12. Ours

15.1K 1.8K 133
                                    

Page: 18

"Tell me every terrible thing you ever felt, and let me love you anyway."

***

'Cause there's somethin' in the way you look at me

It's as if my heart knows you're the missing piece

You made me believe that there's nothing in this world I can't be

I never know what you see

But there's somethin' in the way you look at me.

***

Jeffrey

Sepertinya gue akan menyukai kota ini. Kuala Lumpur akan menjadi kota yang bersejarah untuk gue. Kuala Lumpur juga sepertinya akan menjadi kota yang selalu gue ingat.

Yap. Untuk pertama kalinya selama 2 bulan menikah, Kinanti mau berbagi ranjang dengan gue dan mengizinkan gue tidur di sampingnya untuk sekedar menatap wajahnya dekat dan lebih lama tentunya.

Sekarang dia sudah tertidur, walaupun kayaknya belum terlalu pulas karena kejadian gempa tadi. Gempa yang berhasil membuat dia seperti ini. Gue gak tau kenapa dia bisa setakut itu ketika ada gempa. Dia histeris. Hanya kata 'takut' yang terus terucap dari bibirnya sembari menangis hampir satu jam sebelum akhirnya tertidur.

Badannya kini mulai bergerak dan tiba-tiba memeluk gue dengan posisi kita yang sama-sama menyamping. Iya. Gue sedari tadi masih menilik setiap lekuk wajahnya.

"Emh," Keluhnya sambil mempererat pelukannya kepada gue.

Badan gue mendadak kaku seketika dan sesak secara bersamaan. Gue mencoba memindahkan tangannya dari pinggang gue dengan sangaaaat pelan. Namun gagal, Kinanti justru malah semakin menghilangkan jarak antara gue dengannya sekarang.

"Jeff.." Igaunya sambil mendelusupkan kepalanya ke dada gue.

Gue gak bersuara saat itu hanya tangan gue yang terus bergerak mengelus kepalanya agar dia bisa terus terlelap dengan tenang.

Tapi kenapa detak jantung gue sekarang terasa sangat gak beraturan?

Aduh kalo dia denger detak jantung gue hampir mau modar gini gimana ini?

Tapi jujur gue seneng. Seneng bisa memeluknya dalam tidur kayak gini. Kayak apa yang gue inginkan dari awal pernikahan itu terjadi.

Dia masih pakai baju yang tadi saat pergi dinner bersama Om Danu dan Tante Diana, dress semi formal yang panjangnya hanya selutut.

Gue memang satu selimut dengannya, tapi didalam selimut itu justru yang gue rasa, kaki gue beradu dengan kaki miliknya yang hanya terbungkus oleh celana pendek sepaha.

Mendadak lagu Versace On The Floor milik Bruno Mars terlontar dari mulut gue dengan spontan.

So baby let's just turn down the lights
And close the door

Tangan gue kini mulai membelai pipinya yang terlihat merona akibat menangis.

Ooh I love that dress
But you won't need it anymore

Lalu tangan gue beralih pada pundaknya. Mengelus dengan sangat perlahan.

No you won't need it no more
Let's just kiss 'til we're naked, baby

Chu..

Satu kecupan tepat berhasil mengenai bibirnya yang sedari tadi bergetar kini mulai berhenti. Tapi ternyata, gue gak hanya berhenti sampai disitu. Gue justru memperdalam ciuman gue padanya hingga tanpa gue sadar, kini dia sudah membuka matanya.

More | JJH ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang