[32] Please Me, Baby

21.1K 1.6K 72
                                    

⚠️this is so cringe and full of cheese



Pagi hari ini langit tampak begitu cerah. Tetesan - tetesan embun pagi masih sedikit terasa menyejukkan badan. Hari demi hari terus berlalu, hingga tepat pada saat ini usia Woojae telah genap dua tahun.

Kamu menatap Woojae dan Jaehyun bergantian. Ayah dan anak itu sama - sama masih berada dialam mimpi. Setelah menguncir tinggi suraimu, dengan perlahan kamu mengangkat tubuh Woojae. Balita itu terusik dan akhirnya membuka mata.

Kamu tersenyum lebar lalu kemudian menghujani pipi gembulnya dengan kecupan - kecupan. Woojae tergelak girang atas perlakuanmu. Kamu dan anakmu mengawali pagi dengan tertawa bersama. Perasaanmu menghangat, kehadiran Woojae ditengah - tengah keluarga kecilmu dan Jaehyun seperti sebuah bongkahan harta karun.

"Liat deh, ayah masih pulas pulas aja." katamu sambil mendekatkan Woojae pada Jaehyun.

"A-a-a-a-yAH!!" oceh Woojae belum terlalu fasih. Tangan mungilnya ia gunakan untuk memukul lengan Jaehyun dari samping.

"Yah, bangun..." katamu sambil menarik hidung mancung Jaehyun. Jaehyun terlihat menyipitkan kedua matanya dan memegang jarimu pada hidungnya.

"Hm, ini udah bangun." balas Jaehyun dengan suara parau. Setelah mengusap pelan kelopak matanya, Jaehyun duduk dan ikut bergabung denganmu beserta Woojae.

"Woojae udah bangun aja, sini sun ayah dulu." ucap Jaehyun. Secepat kilat Woojae sudah berada diatas pangkuan Jaehyun. Kamu tertawa geli melihat Woojae yang tidak berhenti tertawa karena Jaehyun menciumi wajah Woojae.

"Udah. Tinggal bundanya lagi nih, mau kiss kayak Woojae juga gak?" tanya Jaehyun sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Kamu memukul lengannya dengan bantal. "Cium tuh bantal." balasmu yang dibalas tekukan bibir dari Jaehyun. "Aku mau masak Jaehyun, jangan aneh - aneh deh." sambungmu.

"Iya iya. Jangan galak-galak dong sayang." kata Jaehyun dan secepat kilat menempelkan bibirnya pada bibirmu.

"Hehe, 1 detik aja kok." ucap Jaehyun dengan cengiran.

Kamu mendengus sebal dan turun dari kasur. Jaehyun menatapmu sambil terkekeh kecil, jangan lupakan Woojae yang masih berada diatas pahanya. Woojae sedari tadi sibuk memainkan kancing baju Jaehyun.

Setelah siluetmu menghilang disebalik pintu kamar, Jaehyun mengangkat tinggi Woojae dan memutar-mutarnya. "Bunda kamu lucu, kan?" ucap Jaehyun. Bibir mungil Woojae terlihat ingin mengucapkan sesuatu, namun ia belum begitu lancar dalam berbicara. Sehingga akhirnya Woojae hanya mampu manggut-manggut sambil tersenyum menampakkan deretan gigi susunya.


"Jaehyun! Woojae! Udah selesai belum mandinya?!" teriakmu lantang dari depan pintu kamar mandi. Terdengar tawa keras Woojae dari dalam sana disusul guyuran shower.

Cklek

"Bun-dA! S,sini andi!" tiba-tiba Woojae sudah berada didepan pintu dengan terbalut handuk. Woojae mengajakmu masuk dengan cara menarik tanganmu.

"E-eh?" kamu tidak bisa menghindar dan akhirnya masuk kedalam sana.

"Y,YAh!" teriak Woojae. Kamu melihat Jaehyun sedang membalikkan tubuhnya dengan busa pada kedua sisi rahangnya dan sebuah alat pencukur ditangan. Jaehyun banya mengenakan sehelai handuk pada batas pinggang hingga lututnya.

Jantungmu berdegup. "A-aku ditarik sama Woojae. Suer!" ucapmu sedikit was-was. Sedangkan Woojae dibawah sana mengalungkan kedua lengannya disalah satu pahamu.

Jaehyun terkekeh tanpa suara. Setelah membasuh bersih dagunya, ia berjalan mendekatimu dan Woojae. "Mandi, ayo." balas Jaehyun dan meloloskan karet pengikat rambutmu.

"Lho, bukannya kamu sama Woojae udah mandi??" katamu heran.

"Woojae yang udah mandi. Tadi aku yang mandiin." Balas Jaehyun sambil tersenyum.

"Tinggal bundanya lagi nih, mau dimandiin juga ngga?"



Kalian bertiga sedang bersantai didepan televisi saat ini. Jaehyun melingkarkan sebelah tangannya dipinggangmu sedangkan kamu memangku Woojae. Semenjak libur musim panas dua hari yang lalu, kalian menghabiskan waktu dengan selalu bersama. Bahkan, kalian bertiga tidur satu ranjang.

Jaehyun menciumi kepalamu. "Rambut kamu wangi," gumamnya.

"Kan tadi kamu shampoo-in pakai shampoo Woojae!" balasmu ketus. Jaehyun benar-benar memandikanmu tadi.

"Tapi suka 'kan?" kata Jaehyun lagi, masih dengan bibirnya yang menempel dikepala bagian belakangmu.

"Suka apa? Suka shampoo nya? Suka lah!" balasmu sensitive. Membayangkan wajah santai Jaehyun yang tidak merasa bersalah seperti itu membuatmu semakin kesal saja.

"Galak banget sih, istriku."

Kamu semakin geram dibuat olehnya. Kamu meletakkan Woojae disisi sofa lainnya dan bersiap untuk memukul kepala Jaehyun. Namun ketika kamu menolehkan kepalamu kesamping untuk menghadapnya, ia telah bersiap menempatkan wajahnya sehingga bibir kalian bertemu.

Kamu menatap mata coklat Jaehyun sedangkan bibirnya bergerak liar dibibirmu. Setelah ciuman itu berakhir, kamu mengusap bibirmu yang terasa sedikit kebas akibat ulah Jaehyun.

"Apaansih, main cium cium gitu. Bengkak nih!" protesmu.

Jaehyun menghiraukan omelanmu. Setelah memastikan bahwa Woojae baik-baik saja, Jaehyun membawamu keatas pangkuannya. Kamu diam sambil mengumpulkan tenaga untuk memukulnya nanti.

Dengan perlahan Jaehyun membawa kedua tanganmu untuk mengalung dilehernya. "Mana yang bengkak, hm?" tanyanya lembut sambil melihat intens bibirmu.

Kamu bergeming sambil menahan hasrat untuk menepuk kepala Jaehyun pada saat itu juga.

Jaehyun mulai mendekatkan kepalanya. "Disini?" gumamnya dengan bibir yang menempel dibibirmu.

"B,bunda a,Aya,h lagi ap,A?" tiba-tiba Woojae berada diantara tubuhmu dan Jaehyun. Jaehyun menjauhkan bibirnya darimu. Pantas saja ia merasakan berat sejak tadi, ternyata balita kalian itu mau ikut andil juga didalam perlakuan konyol Jaehyun padamu.

"Woojae?!" teriakmu terkejut. Sama halnya dengan Jaehyun, kamu juga tidak menyadari keberadaan Woojae.

"Woojae mau punya adek gak?" tanya Jaehyun sambil mengecup dahi Woojae.

"A,adek a,apA?" tanya Woojae. Ia menatapmu dan Jaehyun bergantian menunggu jawaban.

"Jaehyun." panggilmu setelah paham akan pertanyaannya.

"Adek itu saudara, nanti kalau Woojae punya adek, Woojae punya temen main. Seru kan??" balas Jaehyun.

"Jaehyun." panggilmu lagi.

Woojae terlihat berpikir lalu setelahnya mengangguk. "wOojae au a,adek!" teriaknya.

"B,bunda woojae au a,adek!"

Kamu mengusap wajahmu. Jaehyun terkekeh karena telah berhasil mempengaruhi Woojae. "Jadi gimana Bunda?? Ayah sih selalu siap kapanpun dimanapun." goda Jaehyun.

#####

Halo! Maaf banget karena keterlambatan up nya;(. Soon aku usahain fast up karena mau cepat2 fokus book sebelah.

Juga terima kasih banyak buat yang selalu ngikutin buku ini!! Sekali lagi aku tegasin, cerita ini cuma fantasi liar otakku yup! Jangan terlalu terbawa, wkwk.

See you~

[✓] Marriage Life : with JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang