[Xuhao]
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 1 malam. Kebanyakan teman-temannya sudah pulang duluan karena tentu saja, pesta ini bakal berlangsung hingga pagi. Anak kelas 12 X ditambah Bonon dan Ekwan, semuanya anak baik-baik, jadi meski besok masih hari Minggu, mereka tetap harus pulang. Yang terakhir pulang tadi Bonon. Mereka bercakap sebentar di kursi taman dekat air mancur sementara Xuhao menunggu kedatangan Arjuna. Dia curhat, kebanyakan tentang kawannya Ekwan, lalu rumor tentang Xuhao yang pernah beredar panas di seisi sekolah.
Selepas si adkel bule itu pergi, Hao melirik jam tangannya terus. Kakinya bergerak gelisah, takut gurunya itu kenapa-kenapa. Harusnya acara kumpul staf sudah selesai. Ini saatnya pesta untuk orang dewasa. Andai Juna tidak ingin ketemuan jam 11 tadi, mungkin Xuhao sudah pulang ke rumah Garuda dan nginep di sana dengan damai. Tapi bahkan pria yang mengajak bertemu itu tak terlihat batang hidungnya.
Kesal, anak ini bangkit dari duduknya dan berniat pulang. Ia harus mengambil tasnya dulu di tempat ia terakhir duduk saat acara sambutan tadi, dan sialnya, dia harus melewati kumpulan orang-orang yang sedang beramai-ramai di depan panggung. Sebenarnya tak hanya orang dewasa, banyak pula siswa yang ikut berjoget ria bak orang kesurupan di sana, tapi Xuhao tak kenal mereka semua.
Ia berdesak-desakan sebentar, berhasil selamat setelah 10 menit penuh. Ia menegak air putih sebelum meraih ponselnya untuk memanggil supirnya agar bersiap. Ia makin merasa kesal ketika pesan dan panggilan teleponnya untuk Jun tak dibalas, bahkan dibaca pun tidak.
Xuhao jadi menyesal pernah bilang suka ke Arjuna >:(
Ia menjejalkan ponselnya ke dalam pouch, lantas pergi sambil bersungut. Tapi kemudian, matanya tak sengaja melihat bentukan seseorang yang tampak familiar. Hao menyipitkan matanya, kemudian agak terkejut ketika orang itu adalah Arjuna. Amarahnya kian memburu ketika si sialan satu itu berdansa dengan Sinta.
Walah-walah, diberi dada ternyata maunya ceker.
Xuhao meraih gelas berisi es sirup kemudian berjalan ke arah Arjuna yang sedang melingkarkan tangannya di pinggang Sinta. Jarak mereka berdua terlampau dekat. Detik berikutnya, Jun malah mengendus leher Sinta.
Sialan, guru berbuat mesum, batin Hao.
Pegangannya pada gelas mengencang. Kenapa dia marah? Padahal Xuhao tak benar-benar menyukai gurunya itu. Gila aja dia suka sama guru, bedanya 5 tahun, cowok pula. Alasan dia mendekati Arjuna tak lain tak bukan hanya untuk melindungi pria itu. Tapi, kenapa dia mau melindungi Jun sejak awal? Bahkan sampai melampaui resiko-resiko besar kalau dia bakal suka sungguhan?
Kenyataan bahwa Arjuna terlalu mudah ditaklukan sebenarnya sangat bermanfaat. Ia tak percaya bahwa aktingnya selama ini berjalan sangat mulus. Ia tahu Juna bakal salah tingkah, ia tahu Juna bakal jatuh padanya. Bahkan Xuhao tak berkelit sewaktu Jun menciumnya. Tapi kenapa yang begini malah membuat Hao sakit hati? Melihat Arjuna menari dengan orang lain, sambil berbisik ke telinga, dan menyatukan tubuh mereka.
Apakah Xuhao jatuh dalam permainannya sendiri? Apa Xuhao juga menyukai Arjuna, bahkan mungkin lebih?
Bodo amat anjing, yang pasti gue ga suka liat Juna berduaan sama orang lain selain gue.
Ia sampai di tempat tujuan lebih cepat dari yang dia kira dan langsung mengguyur keduanya pakai es sirup. Sinta memekik terkejut, tapi tak cukup keras untuk didengar penonton yang sedang mosingan dengan gila.
"Oh, jadi habis buat gue nunggu 2 jam, lo ternyata mainan sama Sinta, ya? Bagus," cibir Hao, terdengar terlalu marah.
Sinta menatapnya merasa bersalah. "B-bukan-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn | Junhao[✔]
Fanfiction"Sudah cukup? Sudah selesai menggurui saya? Nah sekarang, giliran saya yang akan mengajari kamu." "L-lo mau apa bangsat?" "Yang pertama. Belajar diam." "Woi woi wOI--" Arjuna bukan ingin jadi guru. Tapi karena tuntutan kehidupan, maka ia harus punya...