24. Who Is She?

12.5K 1.5K 32
                                    

"Mungkin memang benar, setiap orang berhak bahagia. Tapi jangan lupakan bahwa setiap orang juga berhak untuk sakit hati."


***


Jeffrey

Drrrtt..

Drrrtt..

Gue melirik hp gue sejenak lalu mengabaikannya dan kembali menyantap sarapan gue.

"Siapa?" Tanya Kinanti melirik gue yang baru saja duduk di sebelah gue sembari menyimpan kopi kesukaan gue.

"Bukan siapa-siapa," Jawab gue sambil melahap sandwich buatan Kinanti tanpa melirik kearahnya.

Drrrtt..

Drrrtt..

Hp gue kembali berdering dan nama itu tertera lagi di layar hp gue.

Putri.

Belum sempat gue mematikan panggilan itu, Kinanti dengan cepat langsung menarik hp gue. Menatapnya dengan tatapan datar.

"Siapa Putri?"

Gue terdiam untuk beberapa saat sebelum memberikan senyum singkat gue padanya, "Bukan siapa-siapa. Cuma pasien biasa." Jelas gue sembari menarik hp gue dari tangannya.

Gue langsung meminum kopi yang sudah dia buat sebelum bangkit dari duduk gue, "Aku berangkat ya,"

Dia langsung ikut berdiri dengan cepat, "Aku ikut."

Kening gue langsung berkerut. Gue gak ngerti kenapa belakangan ini dia jadi sering bersikap posesif sama gue. Bahkan dia jadi sering menanyakan gue dimana sama siapa. Gak seperti Kinanti yang dulu sangat cuek. Bahkan sekarang dia gak jarang untuk membatalkan kelas pianonya demi pergi ke Rumah Sakit menemui gue.

Gue ngerti semua orang bisa saja berubah, tapi apa secepat ini? Hanya dalam waktu satu minggu? That's too impossible, right?

"Ada apa sih sama kamu belakangan ini?" Tanya gue menghampirinya.

Bukannya menjawab dia justru malah mengatup bibirnya sendiri rapat-rapat.

Gue menarik kursi yang tak jauh dari jangkauan gue, lalu memegang kedua pundaknya dan mendudukanmya diatas kursi tersebut.

Gue berjongkok di depannya.

"Kenapa?" Lanjut gue, "Apa yang bikin istri aku gelisah sampe jarang mau ngajar les lagi? Terus sekarang, malah mau ikut aku ke Rumah Sakit. Ada apa? Hm?"

Dia hanya terdiam dan memandangi gue dengan tatapan sendu. Lalu di detik berikutnya, dia menundukan kepalanya sembari memainkan kukunya.

It seems like she has a big secret hidden from me.

Gue menggenggam tangan, namun dia masih enggan untuk menatap gue.

"Rafa...," Dia bergumam.

"Kenapa sama Rafa?"

"Rafa...," Ada sedikit keraguan di wajahnya, "Dia adiknya Johnny."

Gue cukup tersentak ketika mendengar kenyataan yang begitu mengejutkan gue. Ditambah lagi hp gue sedari tadi gak henti-hentinya bergetar.

More | JJH ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang