Mungkin berkat ucapan pedas anak muridnya kemarin, Arjuna jadi lebih termotivasi untuk menghajar mereka. Kali ini dia bawa tas ransel untuk membawa barang-barang yang dibutuhkan. Buku rangkuman yang dengan niat ia buat sendiri, buku catatan kecil, alat tulis, map absensi, penggaris besi, pisau dapur, sprei serangga, alat penyetrum, dan pistol angin. Juna tidak bermaksud untuk menyakiti anak-anak didiknya, tapi buat ancaman boleh juga. Dia berangkat pagi sekali, supaya bisa memperbaiki isi kelas dulu.
Sekolah mewah ini masih sepi tentu saja, paling hanya ada beberapa orang yang bertugas bersih-bersih. Jun memasuki kelas yang pintunya tidak dikunci. Eh, apa sudah ada yang datang? Ketika masuk, keadaan kelas masih sama seperti kemarin, berantakan. Disana juga tidak ada orang. Mungkin penjaganya lupa mengunci pintu kelas ini? Arjuna memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal itu dan mulai menata meja yang ada. Dengan telaten, ia menyapu dan mengambili sampah-sampah yang berceceran di kelas, termasuk puntung rokok yang terkumpul seperti gunung di pojokan.
Ya ampun.
Beruntung alat kebersihan masih layak pakai dan belum dijadikan bahan mainan, jadi Juna bisa memanfaatkan barang-barang itu. Ia juga mengelap meja yang dipenuhi debu. Sadar, ia menemukan sebuah tas di meja barisan belakang. Tidak sadar dia kalau ada benda itu di situ. Jun menghampiri meja itu, meja yang kalau tidak salah ingat diduduki siswa bernama Xuhao yang sempat membuatnya naik darah. Apa dia meninggalkan barang-barangnya di kelas? Tapi kenapa juga ada seragam di atas mejanya?
Jun mengambil seragam setrikaan yang dilipat rapi di sana, yang kemudian membuat sebuah celana warna putih dengan gambar ayam-ayam kecil terjatuh ke lantai. Ia mengambil celana boxer itu dan mengamatinya dengan mata menyipit.
"Sempak gue mau lo apain, Pak?"
Juna menoleh ke sumber suara. Ada Xuhao di sana, berbalut kaos oblong dan celana futsal. Handuk kecil warna putih ada di atas kepalanya yang basah. Anak ini berjalan santai masuk ke kelas, kemudian dengan gerakan cepat merampas celana boxer dari tangan gurunya.
"Kamu habis ngapain?" tanya Jun bingung.
"Mandi," jawab Hao.
Ia melepas selopnya lalu menyimpannya di bawah meja. Tangannya kembali mengusap rambutnya dengan handuk sampai agak kering. Kemudian anak ini mulai melepas celananya.
"Lo mau ngapain bambang?"
"Gue mau pake sempak husein. Apa lagi?" balas Xuhao sebal. Ia menyuruh Jun kembali membereskan kelas selagi ia memakai seragamnya.
Tak habis pikir, Arjuna juga masih tak paham kenapa anak ini mandi di sekolah, atau kenyataan bahwa dia confident bisa berbuat apapun di sekolah. Seolah bangunan ini milik buyutnya saja. Saat ditanya, anak ini dengan nada menyebalkan bilang kalau sekolah adalah rumah kedua setiap murid. Juna tahu dia tidak bermaksud begitu. Karena ayolah, hanya orang aneh yang betah di sekolah. Jun berhasil menyelesaikan acara bersih-bersihnya, bersamaan dengan Xuhao yang selesai berseragam. Untungnya, hari itu seragamnya sedikit mematuhi peraturan. Anak ini dengan malas berjalan ke ambang pintu, melipat tangannya di dada, lalu bersenderan.
"Arjuna," panggilnya.
Jun bersumpah dia bakal menapok mulut anak itu dengan sepatunya. Secara, umurnya lebih tua 5 tahun dan dia dengan santai memanggil namanya tanpa apa-apa. Arjuna menghela nafasnya sambil membuang tumpukan sampah yang telah ia kumpulkan ke tempat sampah.
"Gue guru. Panggil yang bener," tegur Juna.
Hao mendecih sambil memutar bola matanya. Ia menghampiri Jun kemudian membantunya untuk memunguti berkarung-karung sampah.
"Lo nggak tahu bapak gue siapa? Dia pemilik sekolah ini. Jadi suka-suka gue lah," ucapnya songong. Sambil tertawa sarkas, Jun menonyor kepala anak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn | Junhao[✔]
Fanfiction"Sudah cukup? Sudah selesai menggurui saya? Nah sekarang, giliran saya yang akan mengajari kamu." "L-lo mau apa bangsat?" "Yang pertama. Belajar diam." "Woi woi wOI--" Arjuna bukan ingin jadi guru. Tapi karena tuntutan kehidupan, maka ia harus punya...