35. Life Is But A Dream..

10.9K 1.2K 57
                                    

Kinanti

"Jeff, aku mohon, jangan tinggalin aku Jeff."

Jeffrey hanya tersenyum miring sambil menggenggam erat tangan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Putri.

"Jeff, kamu bilang aku ini selamanya kan?" gue mencoba untuk menarik tangan Jeffrey dan melepaskan genggamannya dari tangan Putri. "Kamu bilang dia cuma masa lalu kan?"

"Gak usah terlalu banyak berharap Kinanti. Karena dimana-mana cinta pertamalah yang akan menang!" saut wanita itu dengan sarkas dan kembali menggenggam tangan Jeffrey.

"Jeffrey, aku mohon.."

"Semuanya udah berakhir. Semua sandiwara gue udah selesai sampai disini, Kinanti!!" ujar Jeffrey dengan suara yang tegas dan lantang membuat dada gue sesak.

"Jeff..." gue mencoba menatap matanya "Apa selama ini, gak ada sedikit aja perasaan kamu buat aku?"

"Gue gak pernah cinta sama lo."

"Disini?" gue menujuk dadanya, "Sedikit aja, gak ada perasaan itu?"

Jeffrey menggeleng.

Gue semakin frustasi dan sedikit menjauhkan badan gue dari arahnya. Kini mata gue terarah pada tangan Jeffrey yang masih menggenggam tangan Putri dengan erat.

Napas gue semakin berat dan tidak teratur, mata gue panas bahkan kini satu tetes air mata itu berhasil lolos dari kelopak mata gue.

Gue menelan saliva gue dengan susah payah sebelum memberanikan diri untuk bertanya untuk kesekian kalinya, "Bilang sama aku kalo kamu bener-bener gak cinta." suara gue terdengar menyedihkan saat itu.

"Gue gak cinta sama lo. Sama sekali."

Mata gue semakin memanas, "Terus kenapa Jeff? Kenapa dulu kamu mau nikahin aku dan bikin aku sembuh dari semua luka-luka itu kalo akhirnya kamu yang bikin luka itu makin dalem!"

Gue marah.

Gue kecewa.

Gue hancur.

"Kenapa Jeff kenapaaaa?!!!" gue frustasi bahkan sampai mengguncangkan lengan Jeffrey dengan cukup kencang.

Dia menghempaskan tangan gue dari lengannya, "Semuanya terpaksa! Karena keluarga gue punya hutang budi sama Almarhum papah lo!"

"Jeff.."

"Sekarang semuanya jelaskan?"

"Jeffrey.."

Suara gue semakin melemah bahkan kaki gue pun rasanya sudah gak tahan lagi untuk menopang berat badan gue ini.

"Gue udah gak bisa hidup sama orang yang keras kepala dan egois kayak lo." ujarnya dengan tatapan mata yang tajam.

"Gue pergi." pamitnya lagi sambil menggenggam dengan erat tangan Putri dan keluar dari rumah.

Badan gue lemas saat melihat punggung Jeffrey yang semakin mengecil di pandangan gue bersama tangan yang saling bertautan satu sama lain.

Gue hanya terduduk diatas ubin sembari memeluk kedua kaki gue dan menangisi diri gue sendiri lagi.

Sesenggukan.

Sakit, kecewa, marah semuanya tergabung menjadi satu disaat orang yang berusaha menjadi obat untuk gue ternyata malah jadi luka terparah yang dari yang sebelumnya.

"Sayang?" gue merasa seseorang menggoyangkan tubuh gue dan sesekali memukul pelan bahu gue.

Gue membuka mata dan melihat Jeffrey tepat di hadapan gue dengan innocent face-nya.

More | JJH ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang