11. Afraid

15.3K 1.8K 79
                                    

"Aku hanya takut. Takut atas segala ketakutanku."

***


Kinanti

Malam ini, Jeffrey mengajak gue untuk makan malam bersama Tante Diana dan Om Danu. Jam 7 malam waktu Malaysia, Jeffrey udah siap dari tadi dan menunggu di luar. Gue masih di kamar. Berdandan seindah mungkin agar Jeffrey gak malu bawa gue.

Loh?

Iya, lagian sebelum gue berangkat ke Malaysia gue sudah meyakin kan diri gue untuk gak mengecewakan Ibu. Maksudnya gue bakal berusaha sebisa mungkin untuk memperlakukan Jeffrey dengan baik.

Gue berjalan dengan gaun pastel semi formal yang biasa gue kenaka saat acara-acara penting. Karena acara malam ini juga penting untuk Jeffrey.

Setidaknya, membuat kesan baik di hadapan Om dan Tantenya Jeffrey itu penting juga untuk pencitraan gue.

"Hai!" He greeted me first with the masculine parfume also his smile.

Jeffrey berdiri di depan pintu kamar sembari menyenderkan badannya ke tembok besar yang ada dibelakangnya. Baju yang Jeff pakai hampir senada dengan yang gue kenakan. Putih tulang. Dengan celana hitam dan sepatu Plain Toe hitam yang senada. Sangat pas dengan postur tubuhnya yang tinggi dan tegap.

Tatanan rambut yang rapi, rahang yang tegas, Jeffrey tersenyum tipis menunjukan lesung pipinya disertai mata almond miliknya itu yang ikut berbinar.

Tatanan rambut yang rapi, rahang yang tegas, Jeffrey tersenyum tipis menunjukan lesung pipinya disertai mata almond miliknya itu yang ikut berbinar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa gue bisa se-detail ini mendeskripsikannya?

Saat itu mata Jeffrey terus memandang gue seolah sedang mengabsen setiap inci yang ada didalam tubuh gue dengan tatap yang sulit gue artikan. Jangan lupa, senyum tipisnya masih tetap ada di bibirnya.

Gue berdehem, "Kenapa ngeliatin kayak gitu?"

Jeffrey mendekat kearah gue dan senyumnya semakin merekah, "I just think..." ada jeda di dalam kalimatnya.

"Apa?" Tanya gue dengan nada nyolot.

Dia kembali tersenyum, "I just thinking about... What do I have to do to be loved," Lanjutnya, "loved by you, Kinanti?"

"Hah?" Spontanitas gue memang selalu bekerja diluar dugaan gue. Hah Hoh itu adalah kebiasaan gue ketika sedang di hadapkan oleh keadaan strain kayak gini.

"Let me think about it. Aku yakin aku bisa bikin kamu jatuh cinta sama aku." Ujarnya dengan sangat percaya diri seraya mengambil tanganku dan menggenggamnya, menuntun gue berjalan menuju classic restaurants yang berada di lantai utama dari hotel The Westin.

"Udah nunggu lama, Om, Tan?" Sapa Jeffrey sesaat setelah gue dan dia sampai di sebuah meja makan yang sudah terpenuhi oleh piring putih dan beberapa gelas bening beserta botol minuman disana.

More | JJH ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang