimu.
"Woojae kenapa?" tanyanya khawatir sambil menempelkan telapak tangannya didahi Woojae. Sedangkan Woojae masih belum berhenti dari tangisannya.
Kamu menggerak-gerakkan badanmu berusaha menenangkan Woojae. "Kerumah sakit aja Jae," katamu.
Jaehyun mengangguk cepat dan menggiringmu masuk kedalam mobil. Jaehyun mengendara dengan cepat namun tetap berhati-hati. Menyalip beberapa kendaraan yang menghalangi jalan kalian.
Setelah tiba dirumah sakit, kamu membawa Woojae ke dokter spesialis anak. Sedangkan Jaehyun mendampingimu dengan perasaan khawatir. Begitu juga kamu, Woojae belum pernah sakit selama ini.
"Ini wajar, pak, bu. Jika saja bapak dan ibu memilih vaksin anti demam pada saat imunisasi kemarin, mungkin bayi anda tidak akan seperti ini. Tetapi sudah terlanjur tidak apa-apa, saya sudah menyuntikan antibodi dan penurun panas pada bayi anda. Besok pagi bisa pulang, untuk malam ini saya anjurkan menginap dahulu. Saya permisi." jelas dokter muda itu diakhiri senyuman.
Kamu dan Jaehyun berterima kasih sebelum dokter itu beranjak keluar dari ruangan diikuti susternya. Kamu mengusap dahi Woojae yang sedang terlelap.
Jaehyun memelukmu. "Maaf." gumam Jaehyun.
Kamu membalikkan tubuhmu dan menatapnya balik. Sesaat kemudian kamu menenggelamkan wajahmu pada dadanya. "Kamu gak salah, aku yang salah karena malah pilih vaksin yang biasa pas imunisasi kemarin." katamu berderai air mata.
"Ssst, jangan ngomong kaya gitu. Kita doain aja semoga apa yang dokter bilang itu benar." kata Jaehyun dan mengusap bahumu.
Kamu mengangguk didalam dekapannya. Dari dalam hatimu kamu sangat merasa bersalah pada dirimu sendiri.
"Gimana? Masih nangis nangis gak?" tanya Ibu Jaehyun. Pagi pagi ia datang kerumah sakit hanya untuk melihat keadaan cucunya.
Kamu tersenyum tipis dan mengangguk. Membenarkan posisi tubuh mungil Woojae yang sibuk menyusu. Ibu mertuamu tersenyum bersyukur mengetahuinya.
"Dulu pas ibu imunisasi Jaehyun malamnya dia juga nangis kok. Badannya juga panas." kata Ibu Jaehyun menerawang. Kamu menolehkan kepalamu padanya, mendengarkan dengan seksama cerita lama keluargamu.
"Mami panik banget waktu itu. Ayah Jaehyun lagi di Jepang, akhirnya mami semalaman gak tidur karna Jaehyun gak berhenti nangis." kata Ibu mertuamu diakhiri kekehan kecil. Kamu tersenyum dan mengalihkan pandanganmu pada Woojae.
"Kamu jangan menyalahkan diri sendiri, ya?" sambung Ibu Jaehyun dan mendekatimu. Mengusap sebelah bahumu dan tersenyum hangat. Kamu mengangguk mantap dan membalas senyumannya.
"Makasih, Mi." ucapmu.
Terdengar suara pintu yang terbuka. Jaehyun berjalan masuk dengan kantung plastik dikedua tangannya. Ia berjalan kearah meja dan meletakkan barang ditangannya.
"Lagi pada ngomongin apa?" tanya Jaehyun begitu mendaratkan bokongnya disofa sebelahmu.
"Ngomongin kamu pas lagi bayi." jawab Ibu Jaehyun diakhiri tawa. Kamu tersenyum menampakkan deretan gigimu, menatap wajah Jaehyun yang berada disampingmu.
"Kok sama menantu doang ceritanya, Jaehyun ga pernah diceritain." kata Jaehyun mengerucutkan bibirnya. Kamu tertawa atas pernyataannya.
Ibu Jaehyun bangkit dan menjitak kecil kepala Jaehyun. Menatapnya garang, "Jangan kayak gitu! Gak malu emang sama anak istri? Udah jadi bapak bapak pula." ejek Ibu mertuamu terhadap reaksi Jaehyun yang berlebihan tadi.
"Istriku tetep sayang kok. Kan wife?" Jaehyun menolehkan kepalanya padamu, bermaksud meminta dukungan. Kamu tertawa lalu kemudian mengangguk. Rasanya situasi dihadapanmu ini adalah momen langka yang sangat manis untuk disaksikan.
"Iya deh percaya." kata Ibumu mengalah. Sedangkan Jaehyun tersenyum menang.
"Eh ngomong ngomong mami pulang dulu ya, kasian ayah gaada yang bikinin sarapan. Jaehyun jangan kerja dulu kalau Woojae masih sakit. Mami pulang!" pamit Ibu mertuamu. Kamu dan Jaehyun menjawab 'Ya!' secara bersamaan.
"Sayang." panggil Jaehyun dan merapatkan tubuhnya padamu.
"Hm?" kamu masih fokus menyusui Woojae.
"Kamu capek?" tanya Jaehyun dan mengecup pipimu. Kamu menatapnya dan memberinya senyuman.
"Udah kewajiban." balasmu tenang. Mengusap pelan pipi gembul Woojae dengan jari tanganmu selagi bayi itu menyusu.
"Mau aku cariin baby sitter?" tanya Jaehyun lagi. Kamu menggeleng cepat dan menekuk wajahmu.
"Gamau. Dari kebanyakan film dan buku yang aku baca, nanti si tuan itu selingkuh sama pembantunya. Aku gamau ngalamin hal itu." katamu sebal dan memalingkan wajahmu dari Jaehyun.
Jaehyun tertawa geli dalam hati melihat sifat cemburumu yang menguap ke permukaan. Diam-diam Jaehyun mengambil Woojae dari tanganmu. Awalnya kamu bingung ketika Jaehyun meletakkan Woojae dikasurnya, ternyata bayi itu terlelap sejak dipangkuanmu tadi.
Kamu menatap ragu Jaehyun yang berjalan mendekatimu disofa ruangan itu. Menjatuhkan tubuhnya disampingmu dan menekanmu pada sofa hingga posisimu terbaring.
"Mana mungkin aku ngelirik besi berkarat kalau aku udah punya emas?" bisiknya ditelingamu.
Jantungmu berdegup kencang, adrenaline mu terpacu ketika Jaehyun menurunkan telapak tangannya dibawahmu. "I want you so badly, baby." bisiknya lagi.
Kamu menahan nafas dan mencekal tangannya. Jaehyun menatapmu seolah bertanya. "Not now, Jaehyun." katamu dengan gelengan.
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Marriage Life : with Jaehyun
Fanficft. nct jaehyun [17+] ⇛ BAHASA ↬Jaehyun bisa jadi manja dan dewasa diwaktu yang sama. ⚠cheesy & cringe ©2019 by dyna-ssi