Kala itu Arjuna sudah rapi dengan seragam barunya, bukan seragam sih, lebih ke kemeja wajib dan celana hitam. Tak lupa jas dan dasinya. Sebenarnya dia nggak ada niatan mau tampil rapi dan well-done. Tapi dia mau memberi kesan baik di mata senior dan kepala sekolah. Iya, dia seorang guru. Baru saja diterima 2 minggu yang lalu. Karena pengalamannya sedikit, yang cuma mengajar jadi guru les privat dan pengasuh hewan, Jun diberi masa percobaan selama 3 bulan. Dan selama 3 bulan itu, guru pembimbing akan memantau hasil kerja dan effort nya terhadap siswa yang ia ampu.
Arjuna Purnama Wendradiningrat--nama lengkapnya--sebenarnya sudah punya bayangan tentang metode pembelajaran yang akan ia gunakan. Tapi berhubung dia memilih kelas istimewa dia memilih pakai metode improvisasi. Kalau sudah lancar, baru dia lakukan metode-metode yang sudah ia rencanakan. Jun tidak punya niatan khusus untuk mengajar di kelas istimewa. Apalagi pangkatnya langsung dijadikan sebagai walikelas sementara. Dia merasakan sebuah panggilan yang mengharuskan ia mengajar di sana.
Dari yang ia pantau dan pelajari, kelas khusus ini memang kelas yang paling sulit akses ke muridnya. Anak-anaknya susah diatur dan nakalnya tingkat dewa. Banyak guru yang mengaku sanggup, tapi mereka sudah duluan mengundurkan diri bahkan sebelum masa percobaan atau semester habis. Yang paling lama bertahan pun hanya sampai 1 tahun 4 bulan 10 hari. Ya ini, Pak Sabar. Dia mendedikasikan hidupnya selama 1 tahun 4 bulan 10 hari untuk mendapati bahwa rambutnya rontok satu persatu akibat stres. Kepala Kesiswaan pun sampai tak berani memisah siswa kelas itu untuk diacak tiap tahunnya. Jadinya, mereka tetap di sana, sebagai siswa kelas istimewa.
Juna tidak--belum--pernah masuk ke kelas itu. Para guru mencegahnya. Katanya mereka tidak mau memberikan bocoran atau nanti Jun tidak jadi melamar. Agak menantang sih sebenarnya. Padahal yang Jun harapkan yaitu mendapat kelas yang para siswanya sudah mandiri untuk belajar dan bersikap sehingga nanti ia bisa leha-leha. Tapi sepertinya kelas istimewa ini memang harus diistimewakan.
Ia sampai di gedung sekolah satu jam lebih awal. Ia dibawa ke ruang kepala sekolah untuk mendapat pembekalan privat, juga diberi wanti-wanti oleh Pak Sabar. Kata beliau, yang perlu Jun lakukan hanya menguatkan mental dan berlatih sabar. Kalau bisa malah menjadi apatis. Masuk, beri tugas, tinggalkan kelas, menerima tugas, beri nilai, selesai. Hal itulah yang membuat Pak Sabar bertahan.
"Anda masih terbilang sangat muda, Pak. Jadi saya harap anda mampu menyatukan hati dan memahami anak-anak itu," kata Pak Sabar.
Ketika bel masuk berbunyi, Pak Sabar memberikan ungkapan semoga berhasil kepada Arjuna, juga anggukan kepercayaan dari guru lain. Ya ampun, separah itukah kelas itu hingga Jun berasa mau dijadikan tumbal?
Kelas istimewa letaknya di lantai 3, di paling ujung lorong yang dipisahkan oleh 3 laboratorium. Jadi siswa kelas lain tak bakal kena batunya jika melewati lorong lantai 3. Dari jarak radius 50 meter saja, sudah terdengar berisiknya kelas ini. Pak Pri--kepala sekolah--menghela nafasnya yang ke-78 kalinya pagi itu. Ia menyuruh Arjuna menunggu diluar selagi ia membenahi letak kacamatanya dan memasuki kelas. Untuk sesaat, suara mereda.
Arjuna menyenderkan tubuhnya di dinding. Tangannya membawa tas berisi buku catatan kecil khasnya, alat tulis, buku materi, map absensi, dan sprei lada. Ketika ditanya untuk apa, kata Pak Sabar untuk jaga-jaga kalau ada yang kesurupan. Ia melihat ke papan nama yang digantung di atas pintu. Tulisannya 12-X. Kenapa X? Karena kelas ini kelas istimewa. Mereka mempelajari semua jenis materi, entah itu kelas IPA, IPS, bahasa, maupun olimpiade.
Sangat disayangkan sebenarnya. Anak-anak ini sangat berpotensi di bidang akademik, tapi perilaku mereka lah yang membuat mereka enggan diambil sekolah luar negeri.
"Pak Juna," panggil Pak Kepala Sekolah.
Juna digiring masuk ke kelas. Wah, kelasnya terlihat unik. Mejanya ditata tak beraturan dan kelas ini terlihat seperti gudang alih-alih ruang kelas. Tertegun, Jun sampai lupa kalau dia di situ mau mengajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn | Junhao[✔]
Fanfiction"Sudah cukup? Sudah selesai menggurui saya? Nah sekarang, giliran saya yang akan mengajari kamu." "L-lo mau apa bangsat?" "Yang pertama. Belajar diam." "Woi woi wOI--" Arjuna bukan ingin jadi guru. Tapi karena tuntutan kehidupan, maka ia harus punya...