Juna tak terlalu suka polisi dan jajarannya. Seperti saat satpol pp tiba-tiba memutuskan berpatroli pagi tadi di tempat yang seharusnya tidak apa-apa dijadikan lapak berjualan. Keadaan bahkan menjadi sangat brutal. Apalagi semua ibu rumah tangga keluar bak pejuang siap perang, dengan sapu di tangan kiri dan pisau daging mengkilat di tangan kanannya.
Ibu Kim langsung beraksi begitu mobil sirine berbunyi dari kejauhan. Ia menepuk bahu Garuda yang panik karena baru pertama kali bertemu petugas perampas lapak orang.
"Mas Garuda dan temannya--"
"Ini guruku, Ma," koreksi anaknya.
"--dan gurunya, tolong ini dibereskan ya. Kalian langsung masuk aja apa pergi langsung. Biar Mama yang urus."
Setelah berkata begitu, Ibu Kim berlari bergabung dengan ibu-ibu lain dengan gaya larinya Vernon--artis Kpop dalam koreografi lagu terbarunya berjudul Hit. Arjuna dan Garuda tergopoh-gopoh membawa masuk barang-barang ke dalam rumah, termasuk se empang ayam suwir yang nyaris jatuh karena Garuda keserempet Ahji, anjingnya. Mereka berdua mengendap-endap pergi melalui beberapa pot tumbuhan dan berhasil masuk ke mobil Arjuna. Mereka pun akhirnya pergi dari sana, membiarkan satpol pp malang itu menghadapi kebengisan emak-emak.
Mereka memutuskan untuk curhat-curhatan di mobil. Garuda, dengan gayanya yang sok drama, berhasil membuat Arjuna baper. Padahal juga ceritanya tidak sedih-sedih amat.
"Oh ya, katanya lo mau cerita," seru Juna.
"Iya kan udah," jawab Garuda.
"Bukan tentang ikan cupang... tentang Xuhao!"
Garuda menepuk jidatnya lupa.
"Jadi gini..."
Arjuna mendesis sebal. "Jadi gini jadi gini mulu lo."
"Sabar napa sih, dasar guru," gerutu siswa itu.
"Jadi, Xuhao itu anak broken home."
Satya Manggala Xuhao namanya. Anak tunggal dari keluarga kaya raya. Garuda bercerita bahwa entah bagaimana dan entah apa riwayatnya, ayah Xuhao meninggal. Beberapa pihak menduga kalau mendiang dibunuh oleh istrinya sendiri dengan cara diracun. Ada juga yang bilang bahwa ayahnya tidak meninggal. Tapi sampai sekarang pun tidak ada yang tahu kebenarannya. Garuda sebenarnya kepo bukan main, namun bukan haknya untuk mencampuri privasi orang lain. Katanya pula, Xuhao paling sensitif kalau ditanya soal keluarganya. Ia langsung melengos pergi, langsung diam, bahkan pernah nyaris membentak.
Mendiang ayahnya adalah pendiri sekolah yang mereka tempati. Dan karena berita itu, kepengurusan saat ini dipegang oleh ibunya. Semenjak penyerahan jabatan tersebut, sistem sekolah jadi (katanya) berubah 180°. Orang-orang jadi sensitif dan rasis. Ada sedikit yang beda, langsung di diskriminasi.
"Sebenernya saya sama yang lain nggak membenci guru, pak. Cuma, Xuhao yang menyuruh kami untuk rebel," lanjut Garuda, entah kenapa jadi kebawa sopan.
Contoh nyatanya saja, tidak perlu jauh-jauh, adalah kelas istimewa. Mungkin Arjuna saja yang belum tahu. Tapi seluruh warga sekolah tahu betul kalau kelas istimewa ini sejatinya kelas anak-anak miskin, dengan modal beasiswa atau kartu miskin. Siapapun yang membuat kebijakan itu benar-benar membuat Xuhao marah. Katanya, Garuda ingat betul saat pertama masuk SMA, kelasnya tak diajak ikut MOS seperti kelas-kelas lainnya. Dan hari kedua, berpindahlah seorang siswa IPA ke kelas itu dengan mata sembab dan merah.
"Waktu itu kami nggak tahu dia dipaksa pindah dari kelasnya apa habis baku hantam supaya dipindahkan dari kelasnya. Nggak ada yang berani tanya, soalnya dia anak pemilik sekolah. Ya, kami sadar diri dong, pak. Kalo sama yang lain aja kami ga diterima, mungkin si anak pemilik pun juga bakal nggak suka dengan kehadiran kami. Saya juga baru tahu kalo seisi kelas itu kere semua dari Xuhao."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn | Junhao[✔]
Fanfiction"Sudah cukup? Sudah selesai menggurui saya? Nah sekarang, giliran saya yang akan mengajari kamu." "L-lo mau apa bangsat?" "Yang pertama. Belajar diam." "Woi woi wOI--" Arjuna bukan ingin jadi guru. Tapi karena tuntutan kehidupan, maka ia harus punya...