0.0

56.7K 3.2K 479
                                    

Cerita ini terbesit dijalan pas aku pulang dari pasar abis beli mie ayam.

Ada beberapa bagian 18+ seperti bahasa kasar yang tidak pantas untuk dibaca oleh anak dibawah umur. Tolong bijak dalam mencari bacaan. Terimakasih.

***

Cerita yang ringan dengan konflik rumah-tangga dengan sudut pandang yang berbeda. Sebuah perjodohan yang membuat seorang gadis bernama Kinanti yang mempunyai trauma terhadap seorang pria harus berjuang sekuat tenaga agar pria (lain) yang bernama Jeffrey itu tidak masuk lebih dalam ke hidupnya.



Baiklah, kita mulai semua ini.





Jeffrey Aditama (24)

Jeffrey Aditama (24)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







***




"Ma, mama gak usah gila deh. Kinan gak mau ya di jodoh-jodohin." Gue bener-bener gak habis pikir sama kelakuan Mama yang selalu menggebu-gebu meminta gue untuk segera menikah.

Gak tau apa anaknya ini masih patah hati sama si brengsek Johnny Sitenggar anak rantau yang bikin gue jadi budak cintanya selama 2 tahun kemarin.

"Kamu ini udah masuk kepala dua, Kinan. 23 tahun itu cukup untuk menikah. Mau sampe kapan terus menerus larut dalam kesedihan mu untuk laki-laki brengsek yang udah jelas-jelas Mama larang dari awal!"

"SEMUA COWOK TUH SAMA AJA MA. PILIHAN MAMA ATAU PILIHAN AKU. MEREKA COWOK TUH SAMA. BRENGSEK MA. LIAT? Mama juga ditinggalin kan sama Papa?"

PLAKKK

Satu tamparan Mama lolos membuat pipi gue panas. "Jaga bicara mu! Sekarang pergi ke kamar kamu. Siap-siap. Satu jam lagi keluarga Bapak Aditama bakal datang."

"Ma!?"

"I don't accept any reason, Kinanti." Ada penekana di kalimat terakhir Mama. Mama emang keras kepala. Sama seperti gue.

Gue meraba pipi kanan gue yang baru saja Mama tampar beberapa menit lalu. Gue menatap wajah kusam gue terpancar di sebuah cermin besar di kamar gue.

Mama bener-bener gak becanda.

Mama gak main-main mau jodohin gue sama anak dari rekan kerjanya di Rumah Sakit.

Mama bukan dokter, Mama hanya salah satu pemilik saham terbesar di salah satu Rumah Sakit ternama di Jakarta.

Tok. Tok.

"Ini Mama." Ucapnya seraya membuka pintu kamar gue. Dia datang membawa sebuah kotak es sepertinya untuk mengompres pipi gue.

"Ni, kompres pipi mu biar gak bengkak." Kata Mama sambil memberikannya padaku.

"Pakai ini juga. Tolong kali ini jangan bikin Mama malu, Kinanti." Mama memberikan sebuah gaun semu formal berwarna soft untuk gue pakai nanti. Nada bicara Mama juga terdengar seperti memohon.

More | JJH ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang