27. Please Don't Change

12K 1.5K 100
                                    

ini boleh bgt loh sambil dengerin lagunya Fiersa Besari yang judulnya Waktu Yang Salah heheheh.

*

"Setiap orang bisa berubah kapan saja. Dan lo gak akan pernah bisa untuk menghentikan jalan mereka."


***


Kinanti

"Jangan tanyain hal yang enggak-enggak!" dia membentak gue cukup kencang.

"Aku cuma nanya, Jeff. Apa susahnya sih tinggal jawab!?" lanjut gue, "Kenapa sekarang kamu malah neriakin aku hah?!"

Dia menatap gue dengan tatapan tajam dan satu tangannya mengambil lengan gue mencengkram dengan sangat erat, "Gak usah tanyain masa lalu aku. Kamu urus aja masa lalu kamu sendiri." ucapnya menghempaskan cengkramannya dari tangan gue yang mulai memerah itu lalu berjalan menjauhi gue.

Ini yang gue takut setelah gue menjatuhkan hati gue.

Ini. Dan sekarang semuanya terjadi.

"KAMU!" gue berteriak dan membuat dia menghentikan langkah kakinya, "Kamu yang ngajarin aku buat lupain semua masa lalu aku. Kamu yang kasih aku perhatian yang selama ini hilang dari hidup aku. Kamu yang bikin aku  berani buat jatuh cinta lagi, Jeff."

Air mata gue berhasil menetes dari pelupuk mata sebelum gue menghela napas dan melanjutkan kalimat terakhir gue, "Selama ini kamu tau semua tentang aku. Sekarang salah, kalo aku mau tau ada apa kamu sama dia, hm?" nada bicara gue melemah. Bahkan kini kaki gue pun sudah gak mampu untuk menahan bobot tubuh gue ini.

Gue terduduk diatas lantai bahkan tanpa ada aba-aba air mata itu berhasil lolos dari kelopak mata gue.

"Salah kalo aku takut suami aku pergi dan kembali ke masa lalunya?"

"Salah kalo aku takut kamu lebih milih dia dari pada aku?"

Dia hanya terdiam membeku jaraknya hanya sekitar 10 blok lantai keramik dari gue.

Gue gak mampu untuk menatap punggungnya, bahkan gue sudah menundukan kepala gue menyembunyikan banyaknya tetesan air mata yang lolos dari kelopak mata gue ini.

Dia benar-benar hanya diam tanpa berniat untuk menghampiri gue sedikitpun. Karena sekarang dia memilih berlalu menuju luar dan menjalankan mobilnya entah kemana.

Semuanya yang gue takutkan selama ini benar-benar menjadi kenyataan. Gue yang sudah terlanjur jatuh kini harus jatuh lebih dalam lagi karena dia, –seseorang yang berhasil membuat gue jatuh, pergi lagi.

Entah pergi untuk tujuan apa.

Apapun itu, dia pergi.

Karena dia benar-benar memilih untuk menjauh dari gue dari pada harus berbalik arah dan menghampiri gue.

Pergi. Itu menjadi pilihannya.

Benar kata orang, kalo lo berani jatuh untuk seseorang, maka lo harus siap untuk kemungkinan yang lainnya selain bahagia, seperti hancur salah satunya.

Katakanlah, ini semua adalah balasan atas segala hal yang sudah gue perbuat pada Jeffrey dulu. Dan rasanya memang tidak enak. Rasanya pahit, sesak didada, bahkan seperti ada suaru benda tajam menusuk hati.

Karma.

Dulu gue gak pernah mempercayai keberadaannya, tapi sekarang gue mengerti. Apa yang kita tanam, maka itulah yang kita tuai. Seperti itulah hukum karma berlaku pada gue saat ini.


More | JJH ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang