[9]

4.5K 778 61
                                    

"Ah masa sih, nggak mungkin lah!"

Ibarat kelinci, atau kucing, atau rubah, atau hewan apapun yang punya telinga, maka telinga Jun dari tadi berdiri tegak. Rumor apa lagi yang ia dapat ini? Pertama ayah Xuhao yang dibunuh istrinya, dan sekarang Xuhao yang hampir dijual? Bah, sudah mirip sinteron saja. Ingin sekali Arjuna menyela, mungkin ikut nimbrung, tapi dia harus menahan dirinya. Sesuai perjanjian, Jun harus lebih mempercayai si aktor utama alias Xuhao dari pada mempercayai omongan orang. Tapi nguping tak ada salahnya.

"Iya! Katanya sih gitu. Tahu nggak kenapa dia dijual?" tanya Ekwan.

"Kenapa tuh?"

"Soalnya dia ngebunuh orang!" seru Ekwan lagi, membuat Bonon mengernyit heran.

"Hah?! Ga mungkin lah! Lo dapet info kek gitu dari siapa sih, Kwan?"

"Temen gue. Biasalah, grup rumpi," jawab Ekwan.

Bonon menghela nafasnya sambil menggeleng. Ia menyeruput susu stroberinya. "Lo kebiasaan deh, Boo."

Mungkin karena gatal, Arjuna menutup bekalnya yang sudah habis dan beranjak mendekati mereka. Dari belakang, kaki Juna melangkah ke tengah-tengah mereka dan dalam sekali lompatan, dia sudah duduk di antara kedua siswa itu. Sementara ia dihadiahi tatapan aneh, Arjuna menggaruk hidungnya.

"Hayo! Lagi ngomongin orang ya!"

Ada keheningan aneh setelah itu. Mungkin karena Joshua melirik mereka dengan tajam, atau karena Jun memang nggak waras, atau juga karena Bonon dan Ekwan terkejut. Malu, Jun mengusap wajahnya 3 kali, dilanjut merangkul kedua siswa tersebut.

"Murid-murid yang budiman... jangan membicarakan orang ya, nggak baik!" tegur Jun sambil merem.

Bukannya meminta maaf atau menunduk patuh, si Ekwan malah membuang kepalanya ke samping, menyender ke bahu Arjuna. Bonon, yang air mukanya mendadak sebal lantas memicing ke arah pak guru.

"Mas ini siapa sih?"

Juna menoleh tersinggung. "Loh, kamu nggak tahu saya? Saya ini guru loh!"

"Iya, Non. Lu gimana sih, ini kan Pak Rajungan!"

"Nama saya Arjuna, bukan Rajungan."

"Ah mirip-mirip kok."

"Apanya yang mirip..." gumam Jun bingung.

Bonon terkejut sebentar, salim dengan Arjuna lalu pindah ke sisi Ekwan yang lain. Rupanya dia memang tidak mau jauh-jauh dari kawannya ini.

"Jadi... bapak ini Pak Arjuna yang itu?" tanya Bonon.

"Yang itu apa?"

"Yang... pacaran sama Kak Xuhao?" sela Ekwan.

Siswa bule ini lantas membekap mulut temannya. "Hush! Lo tuh dibilangin jangan percaya gosip!"

"Hah? Pacaran?" Jun tambah bingung.

"Iya kan? Bener kan?? Soalnya gue juga liat tadi pagi boncengan gitu, mesra banget lagi. Uwuwuwuwu..."

Ekwan pun dihadiahi tempelengan dari temannya. Setelah memastikan anak itu diam dan mengunyah roti pianya, Bonon pindah ke sisi Arjuna dan merangkulnya, seolah yang bakal ia bicarakan adalah masalah pria dewasa. Kumis dan jenggot tiba-tiba muncul di wajahnya untuk mendramatisir keadaan.

"Pak Arjuna," mulainya dengan suara rendah.

"Saya tahu cinta bapak tulus, tapi tidak baik jika hubungan kalian dilihat banyak orang. Ini Indonesia, masih banyak orang berpikiran primitif dan konslet. Jadi... saya sarankan, lakukan hal itu di kamar saja."

Lesson To Learn | Junhao[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang