[33]

3.4K 571 123
                                    

"Aduh Junaa!"

Ini sudah minggu ketiga mereka ada di Bandung, sekaligus hari terakhir mereka di sana. Selama itu pun Xuhao sudah banyak bepergian dengan Arjuna. Besok dia harus pulang, karena tidak baik meninggalkan Surya sendirian di Jakarta.

Beberapa hari ini, ia sudah mengunjungi kediaman para pengasuhnya dulu. Tentu saja mereka terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Ada yang sangat senang dan menyuguhi Hao banyak hidangan, ada juga yang sangat kaget hingga pingsan.

Saat ini, Xuhao dan yang lainnya sedang ada di karnaval malam penyambut tahun baru. Karnaval ini diadakan berturut-turut sampai hari perubahan tahun tiba. Xuhao segera mengejar Arjuna yang berlari melewati kerumunan. Pria itu entah kenapa bertingkah seperti anak kecil, yang mana sangat menyebalkan.

Ketika matahari kian tenggelam, karnaval ini makin banyak pengunjungnya. Mereka harus selalu bersama, atau nanti bakal hilang di antara kerumunan orang. Sialnya, Xuhao dapat jatah sama Jun. Aji tentu saja sama Bintang, entah kemana. Mungkin lihat-lihat patung macan. Jonathan dan Rafi main mandi bola.

"Arjuna!" panggil Xuhao lagi. Dia memutuskan untuk berhenti berlari dan menggunakan kesempatan untuk bernafas dengan benar.

Ia mengusap peluh yang menghias dahinya, kemudian berjalan lagi. Kalau Juna sampai sungguhan hilang, bakal dipenggal kepala Hao sama Tante Yuna dan akan dijadikan hiasan gantung di depan rumah.

Tak lama, matanya menangkap punggung Arjuna yang sedang membungkuk di tengah jalanan, terlihat terengah-engah.

Sial.

Xuhao segera berlari menghampiri. Ia merangkul Arjuna seraya mengecek keadaannya.

"Arjuna, Arjuna, lo kenapa?" tanya Xuhao panik.

Pria itu hanya memejamkan matanya dan meringis. Tangannya mencengkeram dadanya yang mungkin berdenyut nyeri.

"Ayo cari tempat duduk," ujar Hao akhirnya. Ia melingkarkan tangan kanan Jun di bahunya dan memapahnya ke salah satu kios minuman.

Xuhao membeli segelas teh hangat dan sebotol air mineral. Ia meraih kursi sebelah dan menggeretnya ke samping Arjuna yang megap-megap.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan fisik Jun masih lemah. Ia memang bisa beraktivitas seperti biasanya, tapi dengan kadar yang lebih ringan. Bila ia kelelahan sedikit, efeknya bakal menyakitkan. Seperti yang ini. Dada nyeri dan sesak nafas karena kebanyakan berlari.

Xuhao membuka tas kecil yang tersampir di tubuhnya dan mengambil obat harian Juna yang bentukannya seperti permen pelangi di jajanan pasar SD.

"Maaf, seharusnya gue ga ngejar," bisik Xuhao. Ia menyobek bungkus obat itu dan memberikan isinya kepada Arjuna agar diminum.

"Aish, bukan salah Hao kok," balas Jun. Dia segera menelan obat itu, merasakan rasa nyeri yang berangsur menghilang, dan menghela nafas.

"Masih sakit?" tanya Hao. Tangannya mengelus punggung kawannya itu perlahan.

"Sedikit," kekeh Jun.

Xuhao menghela nafasnya. Tangannya meraih hapenya di dalam tas.

"Kita pulang aja. Arjuna harus istirahat---"

"NGGAK---akh!"

"Tuhkan, jangan banyak tingkah dulu," tegur Xuhao. Ia mengelus dada Arjuna sambil berupaya menenangkan manusia itu.

"Hao," panggil Juna. Xuhao mendongak. "Jangan telfon Jonathan. Ntar gue dihajar pake talenan."

"Tapi lo sakit, Juna. Harus banyak istirahat. Kita kan udah keliling," ujar Xuhao.

Lesson To Learn | Junhao[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang