Seumur-umur dia hidup, tak pernah Jun temui orang-orang super banci yang bakal mengeroyoknya pakai balok kayu. Kalau pun ada, pasti keroyokannya cuma 3 atau paling banyak 5 orang. Lalu yang ini, mungkin jumlahnya lebih dari 15. Masing-masing membawa alat pemukul. Saat berlari pun, sudah kelihatan jelas kalau mereka ini tak punya kejantanan sama sekali, meski beringas.
Apa yang dilakukan Jun?
1. Lari
2. Diam di tempat karena syok
3. Telpon polisi
4. Bunuh diri
5. Berlutut minta ampunCoba tebak!
Jawabanmu sudah pasti salah. Karena yang Jun lakukan malah kentut. Iya, berkat bir yang ia minum tadi, kandungan asam lambungnya meningkat dan menghasilkan gas-gas bikin kembung. Kentutlah ia, membuat para pengeroyok berhenti.
"Anjir, gue kentut. Hehe maaf ya. Nggak bau kok," seru Jun cengengesan selagi mengibas-ngibas udara sekitar.
"Kurang ajar. Ini baunya busuk banget bangsat!" teriak salah satu dari mereka.
"Ya maaf dong! Namanya juga manusia!" balas Jun.
Lalu dari belakang mereka, si pria bau ganja berteriak marah. "Ngapain kalian diam saja! Habisi dia!"
Sialan!
Arjuna akhirnya memilih opsi untuk berlari. Mencoba menelpon polisi bakal sangat merepotkan saat ini. Salah-salah malah nanti telfon orang lain. Jadi dia berlari secepat mungkin, dan seketika berhenti karena di depan sana adalah jalan buntu.
Walah, seru banget nih kayaknya.
Arjuna membalik badannya. Tak ada pilihan lain. Ayahnya berkata, jika kau sudah berusaha menghindari masalah tapi masalah memojokkanmu, maka tak ada pilihan lain selain melawan. Dan kalau lawannya lebih banyak dan diluar kemampuanmu. Yakin lah saja bahwa kau akan kalah dan mati.
Eh loh, kok nasehatnya begitu?
Tunggu, benar juga. Jika hari ini adalah hari terakhir Jun hidup, berarti dia harus melawan sepenuh hati, sepenuh jiwa dan raga. Sampai mampus tetap harus melawan. Kepalanya yang mulai pening dan rasa-rasa tak asing ketika setengah mabuk ini mungkin jadi keberuntungan. Dengan adanya dinding di belakangnya, maka yang harus ia lakukan hanya melawan siapapun yang ada di depan tanpa takut dihajar dari belakang. Arjuna melepas sabuk di jeansnya lantas menyeringai.
"Ayo sini maju."
Sudah lama rasanya Jun tidak berkelahi. Terakhir kapan ya? Mungkin 3 atau 5 tahun yang lalu. Ah, padahal dia mau jadi anak baik-baik. Kenapa dia juga yang jadi objek? Kenapa dia yang diincar? Apakah ini ulah Pak Surya? Ah... terlalu banyak berfikir malah membuat kepalanya tambah pening. Anak ini menyabetkan sabuknya ke siapa saja yang maju duluan, dan sesuai dugaan, mereka cuma bisa menyerang brutal tanpa tahu tekniknya.
BLETAKK!
Begitulah suara yang terdengar malam itu. Jun menyerang langsung ke titik vital, seperti di mata, leher, dan ulu hati. Jika masih belum mempan, bakal dia tambah dengan tendangan. Saking semangatnya, Arjuna sampai lupa kalau sebenarnya dia sedang tawuran. Ia menerima pukulan di perutnya dan rasanya tidak bagus.
DHUAAGGH!!
Dan lagi di tempat yang sama. Dia meludahkan darah ke sembarang tempat.
"Ah, sial..." gumamnya.
Pertengkaran dihentikan paksa. Si pria ganja berjalan ke arahnya lalu menendang perutnya sampai Juna terlempar menabrak dinding. Dia berjalan lagi lalu berjongkok di hadapan Jun yang terkulai lemas menyender dinding.
"Ash, bikin susah aja. Gue sebenernya males ngurusin masalah ini. Tapi apa boleh buat, uangnya lagi lancar nih. Jadi mending lo nurut aja sama gue, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn | Junhao[✔]
Fanfiction"Sudah cukup? Sudah selesai menggurui saya? Nah sekarang, giliran saya yang akan mengajari kamu." "L-lo mau apa bangsat?" "Yang pertama. Belajar diam." "Woi woi wOI--" Arjuna bukan ingin jadi guru. Tapi karena tuntutan kehidupan, maka ia harus punya...