Saat ini Arjuna sedang sibuk berpikir di kamarnya yang mewah; seluas auditorium sekolah, memiliki pengharum ruangan menyengat, ACnya menempel di dinding atas kasur dan di dinding kamar mandi, kasurnya king size dengan 4 bantal kepala besar yang empuk dan 2 guling, selimutnya tebal, lantainya dilapisi karpet bulu beruang warna putih, ada kulkas isi minuman kalengan dan beberapa buah kecil, ada almari pakaian minimalis berisi banyak setelan kece, ada meja rias berlampu di sisi kanan, jam dinding raksasa antik, TV layar sentuh dan akses wifi, dan lukisan kartun Arada berbikini.
Oh, kalau mau tahu kamar mandinya, Arjuna dengan senang hati menjelaskan. Kamar mandinya juga sama-sama luas. Ada kolam rendam air panas, kolam ikan, shower, sabun dan sampo berbagai rasa, hairdryer, handuk berpola polkadot, almari berisi beragam jenis pakaian dalam bermerk, ada kulkas isi soda, ada buaya awetan yang dipajang melintang di langit-langit mirip cicak zaman purba, ada TV juga, sofa, akuarium isi belut listrik, closet mewah dari marmer, tissuenya warna soft pink,
Sialan. Jadi betah kan.
Arjuna duduk di tepian kasur, pakai bathrobe, dengan rambut menjuntai basah. Selepas makan siang tadi, yang mana diisi dengan ketegangan canggung dan acara menahan emosi yang melelahkan, dia memberanikan diri untuk berdiri dari kursi rodanya. Perutnya entah kenapa tak terasa sakit. Melihat Xuhao yang diminum darahnya sudah cukup mewakilkan rasanya ditusuk pakai pisau lipat.
Cinta menoleh terkejut, membiarkan tangannya yang memegang tusukan daging steak melayang di udara. Matanya melirik sekilas ke Arada, mencari penjelasan.
Lalu Arada dengan santai bilang, "Sepertinya Arjuna tidak lapar. Antar dia ke kamar."
Sialan.
Padahal dia mau teriak, padahal dia mau memeluk Xuhao dan mendekapnya dengan erat. Tapi Juna cuma berpandangan, melihat Hao melukiskan senyuman lemah, sementara dia dibawa pergi.
Bagaimana pun caranya, dia harus menyelesaikan ini semua dan mati dengan tenang. Dia harus pergi ke suatu tempat di bangunan itu, tempat di mana Xuhao berada, lalu membawanya kabur. Lalu dia akan melaporkan segalanya sampai yang paling detail tentang awetan buaya ilegal di kamar mandinya kepada pihak berwajib. Kemudian Arada dan orang jahat lainnya akan ditangkap dan voila! Dia akan menjalani sisa hidupnya dengan bahagia bersama Xuhao.
Arjuna mengangguk. Ia mengetuk-ngetuk kepalanya sok keren sebelum berdiri dari kasur untuk cari celana dalam. Tapi pintu kamar tiba-tiba diketuk dan dibuka. Dia mematung di tempat, menoleh ke arah seseorang yang mendorong troli makanan ke dalam kamarnya. Seorang gadis, jauh umurnya di bawah dia, sepertinya.
Gadis itu menoleh takut-takut, pipinya merona merah seperti habis kelamaan berjemur di bawah lampu belajar.
"M-m-makan malamnya," cicitnya.
Arjuna mengangkat alisnya lantas berjalan mendekati troli itu sambil membenahi tali bathrobenya, yang kemudian disalahartikan oleh gadis berwajah kemerahan itu. Akhirnya Jun mundur sedikit.
"Emangnya udah malam?" tanya Jun.
Gadis itu mengangguk, mengerjap, lalu menggeleng. Dasar labil.
"Jam berapa sekarang?" tanyanya lagi. Tangan Jun membuka tudung makanan dan melihat makanan apa yang disajikan. Steak dan wine, hm mewah.
Tak kunjung menjawab, Arjuna menyambar tangan gadis itu, mencengkeramnya.
"Jam berapa sekarang?" tuntut Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn | Junhao[✔]
Fanfiction"Sudah cukup? Sudah selesai menggurui saya? Nah sekarang, giliran saya yang akan mengajari kamu." "L-lo mau apa bangsat?" "Yang pertama. Belajar diam." "Woi woi wOI--" Arjuna bukan ingin jadi guru. Tapi karena tuntutan kehidupan, maka ia harus punya...